Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
"Hidup di Dunia Hanya Sementara. Jangan Resah dan Gundah Gulana"
“Jangan heran jika mengalami banyak ujian di dunia, sebab engkau akan mendapat balasan yang setimpal dari cobaan-cobaan itu (kelak diakhirat)”
Hikmah ini mengajarkan kita ununtuk bersikap bijak
menghadapi cobaan-cobaan yang menghadang. Bagaimana cara menghadapi masalah dengan
hati lapang. Pepatah: Jika tak pernah merasakn pahitnya hidup, maka ia tak akan
merasakan manisnya hidup. Untuk mencicipi manis harus cicipi pahit dulu.
Lalu apa hikmah Allah menakdir hamba-hamba-Nya dengan cobaan
yang bermacam-macam? Tiap hari datang silih berganti, seakan hidup ini
dikelilingi musibah-musibah? Jawabannya ada pada dua opsi berikut.
Pertama, bahwa
Allah sengaja menjadikan dunia ini sebagai area khusus penggemblengan diri
kita. Allah sengaja memaksa manusia agar menjalani hidupnya sesuai dengan
aturan yang telah Allah tetapkan. Allah mengatur dunia sedemikian rupa. Tujuannya
agar manusia terbiasa melakukan ibadah menurut usahanya sendiri. Allah senang pada
keberhasilan yang dihasilkan dengan kerja keras. Maka sangat jelas, jika
kehidupan di dunia ini tak akan luput dari cobaan-cobaan. Hidup di dunia ini
tak akan pernah lurus se mulus jalan tol. Meski di dunia Anda orang terhormat
misalnya, تكليف Allah tak
akan luput menghampiri Anda. Anda tetap wajib shalat, zakat, haji dan lain-lain.
Yang beda agama juga tak akan luput dari تكليف
Allah. Mereka akan di uji dengan musibah-musibah berat semisal kematian,
kelaparan dan lain sebagainya. Dalam QS 3:186, QS 2:155-157, QS 25:20, Allah
menyebut macam-macam cobaan yang akan dibebankan pada manusia. Apakah mereka
bersabar atau tidak. Intinya, siapapun kita, dimanapun saja, pasti tak akan
pernah lolos dari ujian Allah, bahkan di setiap jengkal kehidupan di dunia ini.
Kamu sungguh-sungguh
akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan.( QS 3:186)
(155) Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.
( 156 ) (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
( 157 ) Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 2:155-157)
Dan Kami tidak
mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan
berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian
yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.( QS
25:20)
Kedua, kita harus
tahu jika kehidupan dunia ini hanya sementara. Jadi, segala macam-macam ujian
di dalamnya pun juga bersifat sementara. Sebab setelah itu Allah telah menyiapkan
fase berikutnya; yaitu alam akhirat. Nah, di akhirat inilah inti kehidupan
sebenarnya berada. Kehidupan di dunia kedua ini akan indah jika di kehidupan
pertama berhasil kita lewati secara benar sesuai ketentuan-ketentuan Allah. Maka
jadikanlah kehidupan di dunia ini sebagai ladang. Ladang yang harus dirawat
baik-baik, agar menuai hasil yang melimpah di kemudian hari. Namun sayangnya,
banyak orang yang malah lebih suka merawat ladangnya saat mereka sudah mulai
berusia tua. Ini adalah anggapan yang keliru. Orang-orang banyak yang sadar
arti hidup ini justru saat usia dan fisik mereka sudah tidak produktif lagi.
Sadar karena usia tinggal sejengkal. Coba Anda perhatikan para jamaah di mushalla-mushalla
dan masjid-masjid, berapakah jumlah anak muda yang shalat disana? Sungguh
sangat sedikit.
Kembali ke pembahasan. Jadi, jika hidup di dunia sengsara
jangan galau, karena memang dunia bukan tempat yang direkomendasikan untuk bersenang-senang.
Kehidupan di dunia hanya tempat cobaan dan penggemblengan. Bukan tempat
bersenang-senang. Dunia adalah tempat cobaan, kekurangan, kelaparan, dan
lain-lain. Solusinya --> Sabar.
( 1 ) Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
( 2 ) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-Mulk: 1-2)
Jika dunia adalah tempat yang sementara. Maka akhiratlah
tempat yang kekal dan abadi. Agar paham terhdap teori yang dipaparkan Ibn Athaillah
ini mari kita lihat perbedaan perspektif Muslim vs Non-Muslim dalam melihat
dunia.
Orang Islam yang melihat dunia dengan mata hatinya mengerti
bahwa kehidupan dunia hanya sementara, penuh dengan cobaan dan tempat
bersarangnya musibah. Ketika mendapat musibah dia sadar untuk tidak galau.
