“Terakhir kali aku memandang Rasulullah saw. yaitu tatkala
tirai kamarnya dibuka pada hari Senin. Aku memandang wajahnya bagaikan
kertas mushaf (dalam keelokan dan kebersihannya) . Orang-orang shalat di
belakang Abu Bakar r.a. Hampir saja terjadi kegoncangan diantara umat, kemudian
ia (Abu Bakar r.a.) memerintahkan umat agar tenang. Abu Bakar memimpin mereka,
tirai kamar Nabi saw. dibuka, dan Rasulullah saw. kedapatan telah wafat pada
akhir hari itu.”
(Diriwayatkan oleh Abu `Ammar al Husein bin Huraits, dan
diriwayatkan pula oleh Qutaibah bin Sa’id dan sebagainya, mereka menerima dari
Sufyan bun `Uyainah, dari Zuhri, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
“Tatkala Rasulullah saw. sakit, beliau (Rasulullah) sempat
pingsan, kemudian sadar kembali. Beliau bersabda: “Apakah waktu shalat telah
tiba?” Para sahabat menjawab: “Ya”. Kemudian beliau bersabda: “Perintahkan
Bilal agar mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar shalat
(menjadi imam) bagi umat (atau beliau berkata, perawi ragu) bersama
umat.” Selanjutnya Salim berkata: “Kemudian beliau pingsan kembali, kemudian
sadar kembali, seraya bersabda: “Apakah waktu shalat tiba telah tiba ?” Para
sahabat menjawab: “Ya”. Kemudian beliau bersabda: “Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar
melaksanakan shalat bersama umat.” `Aisyah berkata (usul) kepada
Rasulullah saw. : “Sesungguhnya ayahku amat perasa. Bila ia berdiri di tempat
itu (tempat Rasulullah saw. mengimami), ia akan menangis, dan ia takkan
mampu berdiri. Bagaimana sekiranya Anda perintahkan saja orang lain!” Salim
bercerita lagi: “Kemudian beliau pingsan lagi, kemudian sadar kembali,
seraya bersabda:
“Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan
perintahkan agar Abu Bakar melaksanakan shalat dengan umat (menjadi
imam). Sesungguhnya kalian (wahai kaum wanita) bagaikan wanita pada masa Nabi
Yusuf**.” Kemudian Salim melanjutkan ceritanya: “Maka Bilal diperintahkan, ia
pun mengumandangkan adzan dan Abu Bakar diperintah, ia pun
shalat bersama umat (menjadi imam). Kemudian Rasulullah saw. agak berkurang
rasa sakitnya, maka beliau bersabda: “Carikan untukku orang yang bersedia aku
telekani!”
Maka datanglah Burairah* dan seorang laki-laki lainnya,
kemudian Rasulullah saw. bertelekan pada keduanya. Manakala Abu Bakar
melihatnya, ia pun mengundurkan diri (dari kedudukan menjadi imam), namun
Rasulullah saw. mengisyaratkan agar ia tetap di tempat, akhirnya Abu
Bakar pun selesai mengerjakan shalat (mengimami). * Kemudian Rasulullah saw.
wafat, maka `Umar bin Khattab r.a. berkata: “Demi Allah, tiada
seorangpun yang kudengar menyebutkan Rasulullah saw. wafat, melainkan akan
kupancung (kepalanya) dengan pedangku ini!” Salim menceritakan lagi: “Umat pada
waktu itu tidak mengetahui. (Hal itu dapat di mengerti) sebab sebelumnya tidak
ada pada seorang Nabi. Maka sewaktu `Umar berbuat demikian umat hanya berdiam
diri.
Kemudian mereka berkata: “Wahai Salim! Berangkatlah engkau
menemui sahabat Rasulullah saw. (Abu Bakar) dan panggillah kemari!”
Kutemui Abu Bakar sewaktu ia berada di dalam masjid. Kudekati dia sambil
menangis karena kebingungan. Manakala ia melihat daku, iapun bertanya: “Apakah
Rasulullah saw telah wafat?”. Aku menjawab: sungguh umar berkata: “tak
seorangpun yang kudengar menyebut rasulullah saw. wafat, melainkan ia akan aku
pancung dengan pedangku ini!” Abu Bakar berkata kepadaku: “Sudah, berangkatlah!
”
Maka berangkatlah aku bersamanya. Setibanya, orang-orang
telah masuk ke rumah Rasulullah saw., untuk itu ia berkata: “Wahai umat
Muhammad! Berilah aku jalan!” Kemudian mereka memberi jalan untuk Abu Bakar. Ia
menghampiri jenazah Rasulullah saw. ia bersimpuh dan menyentuhnya, seraya
membaca al-Qur’an (Q.S 39 az Zumar: 30), yang artinya: “Sesungguhnya engkau
akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati.” Para sahabat bertanya: “Wahai
sahabat Rasulullah saw! (ditujukan kepada Abu Bakar) Apakah Rasulullah saw. telah wafat ?”. Ia (Abu Bakar) menjawab: “Ya”. Tahukah
mereka bahwa benar apa yang terjadi. Mereka berkata: “Wahai sahabat Rasulullah,
apakah dilakukan shalat jenazah juga bagi Rasulullah saw. ?” Ia menjawab: “Ya”.
