Assalamualaikum wr.wb
“Di antara tanda kebergantungan pada amal, adalah menyusutnya harapan ketika terjadi kesalahluputan”
Syekh al-Buthi mengawali bab ini dengan pertanyaan: Adakah bergantung
pada amal dianggap terpuji atau tercela?
Jawabannya: Tercela. Itulah sebabnya kita dilarang bergantung pada amal
baik apapun yang telah kita lakukan.
Jadi dlm upaya meraih ridha Allah dan balasan yang dijanjikan-Nya, jangan
sampai Anda bergantung pada amal yang Anda lakukan.
Sebaik dan sebanyak apapun amal Anda, salat, puasa, haji, sedekah, dan lain-lain,
jangan sampai Anda bergantung pada semua itu.
Tapi bergantunglah pada lembutnya pengaturan Allah, anugerah dan
kemurahan-Nya.
Adakah dalil landasan bagi pernyataan ini? Ya, ada. Yaitu hadis riwayat
Imam al-Bukhari :
“Tak seorangpun yang amalnya memasukkan ia ke dalam surga.” Sahabat
bertanya: “Tidak juga Anda, ya Rasul?” Nabi menjawab: “Tidak juga aku. Namun
Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku”. (HR. Al-Bukhari)
Jadi, amal bukan nilai yang harus dibayar untuk bisa masuk surga. Karena
kita beramal, maka otomatis kita berhak masuk surga. Tidak.
Jika amal Nabi tak jamin beliau masuk surga, apalagi amal kita? (Nabi
pasti masuk surga karena rahmat Allah, bukan karena amal beliau)
Lalu apa dan bagaimana sikap kita dalam kaitannya dengan amal-amal yang
kita lakukan? Apa diam saja atau bagaimana?
Sikap kita adalah melakukan
amal-amal itu dengan ikhlas karena Allah, sekaligus berharap balasan tersebab
kemurahan dan anugerah-Nya.
Kita mesti yakin jika balasan itu bukan sebagai upah atas amal yang telah
kita tunaikan, tapi semata kemurahan dan anugerah-Nya
Lalu, akibat buruk apa yang akan terjadi jika kita menaruh harapan akan
dapat balasan dari amal yang kita lakukan?
Ibnu Atha’illah mengatakan: akibatnya adalah, Anda akan kehilangan
harapan ketika tergelincir pada kesalahluputan.
Artinya jika Anda beramal dan menaruh harapan besar jika amal Anda bisa
masukkan Anda ke surga, Maka harapan itu akan sirna jika suatu ketika Anda
tegelincir pada salah dan dosa.
Beda halnya jika Anda beramal karena Allah, sekaligus berharap pada
Allah. Tidak berharap pada amal. Anda
akan terus beramal dan berharap pada Allah, sekalipun suatu waktu Anda
tergelincir pada salah dosa.
Itu bedanya antara orang yang beramal dan bergantung pada amalnya, dengan
orang yang beramal dan bergantung pada Allah.
Demikianlah. Hikmah pertama ini telah mengajari kita akan syariat dan
hakikat sekaligus.
Sebagai hamba, kita disupport untuk terus beribadah dan beramal baik
karena Allah. Inilah sisi syariatnya.
lalu kita diminta bergantung pada Allah, bukan pada amal. Karena
hakikat segala sesuatu dari Allah. Inilah sisi hakikatnya.
Sumber :
Kitab Al-Hikam Al-Athoiyah Syarh wa Tahlil
https://twitter.com/sidogiri
http://chirpstory.com/li/236184
Wassalamualaikum wr.wb
Terima kasih telah membaca artikel Ngaji Hikam Bab 1 : Jangan Bergantung Kepada Amal, Bergantunglah Hanya Kepada ALLAH, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.