Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Terjemah Al Hikam 14 - Asalnya Semesta Alam Ini Gelap Gulita, Lalu Allah Al-Haq Meneranginya

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

 “Asalnya semesta alam ini gelap gulita, lalu Allah al-Haq meneranginya”.


Maskudnya, segala hal yang ada disekitarmu asal mulanya adalah cahaya. Bumi itu nur. Matahari dan Bulan juga nur. Aneka ragam warna pada benda yang terlihat disekelilingmu, sebenarnya adalah nur yang sedang membungkus materi. Nur-nur itu mengalir begitu halus disetiap sendi, hingga sorot mata biasa yang memandang bisa dibuatnya tertipu. Lebih dalam lagi, Nur yang bisa dirasakan di semesta alam ini ada dua: yaitu Nur yang terlihat mata dan Nur yang terdeteksi akal.

Saat melihat nyala bara api, maka yang terlihat mata itulah Nur pertama. Sedang Nur kedua adalah inti materi yang tersimpan. Nur kedua ini agak rumit, sebab ia hanya bisa dilacak dengan akal. Butuh akal yang super tajam untuk bisa menemukan Nur ini. Bila ada api membara, maka yang Anda lihat itu bukanlah inti api, tapi hanya kulit yang menutupi inti. Ini maksud Nur pertama tadi

Kulit api akan hilang dan menjadi abu yang lalu diterbangkan angin, jika inti apinya musnah. Benda-benda lainnya juga begitu. Analoginya, berarti bukan api yang memancarkan Nur. Nur itu ternyata dicipta oleh hal lain selain api. Lalu, apakah ia? Itulah ciptaan agung Allah. Hanya Allah semata yang bisa merekayasa hal demikian. La haula wala quwwata illa billah…!!!

Allah yang memberi energi pada benda, hingga ia bisa memancarkan cahaya. Ini maksud Nur kedua, yang hanya bisa dilacak akal. Ini maskud kalam hikmah Ibnu Athaillah tadi: “Asal semesta alam ini gelap, lalu Allah al-Haq meneranginya”.

Mungkin kita sering mendengar istilah orang begini, “Manusia itu punya dua potensi: penglihatan mata dan penglihatan hati”. Yang pertama orientasinya pada hal lahiriyah, sedangkan yang kedua cakupannya adalah pada hakikat batin yang samar.

Maka jangan sampai salah pemahaman, apalagi sampai bikin akal tersesat. Kalam hikmah tadi juga pas untuk konteks saat ini. Sebab ilmu sains modern bicara beda. Matahari, misalnya, memancarkan sinar sendiri. Lihat sinar berarti melihat matahari! Padahal sebenarnya yang dilihat adalah materi/benda bernama matahari, bukan inti sinarnya. Matahari hanya alat penampung cahaya. Menyaksikan ikan di akuarium besar, berarti sedang melihat kaca, bukan ikan. Tambah banyak penghalang, berarti semakin jauh. Hal semacam ini akan dijelaskan lebih lanjut oleh separuh kalam hikmah berikutnya. Monggo, lanjut ke pembahasan...

"Orang yang menyaksikan Nur semesta alam namun ia tak menemukan Allah disana, berarti ia telah terhalang silaunya Nur. Ia juga tertutup untuk bisa makrifah pada Allah, tak ubahnya mendung yang menutupi cerahnya sinar mentari”.

Maksudnya, bila rahasia Nur semesta bisa disingkap, tapi ternyata tak membuat tambah makrifah pada Allah, berarti ia keliru. Kedalaman ilmu, ditunjang penelitian dan penemuan mutakhir dibidang kosmologi, sebenarnya bisa mengantar seorang untuk makrifah. Sayangnya, banyak orang yang salah kaprah tentang ini. Faktanya, sudah ribuan ilmuwan dan profesor melakukan riset di Lab, berbagai kajian literatur dan seminar digalakkan, banyak penemuan yang berhasil dipublikasi, tp ujung-ujungnya apa yang didapat???  Mereka malah stagnan. Berhenti pada hasil risetnya atau malah sibuk dengan sederet gelar mentereng yang didapat. Meski ia adalah sosok berdedikasi tinggi, tapi hakikatnya ia gagal. Sebab ilmunya tak bisa mengantar pada makrifatullah.

Ilmunya menolak untuk mengenal Allah. Penemuannya menyilaukan akalnya. Allah menyebut orang-orang ini dlm QS An-Nur [24]:40.

Kita harus takjub dengan seorang yang berkata: “Subhanallah” saat melihat gunung. Berucap: “Allahu Akbar” ketika liat keindahan langit. Ini resep ilmuan-ilmuan Muslim terdahulu. Tak mengherankan bila di abad pertengahan muncul ilmuan-ilmuan Muslim yang juga sosok ulama. Ibnu Haytam yang fisikawan adalah ulama. Al-Biruni, kimiawan sekaligus astronom terkemuka, juga ulama mumpuni. Tak hanya itu, Ibnu Khaldun yang pakar georafis juga seorang ulama. Ibnu sina, pakar kedokteran modern, juga ulama. Subhanallah... Dan masih banyak lagi ulama yang ternyata juga ilmuan-ilmuan dengan kredibilitas tinggi. Inilah contoh ilmu yang membawa makrifatullah.

