Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Jangan engkau meminta kepada Allah supaya dialihkan dari suatu hal kepada yang lain, sebab sekiranya Allah menghendakinya, tentu Dia telah memindahkanmu, tanpa merubah keadaanmu yang lama.”
Kalam hikmah kali mengajari kita akan arti fokus dan
menerima terhadap apa saja yang telah Allah anugrahkan, apapun itu. Simpelnya
dari kalam hikmah ini adalah kita dilarang mencla-mencle, plin pan dan mudah
tergiur, alias tidak fokus. Jika Allah telah menempatkan kita pada suatu posisi
yang baik, maka tidak usah minta agar dipindah pada posisi lain. Dengan
aggapan, kalau pindah pada posisi yang lain, kita akan lebih mudah mendapat
kesempatan berbuat baik. Tidak sedikit, orang yang tidak enjoy dengan
posisinya, lantas ingin pindah pada posisi yang lain dengan anggapan agar lebih
baik, padahal realitanya, ketika ia pindah bukan malah lebih baik, tapi malah
lebih buruk dari sebelumnya. Akhirnya sama-sama tidak ada yang diperoleh. Mirip
dengan filosofi kera. Ngambil makanan baru tidak diperoleh, yang lama hilang.
Al-Buthi mencontohkan mahasiswa kedokteran yang ingin pindah
ke jurusan syariah. Karena ingin lebih punya kesemptan mendalami agama. Padahal
motivasinya di jurusan kedokteran sudah sangat mulia, yaitu ingin membantu mereka
yang sedang ditimpa penyakit, Ia menganggap di jurusan syariah lebih mulia,
karena bisa mengetahui ilmu agama, hokum-hukum Allah dan bisa berdakwah. Sikap
seperti inilah yang disinggung oleh kalam hikmah tadi. Jika Allah sudah
memilihkan posisi yang baik, maka jangan minta dipindah, sebab, Allah kuasa untuk
memberi kita kesempatan bertaqarrub kepada-Nya tanpa harus pindah dari kondisi
itu. Sebab, Allah kuasa memberi kita kesempatan berbuat baik kepada ummat tanpa
harus pindah dari posisi yang telah dianugerahkan oleh-Nya.
Sangat mudah bagi Allah menjadikan hamba yang dicintainya
agar terus memiliki kesempatan beribadah kepada-Nya. Meski ada di jurusan
kedokteran Allah kuasa menjadikannya sebgai orang yang paham ilmu agama tanpa harus
pindah ke jurusan syariah. Anugerah ini akan diberikan kepada mereka yang
memiliki keinginan kuat menjadi orang yang bermanfaat kepada ummat. Karena
kekuasaan Allah itulah, kita tidak dibenarkan meminta agar dialihkan dari suatu
hal kepada suatu yang lain.
Contoh lain seperit seorang istri yang kerjaannya menjadi
ibu rumah tangga, merawat anak, melayani suami, dll. Kemudian ia berkeinginan untuk
meninggalkan aktifitas ini karena dinilai tidak memberikan kontribusi yang
besar kepada umat. Ia ingin berjihad saja/berdakwah saja, agar mendapat pahala yang
besar. Berdiam diri di rumah saja dianggap tidak berpahala.
Menurut al-Buthi, ini sikap yang tidak benar. Jika menuruti
keinginannya ini, justru bukan pahala yang ia dapat, tapi dosa. Sebab, Allah
berkuasa untuk memberinya pahala dan kemuliaan tanpa harus meninggalkan
aktifitas rumah tangganya.