Mereka bertanya lagi: “Bagaimanakah caranya?”. Ia menjawab: “Serombongan masuk,
kemudian bertakbir, membaca shalawat dan berdo’a, kemudian keluar.
Setelah itu masuklah serombongan berikutnya, lalu bertakbir,
membaca shalawat dan berdo’a, kemudian keluar sampai semua orang kebagian.”
Mereka bertanya lagi:
“Wahai sahabat Rasulullah saw! Apakah Rasulullah saw juga
dikebumikan? “. Ia menjawab: “Ya”. Mereka bertanya: “Di mana?”. Ia menjawab:
“Di tempat beliau wafat, di mana Allah mencabut ruhnya pada tempat itu, karena
Allah tidak mencabut ruhnya melainkan pada tempat yang baik.” Yakinlah mereka
bahwa apa yang dikatakan Abu Bakar itu benar. Kemudian ia memerintahkan mereka
agar yang memandikan beliau adalah sepupu beliau dari garis keturunan ayah
beliau.
Orang-orang Muhajirin bermusyawarah (tentang khalifah
sesudahnya) maka berkatalah mereka: “Temuilah teman-teman kita dari
kelompok Anshar, kita ikut sertakan mereka bersama kita pada perumusan
perkara ini (Khalifah)!”
Golongan Anshar berkata: “Dari golongan kami seorang wakil.”
`Umar bin Khattab berkata: “Siapakah gerangan yang dapat menandingi
orang yang memiliki tiga keutamaan? Ia adalah salah seorang dari dua
orang di kala keduanya (Abu Bakar dan Nabi saw.) berada di dalam gua. Di
kala itu Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu berduka cita sesungguhnya
Allah bersama kita.” (Q.S. at Taubah:40).
Siapakah gerangan orang yang berdua itu? Salim melanjutkan
ceritanya: Kemudian ia (`Umar) mengulurkan tangannya, maka mereka para sahabat
berbai’at kepadanya (Abu Bakar) dan seluruh umat pun ikut memberikan bai’at
kepadanya dengan bai’at yang tulus ikhlas.”(Diriwayatkan oleh Nashr bin `Ali al
Jahdlami, dari `Abdullah bin Daud, dari Salamah bin Nubaith, dari Nu’aim bin
Abi hind, dari Nubaith bin Syarith, yang bersumber dari Salim bin
`Ubaid r.a.)
• Salim bin `Ubaid al Asyja’i adalah sahabat Rasulullah saw.
Yang Tsiqat. Ia adalah salah seorang dari ahli shufah (yang tinggal diemper masjid),
Sebagaimana Abu Hurairah.
Periwayatannya dikeluarkan oleh ahli hadist yang empat dan
imam Muslim.
• Maksudnya dalam menyatakan perasaan yang tersembunyi.
• Burairah berasal dari Habsyi, ia adalah budak yang telah
dimerdekakan oleh `Aisyah r.a.
HARTA PUSAKA RASULULLAH SAW
“Rasulullah saw. tidak meninggalkan pusaka kecuali sebilah
pedang, seekor keledai dan sebidang kebun yang dijadikan sebagai sedekah.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Husein bin
Muhammad, dari Israil, dari Abi Ishaq, yang bersumber dari `Amr bin al Harits
r.a.*)
• Ia adalah saudara Juraiyah (isteri Rasulullah saw.)
MIMPI BERTEMU DENGAN RASULULLAH SAW
“Barang siapa bermimpi melihatku di dalam tidurnya maka
sesungguhnya ia benar-benar melihatku. Karena sesungguhnya syaitan tidak
mampu menyerupaiku. “(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari
`Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Abi Ishaq, dari Abil Akhwash, yang
bersumber dari `Abdullah bin Mas’ud.”)
“Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Barang siapa melihat aku
pada waktu tidur (mimpi), maka sesungguhnya ia benar-benar melihat aku.
Sesungguhnya syaitan tidak dapat menyerupaiku. ” Beliau bersabda lagi: “Dan
mimpi orang yang Mu’min itu merupakan satu bagian dari 46 bagian sifat
kenabian.”(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman ad Darami, dari Mu’alla
bin Asad, dari `Abdul `Aziz bin Mukhtar, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas
r.a.)
sumber :
https://abizakii.wordpress.com/as-%E2%80%93-syamail/wafat-rasulullah-saw/
Terima kasih telah membaca artikel Wafatnya Rasulullah SAW, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.