Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
"لا تترقب فراغ الأغيار ، فإن ذلك يقطعك عن وجود المراقبة له، فيما هو مقيمك فيه"
"(lakukan amal) jangan menunggu kosongnya penghalang, sebab demikian itu memutus muraqabah, padahal Allah menempatkanmu di dalamnya."
Kehidupan ini dipenuhi berbagai penghalang, penghambat dan yang
menjadikan lalai dari tujuan inti hidup yaitu totalitas dalam ibadah.
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali
Imron: 14)
QS. Ali Imron: 14 menjelaskan hal itu. Bahwa kehidupan
manusia dihiasi rasa senang pada wanita, anak, harta dst. semata sebagai ujian dari
Allah. Sekuat apapun seseorang ingin membebaskan diri dari kesibukan-kesibukan yang
membuat lalai, selama kakinya masih berpijak di dunia, tidak akan bisa. Sebab
kesibukan-kesibukan itu adalah piranti Allah untuk menguji manusia. Jika
berhasil, maka mendapat pahala, jika tidak, maka mendapatkan siksa.
Tidak bisa seseorang lepas dari kesibukan dunia, yang oleh
Ibnu Athaillah disebut “الأغيار“,
padahal ia masih menginjakkan kaki di dunia ini. Maka seharusnya, ia tetap
menjalani kehidupan dengan melawan rintangan yang ada, bukan malah terbuai
dalam jeratan syahwat yang menggoda. Inilah yang oleh para sufi diistilahkan bahwa
"الخلوة في الجلوة" 'khalwat (menyendiri) di dalam
keramaian' yang artinya, Khalwat yang diminta oleh Allah, tidak mengharuskan
seseorang lari dari kehidupannya, bahwa menghabiskan waktu dalam kesendirian di
gua. Allah menyuruh kita menjalani tatanan kehidupan bahwa menghadapi segala
rintangan dan cobaan, sekira rintangan itu tidak mengendalikan kita, tapi
bagaimana kita yang mengendali rintangan itu agar tidak menghambat, tapi justru
mengantar pada derajat yang tinggi di sisi Allah. Sekali lagi perlu diingat,
bahwa rintangan untuk sampai keharibaan Allah tidak untuk dihindari, melainkan
harus dijadikan perantara.
Banyak yang menjadikan kesibukan sebagai alasan tidak bisa
total dalam ibadah dan menunggu sampai pensiun untuk menjadi muslim yang taat. Sampai
kapanpun manusia akan hidup bahwa kesibukan masing-masing, yang muda hingga
yang tua, tapi hal itu bukan alasan untuk tidak move on/diam tanpa amal.
Misalnya, seseorang yang hidup di belahan bumi Eropa/Amerika
merasa pola hidup di sana sangat tidak mendukung untuk menjadi muslim yang
taat. Ia merasa tidak memiliki pilihan lain kecuali menunggu hingga keadaan
memungkinkan. Pola pikir demikianlah yang sejatinya dapat menghambat. Mengapa
tidak terfikir olehnya untuk mencari jalan bahwa mengungsi di haribaan Allah bahwa
muraqabah dan meminta pertolongan Nya?
Lantas bagaimana mencari jalan keluar dari peliknya
permasalahan yang menghimpit hampir setiap lapisan umat ini? Apa benar-benar
sudah tidak ada? Jalan keluarnya adalah sadar bahwa menanti bebas dari
kesibukan dunia, merupakan kejahilan atas hakikat hidup dan sebuah penantian
tak berujung. Sebab kesibukan yang dapat menghalangi seseorang dari Allah itu
ada dan selamanya ada. Hanya, wujudnya beragam bergantung situasi dan kondisi. Kesibukan
orang yang tinggal di Eropa tidak akan habis hanya karena ia berpindah domisili
ke negara-negara Asia, misalnya.
Maka sekali lagi, jalan keluarnya bukan bahwa cara kita lari
menjauhi kesibukan-kesibukan dunia. Sebab selama kita hidup, kesibukan itu selalu
ada. Bahkan hal-hal yang dapat menghalangi seseorang untuk sampai pada Allah tidak
terbatas pada hal yang tampak, seperti kemegahan dunia dan isinya saja. Lebih
parah dari itu adalah pikiran dan firasat yang menggelayut di dalam jiwa juga
dipenuhi bahwa hal-hal yang mengakibatkan lalai dari Allah.
Betapa tidak? ketika anda terbayang berada di rumah yang
megah menikmati keindahan-keindahannya, sebagai ganti dari rumah sederhana yang
anda miliki. Maka bayangan dan pikiran yang sedemikian lebih parah menyebabkan
seseorang lupa dari Allah. Lagi, meladeni orang lain yang sibuk mencari
kekurangan anda, membully dan mengkritik anda bahwa agitasi. Anda merasa sakit
hati bahwa hal itu adalah di antara hal yang sangat menyita waktu dan
menjadikan anda lalai dari apa yang seharusnya anda lakukan, bukan?
Maka tiada lain untuk bisa lari dari kesibukan itu bahwa
cara mengungsi, berdoa serta mengadukan kealpaan jiwa dan lemahnya hati kepada
Allah. Hal ini sesuai bahwa pesan yang terkandung dalam QS. Adz-Dzariyat: 50 yang
memerintah untuk senantiasa lari dan mengungsi menuju keharibaanNya.
“Maka segeralah
kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan
yang nyata dari Allah untukmu.”
Kita lihat para sahabat Nabi, dakwah Islam telah membawa
mereka pada pahitnya dunia yang penuh fitnah dan cobaan luar biasa. Lantas apa yang
melindungi mereka untuk terjerembab ke dalam semrawutnya tatanan kehidupan
dunia? Mengapa para sahabat berhasil melaluinya? Sikap tawakkal dan tulusnya
kepasrahan yang membuat mereka bertahan dan tidak tergerus oleh derasnya arus yang
sedemikian dahsyat.
Kisah Abdurrahman ad-Dakhil berjuang membawa misi Islam di
daerah yang sama sekali asing baginya, Patut dijadikan uswah dan teladan. Tentu
ad-Dakhil tidak merasa tenang bahwa berbagai kekhawatiran yang silih berganti,
ancaman yang mengintai kapan saja di medan dakwah yang baru. Namun semua itu
segera lenyap bersama kekuatan yang membawanya untuk lari menuju Allah. Tidak
peduli bahwa kekhawatiran semula yang menyelimuti hati. Maka arti lari menuju
Allah adalah berteduh di naunganNya bahwa berdoa dan muraqabah disetiap gerak dan
diam, sirri wal 'alan.
Demikian Hikmah 23, belajarlah dari al-Quran, sunnah
nabawiyah, dan sirah ulama salaf untuk menjadikan hikmah ini sebagai manhaj dalam
hidup.
Wassalamualaikum wr.wb
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 23 - (Lakukan Amal) Jangan Menunggu Kosongnya Penghalang, Sebab Demikian Itu Memutus Muraqabah, Padahal Allah Menempatkanmu Di Dalamnya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.