Karena memang kehidupan dunia itu tempatnya musibah. Kalau ingin enak ya di
surga. Keyakinan yang ia pegang bahwa setelah kehidupan di dunia masih ada
kehidupan lain, menjadikannya tidak galau ketika dapat musibah/cobaan. Sebab, dalam
keyakinannya, orang yang sabar ketika mendapat musibah akan mendapat pahala
agung yang akan diterimanya nanti di akhirat. Jadi, kalau nanti ada pahala
agung yang akan di dapat bagi yang sabar menghadapi musibah, ngapain galau.
Buang-buang waktu saja bukan?!
Begitu juga, jika mendapat nikmat, ia sadar untuk bersyukur,
karena di dunia yang semestinya menjadi tempat musibah ini dia malah dapat
nikmat. Itu artinya, saat hidup di dunia ini, orang Islam yang paham pada
agamanya tidak akan pernah galau, sumpek, risau, gundah, dan lain-lain. Mereka
itu serba enak. Karena semua ada ketentuan-ketentuannya. Jika terkena musibah
dia sabar, jika mendapat nikmat dia bersyukur.
Jadi, mau BBM naik, mau BBM turun, tidak usah diambil risau.
Fokuskan saja potensi diri untuk menghadapinya, bukan malah mereduksi diri. Siap
menghadapi semua kemungkinan yang buruk dari kehidupan dunia adalah sikap yang
musti ditanamkan di semua hati Muslim.
Rasul pernah bersabda, "Mengagumkan
sekali perkara orang Mukmin ini. Semua perkaranya bernilai kebajikan. Ini tidak
ada di selain mereka, Jika mereka dianugerahi kenikmatan bersyukur, ini
kebaikan. Jika ditimpa kesengsaraan bersabar, ini juga kebaikan." (HR.
Muslim)
Sekarang mari kita bandingkan dengan bagaimana non-Muslim di
dalam memandang kehidupan dunia ini. Bagi mereka, hidup di dunia ini adalah satu-satunya
kehidupan. Mereka tidak percaya pada kehidupan pasca kehidupan di dunia ini. Karena
itu, selama di dunia ini mereka harus bahagia. Harus menggapai segala-galanya.
Tidak boleh gagal. Tidak boleh sengsara. Kehidupan di dunia ini mereka setting
di atas satu arah yang wajib ada, yaitu semua keinginan wajib tercapai. Titik! Mereka
tak memiliki konsep sabar, syukur, pahala, dosa, surga, neraka, yang diyakini
seperti orang Islam. Hatinya tak dipersiapkan untuk itu. Akibatnya adalah, jika
tertimpa musibah mereka stress, galau, bahkan ada yang bunuh diri. Di saat
gagal, mereka tak memiliki sandaran hati. Sebaliknya, jika mereka mendapat
kenikmatan/kesuksesan, merayakannya dengan membabi buta, hura-hura dan jauh
dari cara yang ada dalam Islam.
Demikianlah perbedaan perspektif Muslim vs non-Muslim di
dalam melihat kehidupan dunia. Keduanya jauh berbeda. Efeknya pun tak akan
sama. Yang penting untuk dipahami juga, bahwa kebahagiaan di dunia itu
sepenuhnya tidak diukur oleh seberapa banyak kenikmatan yang di dapat. Begitu
juga, kesengsaraan hidup di dunia ini tidak diukur oleh seberapa miskin
kenikmatan yang ia dapat.
Kaya-Miskin. Gagal-Sukses bukan rumus matematika yang musti
dipakai di dalam mengukur sebuah kebahagiaan. Ini bukan hukum kausalitas. Begitu
banyak orang kaya, terkenal, pintar, hebat, tapi justru kehidupannya tidak
tentram. Hatinya kering. Jiwanya resah. Begitu juga, begitu banyak orang yang
secara dahir tidak memiliki apa-apa, miskin, tidak terkenal, biasa-biasa, tapi
justru hidupnya tentram, hatinya adem. Pertanyaannya, kenapa bisa demikian? Karena
kebahagiaan itu sepenuhnya ada di dalam hati. Aspek luar hanya ilusi, yang
hakiki ada di dalam hati. Hatilah yang menjadi tempat cahaya Allah berdiam
diri. Di hati inilah Allah melapangkan kehidupan hambanya.
Jadi, tips bagi yang ingin hidup bahagia dan tentram,
bersihkan hati, damaikanlah hati dari kerasnya kehidupan dunia. Mendekatlah kpada
Allah.
Demikianlah Hikmah-24. Semoga bermanfaat dan bersamaan dengan
hidayah Allah.
Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/239886
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 24 - Hidup di Dunia Hanya Sementara. Jangan Resah dan Gundah Gulana, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.