Assalamualaikum wr.
wb
“Semangat yang kuat tidak akan bisa menembus pagar-pagar takdir”
Hikmah ini merupakan
catatan akhir dan penyempurna bagi hikmah sebelumnya. Pada hikmah ketiga ini
terkandung jawaban bagi pertanyaan yang masih tersangkut di pikiran akan hikmah
sebelumnya. Tapi sebelum menguraikan hikmah ketiga ini, penting sebelumnya untuk
menjelaskan tentang qadha’ dan qadar.
Qadha’ adalah ilmu
azali Allah terhadap segala apa yang akan terjadi di masa depan. Qadar adalah
terjadinya segala sesuatu, sesuai dengan ilmu azali Allah terhadapnya.
Jadi, pengetahuan
Allah terhadap peristiwa-peristiwa alam sebelum ia terjadi disebut qadha’. Jika
peristiwa itu sudah terjadi (dan terjadinya pasti sesuai dengan pengetahuan
Allah), maka disebut qadar.
Qadha’, yang ketika
terjadi beralih nama jadi qadar, ada yang murni hak Allah tanpa ada peran dari
kehendak manusia sama sekali. Seperti musibah; kematian, sakit, bencana alam;
gempa bumi, tanah longsor, badai topan dan banjir, dll. Ada juga qadha’ yang terwujud
dengan ciptaan Allah, tapi sebagai akibat dari kehendak manusia. Seperti
pekerjaan- pekerjaan yang muncul dari kemauan manusia sendiri; berdagang,
bertani, bersosial, salat, puasa, haji, dll.
So, apa hubungan
hikmah ketiga ini dengan penjelasan barusan? Berikut jawabannya:
Misal ada orang
menekuni suatu sebab dari sebab-sebab (perantara) memperoleh rezeki. Ternyata
pekerjaan itu tidak sesuai syariat. Jika ada orang memperingatkan agar
meninggalkan pekerjaan itu karena tidak sesuai syariat, mungkin ia menentang
dan berkata: “Bahwa mencari rezeki itu disyariatkan dan merupakan tuntutan. Dan
bahwa Allah membenci hamba yang menganggur.” Boleh jadi pula ia akan berkata:
“Allah menempatkan aku pada status asbab. Karena itu aku harus bekerja.”
Jawaban dari
kejanggalan di atas tertuang dalam kalam hikmah ketiga yang menjadi penyempurna
dari hikmah kedua sebelumnya, yaitu
“Semangat yang kuat tidak akan bisa
menembus pagar-pagar takdir”
Maksudnya, ketika
Anda tenggelam dalam sarana-sarana rezeki yang tidak sesuai syariat, maka Anda
harus segera meninggalkannya. Jika syetan berkata pada Anda: “Pekerjaan ini
adalah sarana yang diperuntukkan Allah padamu untuk sumber rezekimu. “Jika kamu
menyumbat saluran rezekimu, maka dari mana kau bisa memperoleh gantinya?” Katakanlah
pada syetan itu: dari mana kamu tahu jika profesi itu adalah sumber hakiki dari
kenikmatan dan kehidupanku?
Bukankah Allah
berfirman “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai
Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”? Jadi, rezeki yang akan menghampiri Anda telah
tertulis dalam ilmu Allah; ia telah masuk dalam qadha’-Nya.
Rezeki tidak akan
datang kepada Anda melainkan yang telah tertulis untuk Anda dalam ilmu-Nya yang
tersembunyi dari kita. Inilah qadar Allah yang akan pasti berkesesuaian dengan
qadha’-Nya.
Adapun usaha keras
Anda tak lebih dari sekadar ‘pelayan’ bagi rezeki yang telah tertulis dalam
qadha’ Allah dan ketetapan-Nya. Katakan pada syetan yang mengganggu Anda: jika
Allah telah menuliskan nasibku sebagai orang yang kaya dengan rezeki melimpah pasti
apa yang telah ditetapkan Allah untukku itu pasti akan mengikutiku, apapun
pekerjaan dan profesiku. Sebaliknya jika Allah menetapkan bahwa aku hanya akan
mendapatkan sedikit rezeki dan harta yang terbatas tentu bagianku akan tetap
sedikit sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah itu, kendati aku berusaha
keras. Hal demikian karana “semangat
yang kuat tidak akan bisa menembus pagar-pagar takdir”.
Semoga kini Anda bisa
memahami kaitan antara hikmah ketiga ini dengan hikmah yang sebelumnya. Tapi
boleh jadi selanjutnya sementara orang timbul pertanyaan susulan : “jika
demikian, maka apa gunanya kita bekerja, jika usaha kita pada hakikatnya tidak
bisa menembus pagar-pagar takdir?” “apa gunanya berkelana sampai ke ujung
dunia, bekerja keras mencari rezeki?” Jawabannya adalah, bahwa berkait
perantara rezeki yang ada di alam ini, Anda berada pada salah satu dari dua
keadaan.
Keadaan pertama,
ketika seluruh sebab dan perantara untuk memperoleh rezeki jauh dari jangkauan
Anda tak terjangkau oleh semangat dan usaha keras Anda. Dengan demikian, Anda
sedang berada pada posisi tajrId. Dalam posisi seperti ini, yang diminta dari
Anda adalah pasrah dan menunggu. Sedangkan banyaknya ragam perantara atau usaha
yang tidak legal hukumnya sama saja dengan tidak ada jalan usaha.
Keadaan kedua, ketika
seluruh perantara untuk peroleh rezeki yang sesuai syariah melimpah di hadapan
Anda. Jika demikian, maka langkah terbaik adalah memanfaatkan peluang, sebab
dan perantara tersebut namun bukan karena ia (pekerjaan, sebab-sebab, sarana
itu) punya kemampuan atau reaksi untuk mempengaruhi qadha’ dan qadar Allah. Tapi
karena tatkala Allah memberi anda sebab-sebab dan peluang-peluang, berarti
Allah memerintahkan Anda untuk memanfaatkannya. Tapi kita harus yakin bahwa
yang memberi pengaruh pada hasil usaha bukan sebab-sebab dan perantara itu,
tapi kehendak dan ketetapan Allah.
Maka, kita bekerja
karena perintah Allah, namun harus yakin bahwa kita ini bergantung pada Allah,
bukan pada pekerjaan itu. So jika pekerjaan kita tidak halal, berarti itu tidak
sesuai perintah. Rezeki kita bersumber dari Allah, bukan dari pekerjaan.
Sumber :
Kitab Al-Hikam
Al-Athoiyah Syarh wa Tahlil
https://twitter.com/sidogiri
http://www.chirpstory.com/li/236205
Wassalamualaikum
wr.wb
Terima kasih telah membaca artikel Ngaji Hikam Bab 3 :Semangat Yang Kuat Tidak Akan Bisa Menembus Pagar-Pagar Takdir, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.