“Rasulullah
berdiri (shalat) sampai bengkak kedua kakinya. Kepadanya ditanyakan: “Mengapa
Anda membebani diri dengan hal yang demikian? Bukankah Allah swt. Telah
mengampuni Anda dari segala dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan
datang?” Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah
yang bersyukur?”(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, juga oleh Basyar bin
Mu’adz, dari Abu `Awanah,dari Ziyad bin `Alaqah, yang bersumber dari al
Mughirah bin Syu’bah r.a.)
“Nabi saw shalat
malam hari tiga belas rakaat.” (Diriwayatkan oleh Abu Kuraib- Muhammad bin al
A’la-, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abi Jamrah,yang bersumber dari Ibnu
`Abbas r.a.) “Sesungguhnya apabila Nabi saw. tidak sempat shalat malam hari
karena tertidur atau berat rasa kantuknya, maka beliau lakukan shalat dua belas
rakaat di siang hari.” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Abu `Awanah,
dari Qatadah, dari Zurarah bin Aufa, dari Sa’id bin Hisyam, yang bersumber dari
`Aisyah r.a.)
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. melaksanakan shalat di malam hari sebelas raka’at. Beliau
lakukan shalat witir (ganjil) satu raka’at. Apabila beliau selesai melakukan
shalat itu, beliau berbaring dengan lambung kanannya di sebelah bawah.”
(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa, dari Ma’an, dari Malik, dari Ibnu Syibab,
dari Urwah,yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
“Sesungguhnya Nabi
saw. tidak wafat, sampai kebanyakan shalatnya (shalat sunnat) dilaksanakan
dalam keadaan duduk.”
(Diriwayatkan oleh
al Hasan bin Muhammad azZa’farani, dari al Hajjaj bin Muhammad, dari Ibnu
Juraih, dari `Utsman bin Abi Sulaiman, dari Abu Salamah bin `Abdurrahman, yang
bersumber dari `Aisyah r.a.)
“Aku pelihara
amalan-amalan Rasulullah saw. berupa shalat delapan raka’at. Dua raka’at sebelum
shalat Dhuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat Magrib dan
dua raka’at sesudah shalat Isya’.” Selanjutnya Ibnu`Umar berkata : “Hafshah
menceritakan kepadaku perihal dua raka’at shalat fajar. Tapi aku tak pernah
melihatnya dilakukan Rasulullah saw.” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id,
dari Marwan bin Mu’awiyah al Farazi, dari Ja’far bin Burqaq, dari Maimun bin
Mihran, yang bersumber dari Ibnu `Umar r.a)
• Hafshah (isteri Rasulullah saw.) dan Ibnu `Umar adalah
kakak beradik, keduanya adalah putera `Umar bin Khathab r.a.
• Disebabkan Rasulullah saw. melakukan shalat fajar di
rumahnya, maka Ibnu `Umar tidak pernah melihatnya.
WUDHU RASULULLAH SAW
“Rasulullah saw.
keluar dari jamban, maka dihidangkan kepadanya makanan.Kemudian para sahabat
berkata : `Apakah kami perlu menyediakan bagi Anda air wudlu?” Beliau menjawab
:”Sesungguhnya aku disuruh berwudlu apabila aku akan melakukan
shalat.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Isma’il bin Ibrahim, dari
Ayyub, dari Ibnu Mulaikah yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
“Kubaca dalam
Taurat bahwa berkah makanan itu karena berwudlu sebelum makan dan berwudlu sesudahnya”.
Hal tersebut kukatakan kepada Nabi saw.dan kukabarkan apa yang pernah kubaca
dalam Taurat itu, maka Rasulullah saw.Bersabda : “Berkah makanan itu disebabkan
berwudlu sebelum makan serta sesudahnya.”(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa,
dari `Abdullah bin Numair, dari Qeis bin Rabi’*. Hadist inipun diriwayatkan
pula oleh Qutaibah, dari `Abdul Karim al Jurjani, kedua riwayat itu bersumber
dari Qeis bin Rabi’, dari Abi Hisyam Adahzadan yang bersumber dari Salman r.a.)
• Qeis bin Rabi’ menurut Ibnu Ma’in periwayatannya dla’if
namun diterima oleh Ibnu Majah dan Abu Daud.
SHALAT DHUHA RASULULLAH SAW
“Aku mendengar
Mu’adzah (binti `Abdullah al- `Adawiyah) sebagai berikut: “Aku bertanya kepada
`Aisyah r.a. : “Apakah Rasulullah saw mengerjakan shalat pada waktu dhuha?”