Seisi ilmu yang ada di benak bisa menambah cinta pada Allah, lebih mengenal Allah dan semakin dekat dengan Allah. Lalu, bagaimana cara kerja kalam hikmah Ibnu Athaillah tadi? Jawabannya, pertama kali yang harus dilakukan adalah menata hati. Mantapkan hati bahwa segala interaksi kita dengan semesta alam ini adalah hanya untuk makrifah dan menambah iman pada Allah.

Kisah yang di alami Imam Fakhruddin ar-Razi berikut ini mungkin bisa menginspirasi perjalanan suluk kita. Seorang nenek mengintip ar-Razi dari celah-celah retakan rumahnya. Saat itu ar-Razi dikerumuni banyak orang. Si nenek lalu bertanya: “Siapa gerangan yang datang?” Orang disampingnya menjawab, “Ia adalah Iman Fakhruddin ar-Razi, yang karangannya memuat banyak sekali hujjah ilmiah seputar Wujudullah dan Wahdaniyatullah!” katanya mantap. Dengar kata-kata itu, si nenek jawab enteng: “Andai tak dilanda seratus keraguan dihati, tentu kita tak butuh seratus hujjah".  Kata-kata nenek tadi lalu disampaikan ke ar-Razi. Tapi beliau malah berdoa: “Ya Allah, beri aku iman seperti iman orang-orang awam”.

Konteks ar-Razi disini bukan menolak ilmu. Tapi beliau khawatir ilmu yang dimiliki akan mengekang akalnya. Khawatir kecerdasan akalnya akan mengikat hatinya, hingga tak bisa mencapai kebenaran hakiki. Naudzubillah...

Untuk orang yang level ilmunya sudah tinggi, apa mungkin yang harus dilakukan? Agar ilmunya membawa makriah? Solusinya, kata al-Bhuti, saat ingin suluk pada Allah, ia harus terus jalan. Menerobos lorong-lorong sempit dan tikungan-tikungan yang menipu hingga akhirnya ia akan bisa makrifah kepada Allah. Jangan coba-coba berhenti jika belum sampai makrifah.

Tanamlah dalam-dalam dihati, bahwa “Asalnya semesta alam ini gelap gulita, lalu Allah al-Haq meneranginya”.

----------------------------------------------------------------

“Alam semesta (al-kaun) itu kesemuanya berupa kegelapan, sedang penerangnya, adalah dzahirnya (tampilnya) al-Haq (Allah) di dalamnya, maka barangsiapa melihat alam semesta namun tidak menyaksikan Al-Haq di dalamnya, atau padanya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka benar-benar ia telah tersilaukan oleh wujud  cahaya-cahaya, dan telah terhijab (tertutup) ia dari matahari ma’rifat  oleh awan-awan jejak penciptaan.”

Ustadz Salim Bahreisy dalam syarahnya menulis:
Alam semesta yang mulanya tidak ada (adam) memang gelap, sedang yang mendhohirkannya sehingga berupa kenyataan, hanya kekuasaan Allah padanya, karena itu siapa yang melihat sesuatu benda di alam ini, kemudian tidak terlihat olehnya kebesaran kekuasaan Allah yang ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang terang, lalu ia mengira tidak ada sumber cahya lain yang juga merupakan sumber nyala cahaya yang dilhatnya tersebut. Padahal sebenarnya alam seisinya ini pada hakikatnya terlihat semata-mata karena cahaya Allah semata.

Sedangkan Syaikh Fadhlala Haeri mensyarah:
Meskipun seluruh alam ini diciptakan dari nur ilahi, tetapi semua wujudnya tampil sebagai cahaya dan bayang-bayang, baik dan buruk, siang dan malam. Jika seorang pencari spiritual tidak melihat Allah yang memancarkan nur-Nya di balik semua ini, berarti ia sedang diliputi kebingungan terhadap permainan bayang-bayang eksistensial dan awan-awan realitas yang berubah-ubah. Penciptaan manusia mempunyai makna dan tujuannya sendiri, yang berasal dari nur azali, yakni sebab yang selalu ada di balik perubahan-perubahan fenomena duniawi yang tampak.

Wassalamualaikum wr.wb


Referensi :

http://chirpstory.com/li/238257

https://alhikam2012.wordpress.com/2012/07/07/terjemah-al-hikam-karya-syaikh-ibnu-aththoillah-oleh-ustadz-salim-bahreisy-hikmah-no-14/

Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 14 - Asalnya Semesta Alam Ini Gelap Gulita, Lalu Allah Al-Haq Meneranginya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :