Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 22 - Setiap Nafas Yang Kau Hempas, Tak Lepas Dari Catatan Takdir Yang Harus Dijalani

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

"ما من نفس تبديه إلا وله قدر فيك يمضيه"


"Setiap nafas yang kau hempas, tak lepas dari catatan takdir yang harus dijalani."

Nafas adalah udara yang dihirup di dalam dada, kemudian dihempas ke luar. Tersusun dari daya tarik dan daya hempas. Kehidupan manusia sejatinya adalah kumpulan dari nafas-nafas, sehingga ia bisa bergerak, berbicara dan bekerja di luasnya udara yang terhirup. Dalam hikmah ini Ibnu Athaillah seolah berkata, "Taukah anda setiap gerik tubuh, besar-kecilnya, samar-tidaknya, sehingga berada di dalam genggaman qadha dan qadar Allah, setiap tarikan dan helaan nafas telah tercatat dalam catatan Tuhan."

HR Muslim dan Ahmad dari Abdullah bin Umar menjadi landasan Hikmah-22 ini. Yaitu; (كل شيء بقدر حتى العجز والكيس)
Maka mengerti dan meyakini hakikat takdir ini sangat penting di dalam konstruksi akidah Islam. Semakin mendalam maka semakin kukuh iman. Kira-kira apa pengaruh yang di rasakan seseorang dengan mengerti hakikat qadar (takdir)? Jawabnnya jelas, ia semakin enjoy melakoni alur kehidupan. Mengapa? Kesimpulan sebelumnya menjelaskn, bahwa manusia butuh bekerja demi kelangsungan hidup, tapi tidak boleh bergantung pada amal pekerjaan. 'Pekerjaan' yang setiap hari dilakukan hanya ditujukan sebgai upaya menjaga etika bersama Allah untuk tunduk pada aturan yang telah digariskan.

Muslim sejati bangkit mencari rizki dengan bekerja, jika sukses ia memuji pada Allah, penuh yakin bahwa yang diterimanya adalah anugerah. Tapi jika belum berhasil, muslim sejati tidak bersedih, akan tetapi pasrah dan meyakini semua telah sesuai takdir dan pengetahuan Allah.

Seseorang yang tahu hakikat takdir, berani berbuat dengan resiko apapun yang, sehingga ia berkorban di jalan Allah dengan jiwa, raga bahkan harta. Karena ia merasa, semua yang trtulis dalam  Sijjil (catatan Tuhan) mau tidak mau pasti terjadi. Baik dilakukan dengan bermalasan /penuh pengorbanan.

Alhasil, muslim yang memiliki keyakinan semacam ini selalu mengukur dengan tolak ukur syariat setiap akan melakukan sesuatu. Nah, semangat inilah yang terus digelorakan oleh sahabat-sahabat Rasul, utamanya dalam memperluas dakwah Islam, dalam ranah ideologi dan peradaban.

Maka banyak dari mereka sahabat Nabi tampil sebagai uswah dalam perjuangan dakwah tak kenal lelah dan tak peduli resiko. Kita pasti bertanya-tanya tentang rahasia yang memotivasi para sahabat sehingga mau berkorban sedemikian rupa demi kepentingan agama, bukan? Pasti kita dapati jawabannya karena dua hal, pertama karena mereka senantiasa berpegang teguh pada perintah dan aturan Allah. Kedua, karena mereka tidak peduli dan tak mau pusing dengan kekhawatiran- kekhawatiran yang beraneka ragam yang belum tentu terjadi. Mereka menerima apapun itu. Lantas mengapa mereka tidak mau ambil pusing dengan semua itu? Tentu karena keyakinan mendalam bahwa apa yang akan dihadapi sesuai takdir Tuhan.

Oleh sebab itu kita tahu bahwa setiap hal yang berkelindan dalam kehidupan manusia, baik ikhtiar maupun di luar kuasa, adalah cerminan takdir. Yang patut disayangkan, banyak muslim yang cetek pemahamannya tentang arti hakiki dari takdir, yang sejatinya adalah pondasi dasar dalam agama.