Al-Buthi lantas menjelaskan beberapa kesalahan pokok yang
dilakukan oleh orang yang memiliki pandangan seperti ini :
- Orang yang punya sikap seperti contoh di atas menganggap bahwa sumber dari pahala adalah unsur materi/kuantitas/bentuk pekerjaan. Padahal faktanya tidak demikian. Pahala adalah murni anugerah dari keadilan Allah. Bukan karena amal perbuatan kita. Untuk memberi pahala dan kemuliaan kepada hambanya, Allah tidak melihat apakah ia da’i, dokter, dosen, dll. Da’i hanya punya wilayah dakwah,dokter mengobati,dosen mengajar. Yang memberi hidayah, menyembuhkan, menjdikan alim adalah Allah. Namun, karena keadilan dan kasih sayang Allah pada hambanya, mereka diberi pahala meski bukan mereka yang menyembuhkan, dst
- Bahwa bentuk kebajikan di dalam Islam itu sangat banyak dan beragam. Di antara berbagai kebajikan itu tidak ada yang saling mengungguli. Tidak ada yang lebih berhak di beri pahala. Semuanya sama. Kebajikan yang dikerjakan manusia menjadi lebih unggul dibanding kebajikan yang lain disebabkan ikhlasnya niat. Di sisi lain, kekuatan kita untuk menggapai semua kebajikan itu sangat terbatas. Sedangkan Islam menganjurkan berbuat baik. Maka, kasih sayang Allah menganugerahi kita posisi/kesempatan/kekuatan untuk berbuat baik sesuai kapasitas kita. Tak perlu berkecil hati karena bentuk amal kita remeh, tak perlu sedih karena kita tak bisa menggapai semua kebaikan di dunia. Allah telah memberi kekuatan kepada kita untuk menggapai semua itu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Syarat semua amal itu hanya satu, niat ikhlas karena Allah. Maka Allah akan memberi pahala dan kemuliaan kepada pelakunya.
- Untuk memperoleh pahala, menggapai kebajikan dan berkhidmah kepada umat tak harus pindah dari posisi yang telah Allah berikan. Dia tetap dalam posisinya, tapi memiliki obsesi kuat tuk bermanfaat kepada umat melalui posisinya itu. Mahasiswa jurusan kedokteran tuk bisa berdakwah tidak harus pindah ke jurusan dakwah. Mahasiswa jurusan tekhnik tak harus pindah ke jurusan syariat tuk bisa mendalami agama. Tetaplah dalam posisi yang telah diberikan oleh Allah, tapi niat tuk bermanfaat dan mempelajari ilmu agama tetap berkobar. Karena Allah sangat berkuasa tuk menjadikan mereka pintar ilmu agama, pintar berdakwah, meski tidak dalam jalurnya.
- Ikhlasnya niat!! Jangan sampai lupa, bahwa pokok utama dari semua perbuatan manusia adalah ikhlasnya niat. Niat dalam semua pekerjaan kita adalah semata-mata mengharap ridha Allah. Rusaknya niat menjdi pangkal rusaknya amal. Niat untuk memperolah keuntungan dunia menjadi penyebab utama dia tidak mendapat anugerah dan pahala dari Allah. Karena itu, jangan sekali-kali melihat aspek luar pekerjaan ibadah kita. Lihatlah niat yang tertanam di dalam hati kita. Pekerjaan yang secara kasat mata berpahala besar, seperti jihad, apabla niat sang mujahid salah maka ia tak dapat apa-apa. Pekerjaan yang sepintas remeh, seperti membersihkan masjid, apabila dilakukan dengan niat ikhlas, maka berpahal besar di sisi Allah
Hal penting yang tak boleh lupa, bahwa anjuran agar tidak
berpindah dari posisi yang telah diberikan oleh Allah, adalah apabila itu dalam
ruang lingkup pekerjaan mubah/baik. Tapi kalau dari pekerjaan jelek yang
diharamkan maka wajib pindah. Keluar/pindah
dari pekerjaan yang nyata-nyata diharamkan hukumnya wajib. Jadi tidak boleh
beragumentasi dengan kalam hikmah ini.
Kesimpulannya, bahwa seorang muslim perlu menyadari hikmah dari
posisi yang telah Allah berikan kepada kita. Disertai obsesi kuat di dalam hati
untuk senantiasa berbuat baik, beramal sholeh, bermanfaat, sesuai dengan posisi
masing-masing.
Wassalamualaikum wr.wb
Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 19 - Jangan Engkau Meminta Kepada Allah Supaya Dialihkan Dari Suatu Hal Kepada Yang Lain, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.