`Aisyah r.a. menjawab : “Benar, beliau melakukan empat raka’at.Dan terkadang
beliau menambah lagi sebanyak yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla.”
(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud at Thayalisi, dari
Syu’bah, dari Yazid ar Risyk, yang bersumber dari Mu’adzah r.a.)
“Sesungguhnya Nabi
saw. melakukan shalat empat raka’at sesudah tergelincir matahari, sebelum
shalat Dhuhur.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya waktu itu merupakan saat
pintu-pintu langit terbuka. Maka aku menyukai amal salehku diangkat saat itu.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Mutsana, dari Abu Daud, dari Muhammad bin
Muslim bin Abil Wadldlah, dari `Abdul Karim al Jazari, dari Mujahid, yang
bersumber dari `Abdullah bin as Saib r.a.)
SHALAT SUNNAH RASULULLAH SAW DI RUMAH
“Aku bertanya
kepada Rasulullah saw. tentang shalat di rumah dan shalat di masjid.” Beliau
bersabda : “Sungguh, kau melihat sendiri, alangkah dekatnya rumahku dengan
masjid. Sungguh aku lebih suka shalat di rumah daripada shalat di masjid,
kecuali shalat itu shalat fardhu.” (Diriwayatkan oleh `Abbas al Anbari, dari
`Abdurrahman bin Mahdi, dari Mu’awiyah bin Shalih, dari al A’la bin Harits,
dari Haram bin Mu’awiyah, yang bersumber dari pamannya `Abdullah bin Sa’ad
r.a.)
• ‘Abdullah bin Sa’ad al Anshari, ia merupakan salah seorang
sahabat Rasulullah saw.
SHAUM SUNNAT RASULULLAH SAW
“Aku melihat
Rasulullah saw. shaum dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan
Ramadhan.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi,
dari Sufyan, dari Manshur, dari Salim bin Abil Ja’di, dari Abi Salamah, yang
bersumber dari Ummu salamah r.a.)
“Rasulullah saw.
shaum pada awal bulan selama tiga hari pada setiap bulan, dan jarang sekali
beliau tidak berbuka pada hari Jum’at.”(Diriwayatkan oleh al Qasim bin Dinar al
Kufi, dari `Ubaid bin Musa, dan diriwayatkan pula oleh Thalaq bin Ghanam, dari
Syaibani, dari `Ashim, dari Zirin bin Hubaisy, yang bersumber dari `Abdullah
r.a.)
“Nabi saw.
bersungguh-sungguh mengamalkan shaum hari Senin dan Kamis.” (Diriwayatkan oleh
Abu Hafsah –`Umar bin `Ali-, dari `Abdullah bin Daud, dari Tsaur bin Yazid,
dari Khalid bin Ma’dan, dari Rabi’ah al Jarsyi, yang bersumber dari `Aisyah
r.a.)
“Hari Asyura
(sepuluh Muharram) adalah hari yang dishaumi kaum Quraisy pada zaman jahiliyah.
Rasulullah saw. pun shaum pada hari itu. Manakala beliau tiba di Madinah,
beliau shaum pada hari itu dan beliau perintahkan agar hari itu dishaumi.
Manakala bulan Ramadhan diwajibkan untuk shaum, maka shaum Ramadhanlah yang
menjadi kewajiban, dan beliau tinggalkan hari `Asyura. Basrang siapa ingin
shaum silahkan dan barang siapa yang tidak mau shaum tinggalkanlah.
“(Diriwayatkan oleh Harun bin Ishaq, al Hamdzani, `Abdah bin Sulaiman, dari
Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
CARA RASULULLAH SAW MEMBACA AL-QUR’AN
“Aku bertanya
kepada Anas bin Malik r.a. :”Bagaimanakah bacaan (Al Qur’an) Rasulullah saw.?”
Ia menjawab :”Bermad (bertajwid). “(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari
Wahab bin Jurair bin Hazim, dari ayahnya,yang bersumber dari Qatadah r.a.)
“Rasulullah saw.
memotong bacannya (pada setiap ayat). Beginilah cara membacanya:”Alhamdulillahi
Rabbil `Alamin “, kemudian beliau berhenti.Selanjutnya dibaca :
“Arrahmanirrahim” , kemudian beliau berhenti. Selanjutnya dibaca : “Maliki
yaumiddin,”(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Yahya bin Sa’id al Umawi,
dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abi Mulaikah, yang bersumber dari Ummu Salamah
r.a.)
Terima kasih telah membaca artikel Ibadah Rasulullah SAW, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.