Misalnya banyak muda-mudi berkata, "Jodoh di tangan Tuhan", tanpa mengetahui hakikat serta maksud dari kalimat yang mereka ucapkan. Mereka tidak mengerti kalimat "Jodoh di tangan Tuhan" dalam kaitannya dengan qadha dan qadar. Sehingga sering disalah-artikan. Maka menanggapi kalimat "Jodoh di tangan Tuhan", ada sebagian kemudian yang santai, menunggu waktu mempertemukan dan pasrah pada keadaan. Kita harus bisa menempatkan qada dan qadar secara rapi dan proporsional dalam kaitannya dengan persepsi tentang jodoh yang rentan disalahartikan.
Untuk itu kita perlu terlebih dahulu menggariskan apa arti qada dan apa arti qadar, serta bagaimana posisi keduanya dalam konteks jodoh. Qadha adalah ilmu (pengetahuan) Allah atas segala sesuatu yang akan terjadi di masa akan datang berkenaan ikhtiar/usaha seseorang. Qadar adalah realisasi dari ilmu Allah untuk mewujudkan sesuatu tepat dengan waktu yang tercatat pada catatan ilmu dalam qadha.

Tahunya Allah bahwa fulan berjodoh dengan siti (misalnya) dan keduanya akan menikah pada hari, tanggal dan tahun sekian, pengetahuan ini disebut qadha. Berlangsungnya pernikahan fulan dan siti pada waktu yang ditentukan disebut qadar. Jadi qadha=ilmu Allah, qadar=realisasi dari ilmu tersebut. Yang baru saja dijelaskan hanyalah contoh kecil bagaimana memahami qada dan qadar.

Setelah kita tahu bahwa qadha tidak lain adalah wujud dari ilmu Allah, maka kita faham bahwa qadha tidak ada sangkut pautnya dengan ikhtiar manusia. Berikut ada 2 hal yang tercover oleh ilmu Allah.
  1. Perkembangan Karakter di luar ikhtiar manusia.
  2. Aktifitas yang bergantung pada ikhtiar.
 -------------------------
  1. Karakter yang dimaksud seperti pertumbuhan manusia dari lahir, hingga dewasa. Ini merupakan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ikhtiar.
  2. Aktifitas yang menggerakkan kerja manusia sesuai keterampilan dan bakat yang dimiliki, dan sangat bergantung pada sejauh apa ia berusaha.

Yang satu adalah perwujudan dari karakter dan asal penciptaan, yang kedua adalah ruang yang butuh usaha dan ikhtiar seseorang. Kemudian problem besar yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah cenderung memahami agama dengan taklid buta berbahaya dan membebek tanpa dalil.

Tidak banyak yang hatinya tergerak untuk membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan sebagai usaha mengarungi kehidupan lebih baik dan terarah. Akhirnya banyak muncul pernyataan menggelikan mengenai dasar ideologi agama yang sebenarnya tidak perlu diperbincangkan.

Kita ambil contoh, "Jika Allah tahu (sejak dulu) bahwa aku akan berbuat maksiat, berarti yang menyebabkan aku maksiat adalah Allah!". Astaghfirullah, pernyataan blunder semacam ini tidak pantas bersarang di hati seorang muslim karena hanya menunjukkan kedangkalan ilmu. Renungkan! Apakah ketika seorang ayah tahu, bahwa kaeampuan sang buah hati yang di bawah rata-rata dan dipastikan tidak lulus ujian, kemudian si anak berkata; "Kalau ayah tahu saya gagal, berarti ayah yang menghalangi saya lulus ujian!". Bisakah klaim anak ini dibenarkan? Tentu tidak. Sebab bagaimanapun pengetahuan ayah atas kemampuan anak tidak berpengaruh atas hal-hal yang butuh disikapi dan ditindaklanjuti anak.

Demikian pula dengan konsep ketuhanan. Allah menganugerahi akal kemudian kita berikhtiar, belajar dan berusaha meningkatkan kualitas hidup. Bukan karena Allah tahu seseorang akan berhasil ataupun gagal yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan. Melainkan sikap dan kesanggupan.

Wassalamualaikum wr.wb


Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 22 - Setiap Nafas Yang Kau Hempas, Tak Lepas Dari Catatan Takdir Yang Harus Dijalani, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :