Mainan menjadi salah satu bentuk
stimulasi bagi anak. Memberi mainan yang tepat membantu memaksimalkan
rangsangan bagi kecerdasan anak. Sayangnya, tidak banyak orangtua yang
menyadari bagaimana memilih mainan yang tepat bagi buah hatinya.
Pada usia 0-6 bulan, orangtua disarankan
memilih mainan yang berwarna, cerah, datar, dan merangsang aktivitas motorik. Hal
ini dikarenakan mata anak 0-6 bulan belum bisa melihat jelas. Pilihan warna yang
cerah akan merangsang penglihatan dan membantunya melihat mainan dengan lebih
jelas.
Beranjak usia 6 bulan, mainan yang bisa
digigit (teethers) dapat menjadi pilihan. Mainan ini untuk merangsang
pertumbuhan giginya. Orangtua juga bisa memilih mainan dengan tombol yang bisa
ditekan atau bertekstur untuk merangsang kemampuan motoriknya. Pada usia ini,
anak mulai suka mandi, orangtua bisa memberikannya mainan yang bisa mengapung
untuk menemani aktivitas tersebut.
Memasuki usia 6-9 bulan anak bisa diberi
mainan yang bisa bergulir, untuk merangsang kemampuan motoriknya. Pada usia
9-12 mainan yang merangsang interaksi, misal boneka tangan menjadi
pilihan. Melalui mainan, anak diajak berkomunikasi yang akan merangsang
kemampuannya berbahasa dan mengekspresikan diri.
Pada usia 1 tahun orangtua mulai bisa
memilihkan mainan outdoor, seperti kuda tunggang atau kolam renang
mini. Mainan yang merangsang koordinasi mata tangan seperti organ kecil atau menara
susun menjadi alternatif.
Buku dan puzzle mulai bisa
dikenalkan pada usia 2 tahun. Puzzle ini tidak boleh lebih dari 10-15 keping.
mainan yang merangsang imajinasi dan koordinasi mata tangan, misal boneka, traktor
mini, atau tokoh kartun bisa diberikan.
Ketika anak memasuki usia 3 tahun, pensil
warna bisa menjadi pilihan. corat-coret menjadi kegiatan wajib yang merangsang
kemampuan motorik halusnya. Agar mainan anak yang dibeli tidak
hanya jadi penghuni gudang karena tidak pernah dimainkan, pilihlah jenis mainan
yang benar-benar tepat untuknya.
Sebelum membeli, pikirkan baik-baik, apakah
yang suka mainan itu orangtua atau si kecil? Atau, libatkan anak dalam
proses pemilihan mainan, sehingga itulah yang diinginkan dan dibutuhkan. Pilihlah
yang berfungsi sebagai media belajar, sehingga kegiatan bermain si kecil lebih
efektif, efisien, dan sesuai kemampuan otaknya. Misalnya, kemampuan sensor
motorik pada otak anak usia 0 - 2 tahun lebih dominan, sehingga dia suka
mainan yang mencolok warna, tekstur, dan ada gerakan. Pada usia 3 - 6 tahun, anak mulai tertarik bereksplorasi sehingga
pilih mainan yang memancing minat petualangan. Sedangkan usia prasekolah, ia
membutuhkan permainan yang bisa mengembangkan kemampuan sosialnya.
Baca label pada kemasan. Ketika membeli
mainan, baca keterangan usia yang selalu tertera di kemasan. Jadi, pastikan
mainan yang dibeli sesuai usia anak. Pastikan pula harga mainan sesuai dengan
budget. Harga mahal sifatnya akan relatif bila kualitas mainan bagus dan tahan
lama. Bila kualitasnya buruk dan mudah rusak, orangtua akan membeli barang yang
sama berkali-kali. Atau, karena merasa tidak puas dengan mainan pilihan,
orangtua membeli barang sejenis dengan harga lebih mahal.
Masukkan budget belanja mainan ke dalam
pos pengeluaran rumah tangga. Untuk pengaturannya bisa dimasukkan ke dalam pos
kesenangan pribadi. Berikan mainan pada waktu yang pas. Untuk mainan yang
harganya lebih mahal, katakan bahwa anak tidak bisa sering-sering
membelinya. Hanya untuk momen spesial, seperti ulang tahun atau kenaikan kelas.
Untuk mainan yang harganya relatif murah, Anda bisa membelinya lebih sering,
seperti 1 bulan sekali. Lakukan ‘cuci gudang’ secara berkala. Misalnya, setahun
sekali. keluarkan semua mainan yang tidak terpakai untuk diberikan mainan
tersebut pada anak-anak yang membutuhkan. Cara ini juga sekaligus bisa
mengajarkan anak
pentingnya menghargai barang dan berbagi.
Ali Rahmanto, Pemperhati dunia
anak
Foto http://www.ibudanmama.com/wp-content/uploads/2013/05/130_news.jpg
Terima kasih telah membaca artikel Cerdas Memilih Mainan Anak , diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.