Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 24 - Hidup di Dunia Hanya Sementara. Jangan Resah dan Gundah Gulana

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb    

"Hidup di Dunia Hanya Sementara. Jangan Resah dan Gundah Gulana" 

“Jangan heran jika mengalami banyak ujian di dunia, sebab engkau akan mendapat balasan yang setimpal dari cobaan-cobaan itu (kelak diakhirat)”


Hikmah ini mengajarkan kita ununtuk bersikap bijak menghadapi cobaan-cobaan yang menghadang. Bagaimana cara menghadapi masalah dengan hati lapang. Pepatah: Jika tak pernah merasakn pahitnya hidup, maka ia tak akan merasakan manisnya hidup. Untuk mencicipi manis harus cicipi pahit dulu.

Lalu apa hikmah Allah menakdir hamba-hamba-Nya dengan cobaan yang bermacam-macam? Tiap hari datang silih berganti, seakan hidup ini dikelilingi musibah-musibah? Jawabannya ada pada dua opsi berikut.

Pertama, bahwa Allah sengaja menjadikan dunia ini sebagai area khusus penggemblengan diri kita. Allah sengaja memaksa manusia agar menjalani hidupnya sesuai dengan aturan yang telah Allah tetapkan. Allah mengatur dunia sedemikian rupa. Tujuannya agar manusia terbiasa melakukan ibadah menurut usahanya sendiri. Allah senang pada keberhasilan yang dihasilkan dengan kerja keras. Maka sangat jelas, jika kehidupan di dunia ini tak akan luput dari cobaan-cobaan. Hidup di dunia ini tak akan pernah lurus se mulus jalan tol. Meski di dunia Anda orang terhormat misalnya, تكليف Allah tak akan luput menghampiri Anda. Anda tetap wajib shalat, zakat, haji dan lain-lain. Yang beda agama juga tak akan luput dari تكليف Allah. Mereka akan di uji dengan musibah-musibah berat semisal kematian, kelaparan dan lain sebagainya. Dalam QS 3:186, QS 2:155-157, QS 25:20, Allah menyebut macam-macam cobaan yang akan dibebankan pada manusia. Apakah mereka bersabar atau tidak. Intinya, siapapun kita, dimanapun saja, pasti tak akan pernah lolos dari ujian Allah, bahkan di setiap jengkal kehidupan di dunia ini.

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.( QS 3:186)

(155) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
( 156 ) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
( 157 ) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 2:155-157)

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.( QS 25:20)

Kedua, kita harus tahu jika kehidupan dunia ini hanya sementara. Jadi, segala macam-macam ujian di dalamnya pun juga bersifat sementara. Sebab setelah itu Allah telah menyiapkan fase berikutnya; yaitu alam akhirat. Nah, di akhirat inilah inti kehidupan sebenarnya berada. Kehidupan di dunia kedua ini akan indah jika di kehidupan pertama berhasil kita lewati secara benar sesuai ketentuan-ketentuan Allah. Maka jadikanlah kehidupan di dunia ini sebagai ladang. Ladang yang harus dirawat baik-baik, agar menuai hasil yang melimpah di kemudian hari. Namun sayangnya, banyak orang yang malah lebih suka merawat ladangnya saat mereka sudah mulai berusia tua. Ini adalah anggapan yang keliru. Orang-orang banyak yang sadar arti hidup ini justru saat usia dan fisik mereka sudah tidak produktif lagi. Sadar karena usia tinggal sejengkal. Coba Anda perhatikan para jamaah di mushalla-mushalla dan masjid-masjid, berapakah jumlah anak muda yang shalat disana? Sungguh sangat sedikit.

Kembali ke pembahasan. Jadi, jika hidup di dunia sengsara jangan galau, karena memang dunia bukan tempat yang direkomendasikan untuk bersenang-senang. Kehidupan di dunia hanya tempat cobaan dan penggemblengan. Bukan tempat bersenang-senang. Dunia adalah tempat cobaan, kekurangan, kelaparan, dan lain-lain. Solusinya --> Sabar.

( 1 )   Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
( 2 )   Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-Mulk: 1-2)

Jika dunia adalah tempat yang sementara. Maka akhiratlah tempat yang kekal dan abadi. Agar paham terhdap teori yang dipaparkan Ibn Athaillah ini mari kita lihat perbedaan perspektif Muslim vs Non-Muslim dalam melihat dunia.

Orang Islam yang melihat dunia dengan mata hatinya mengerti bahwa kehidupan dunia hanya sementara, penuh dengan cobaan dan tempat bersarangnya musibah. Ketika mendapat musibah dia sadar untuk tidak galau. Karena memang kehidupan dunia itu tempatnya musibah. Kalau ingin enak ya di surga. Keyakinan yang ia pegang bahwa setelah kehidupan di dunia masih ada kehidupan lain, menjadikannya tidak galau ketika dapat musibah/cobaan. Sebab, dalam keyakinannya, orang yang sabar ketika mendapat musibah akan mendapat pahala agung yang akan diterimanya nanti di akhirat. Jadi, kalau nanti ada pahala agung yang akan di dapat bagi yang sabar menghadapi musibah, ngapain galau. Buang-buang waktu saja bukan?!

Begitu juga, jika mendapat nikmat, ia sadar untuk bersyukur, karena di dunia yang semestinya menjadi tempat musibah ini dia malah dapat nikmat. Itu artinya, saat hidup di dunia ini, orang Islam yang paham pada agamanya tidak akan pernah galau, sumpek, risau, gundah, dan lain-lain. Mereka itu serba enak. Karena semua ada ketentuan-ketentuannya. Jika terkena musibah dia sabar, jika mendapat nikmat dia bersyukur.

Jadi, mau BBM naik, mau BBM turun, tidak usah diambil risau. Fokuskan saja potensi diri untuk menghadapinya, bukan malah mereduksi diri. Siap menghadapi semua kemungkinan yang buruk dari kehidupan dunia adalah sikap yang musti ditanamkan di semua hati Muslim.

Rasul pernah bersabda, "Mengagumkan sekali perkara orang Mukmin ini. Semua perkaranya bernilai kebajikan. Ini tidak ada di selain mereka, Jika mereka dianugerahi kenikmatan bersyukur, ini kebaikan. Jika ditimpa kesengsaraan bersabar, ini juga kebaikan." (HR. Muslim)

Sekarang mari kita bandingkan dengan bagaimana non-Muslim di dalam memandang kehidupan dunia ini. Bagi mereka, hidup di dunia ini adalah satu-satunya kehidupan. Mereka tidak percaya pada kehidupan pasca kehidupan di dunia ini. Karena itu, selama di dunia ini mereka harus bahagia. Harus menggapai segala-galanya. Tidak boleh gagal. Tidak boleh sengsara. Kehidupan di dunia ini mereka setting di atas satu arah yang wajib ada, yaitu semua keinginan wajib tercapai. Titik! Mereka tak memiliki konsep sabar, syukur, pahala, dosa, surga, neraka, yang diyakini seperti orang Islam. Hatinya tak dipersiapkan untuk itu. Akibatnya adalah, jika tertimpa musibah mereka stress, galau, bahkan ada yang bunuh diri. Di saat gagal, mereka tak memiliki sandaran hati. Sebaliknya, jika mereka mendapat kenikmatan/kesuksesan, merayakannya dengan membabi buta, hura-hura dan jauh dari cara yang ada dalam Islam.

Demikianlah perbedaan perspektif Muslim vs non-Muslim di dalam melihat kehidupan dunia. Keduanya jauh berbeda. Efeknya pun tak akan sama. Yang penting untuk dipahami juga, bahwa kebahagiaan di dunia itu sepenuhnya tidak diukur oleh seberapa banyak kenikmatan yang di dapat. Begitu juga, kesengsaraan hidup di dunia ini tidak diukur oleh seberapa miskin kenikmatan yang ia dapat.

Kaya-Miskin. Gagal-Sukses bukan rumus matematika yang musti dipakai di dalam mengukur sebuah kebahagiaan. Ini bukan hukum kausalitas. Begitu banyak orang kaya, terkenal, pintar, hebat, tapi justru kehidupannya tidak tentram. Hatinya kering. Jiwanya resah. Begitu juga, begitu banyak orang yang secara dahir tidak memiliki apa-apa, miskin, tidak terkenal, biasa-biasa, tapi justru hidupnya tentram, hatinya adem. Pertanyaannya, kenapa bisa demikian? Karena kebahagiaan itu sepenuhnya ada di dalam hati. Aspek luar hanya ilusi, yang hakiki ada di dalam hati. Hatilah yang menjadi tempat cahaya Allah berdiam diri. Di hati inilah Allah melapangkan kehidupan hambanya.

Jadi, tips bagi yang ingin hidup bahagia dan tentram, bersihkan hati, damaikanlah hati dari kerasnya kehidupan dunia. Mendekatlah kpada Allah.
Demikianlah Hikmah-24. Semoga bermanfaat dan bersamaan dengan hidayah Allah.

Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/239886
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 24 - Hidup di Dunia Hanya Sementara. Jangan Resah dan Gundah Gulana, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :