Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Diantara yang menunjukkan keperkasaan Allah padamu, adalah Allah menghalangimu dariNya dengan suatu yang tiada wujud bersamaNya”
Mari kita mulai penjelasan hikmah ini dengan pendahuluan
berikut:
Di malam yang gelap, saat Anda berada di sebuah kamar dengan
lampu terang didalamnya, Anda lihat cahaya memenuhi ruangan itu, cahaya lampu
di dalam kamar itu menyibak kelamnya malam, mengubah menjadi bercahaya terang
benderang. Tapi coba bayangkan Anda memegang papan kayu, lalu Anda letakkan
papan itu di tengah-tengah antara Anda dan lampu itu. Maka yang terjadi adalah
cahaya lampu akan terpisah dari Anda, sisi gelap terbentu antara Anda dan lampu
itu. Karena memang ada benda asing yang menghalangi Anda dari lampu itu, maka
Anda pun terhalang dari sinar lampu itu. Tentu saja, gambaran di atas jelas,
aksiomatis, dan tak perlu penalaran lebih jauh lagi.
Namun hubungan alam semesta dengan Nur Ilahi (Cahaya
Ketuhanan) yang meliputi seluruh semesta dan menjalar di dalamnya sama sekali
berbeda dengan perumpamaan tadi; sama sekali berbeda dengan hubungan antara
kita dengan lampu tadi. Seisi alam semesta ini diliputi oleh Nur Allah
luar-dalam, sebagaimana telah dijelaskan kemarin malam, pada Hikmah-14, hal demikian karena segala sesuatu
bisa wujud, bernilai dan berarti hanya karena Allah. Maksudnya, Nur Allah
menjalar pada segala sesuatu, sehingga segala sesuatu bisa menjalankan fungsi yang
semestinya. Jadi, segala sesuatu, mulai dari yang paling kecil hingga yang
paling besar, bisa menjalankan fungsinya bersebab Nur Ilahi.
Inilah maksud firman Allah :
“Tidaklah kamu tahu
bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan
(juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing mengetahui (cara)
salat dan tasbihnya” (QS 24:41)
“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka” (QS 17:44)
Maksudnya dengan Nur Allah, segala sesuatu dari sesisi alam
ini bangkit melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing. Jadi jika segala
sesuatu seisi alam ini diterangi oleh Nur Allah, maka apakah hal yang bisa
menghalangi Anda dari Allah?
Di atas telah dikemukakan perumpamaan papan kayu yang
menghalangi Anda dari cahaya lampu di dalam kamar. Karena memang kayu adalah
benda padat yang tak bisa ditembus cahaya, itu sebabnya Anda terhalang dari
cahaya lampu itu. Tapi benda apa yang tak diterangi dan tak dijalari Nur Allah,
hingga bisa jadi penghalang antara Nur Allah dan hati/akal manusia? dari mana
datangnya benda ini hingga bisa menghalangi Anda dari Nur Allah (yang meliputi
dan menjalari segala sesuatu)?
Jika Anda arahkan pandangan ke seluruh isi alam ini, maka
pasti tak ada satupun yang tak disinari oleh Nur Allah luar-dalam. Lalu benda
apa yang bisa menghalangi Anda dari Allah, padahal tak ada satu bendapun yang
tak diterangi Nur Allah, luar-dalam? Jika memang tak ada wujud apapun yang bisa
menghalangi Anda dari “menyaksikan” keberadaan Allah, karena memang segala yang wujud telah
diterangi Nur Allah, hingga bisa menunjukkan Anda pada keagungan Allah berarti
mestinya tak ada suatu apapun yang bisa menghalangi Anda dari Allah, dari
mengenal dan makrifat pada Allah. Akan tetapi “keperkasaan Allah” mampu
menjadikan suatu yang tak punya wujud hakiki berperan sebagai penghalang itu.
“Sesuatu” itu tak punya wujud hakiki dan tak bisa
mengalahkan Nur Ilahi yang menerangi dan menalari seisi alam semesta. Sehingga
mestinya “sesuatu” itu tak bisa menghalangi mata hati dan akal manusia dari
menyaksikan keagungan Allah. Akan tetapi “keperkasaan Allah-lah” yang bisa
menjadikan “sesuatu” itu bisa menghalangi hati dan akal manusia dari Allah.
Inilah maksud dari pernyataan Ibnu Athaillah di atas: “Di
antara yang menunjukkan keperkasaan Allah padamu, adalah Allah menghalangimu
dari-Nya dengan sesuatu yang tiada wujud bersamaNya” Kita semua tahu banyak
orang yang terhalang dari menyaksikan keagungan Allah dan makrifat terhadap
Allah, padahal tak ada suatu apapun di semesta ini yang bisa menghalangi
siapapun utk ‘menyaksikan’ Allah dan makrifat kepada-Nya. Karena segala sesutu
di alam semesta ini diterangi Nur Allah, sehingga mestinya semua bisa
menunjukkan kita pada Allah.
Renungkanlah perihal orang-orang yang tidak percaya pada Allah,
menentang dan kufur pada Allah. Jelas mereka terhalang dari Allah. Tapi apakah yang
menghalangi mereka dari Allah, sehingga mereka ingkar, menentang dan kufur
kepada-Nya? Yang menjadi penghalang mereka dari Allah adalah “kemahaperkasaan
Allah” dan “kekuatan Allah”. Itu saja. Tak ada yang lain.
“Kemahaperkasaan Allah” tak memerlukan benda atau alat
apapun untuk menghalangi seseorang dari ‘menyaksikan’ Allah. Tidak sama dengan
permisalan papan kayu yang menghalangi kita dari cahaya lampu, seperti contoh
di atas tadi.
Allah berfirman yang artinya: “ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah MENGHALANGI antara manusia dan
hatinya” (QS 8:24)
Allah berfirman: “Sekali-kali
tidak, sungguh mereka pada hari itu benar-benar TERHALANG dari (rahmat) Tuhan
mereka” (QS 83:15)
Namun siapakah mereka, yang dengan “kemahaperkasaan-Nya”,
Allah menghalangi mereka dari-Nya tanpa suatu penghalang apapun? Mereka adalah
orang-orang yang mendapat murka dari Allah lantaran keangkuhan, kesombongan,
dan keingkaran mereka pada Allah. Ya, hanya tipe orang seperti mereka yang
dihalangi oleh Allah dari menyaksikan keagungan-Nya. Bukan semua orang.
Karena, misalnya, memang ada orang yang sudah tahu jika alam
ini tak mungkin tercipta secara kebetulan. Mereka juga tahu jika struktur alam yang
sangat rumit ini pasti diatur oleh Dzat Yang Maha Hebat. Tak mungkin berfungsi
sendiri. Tapi meski tahu begitu, mereka malah masa bodoh terhadap Nur Ilahi
sebagai penggerak hakiki dari alam yang mereka lihat. Meski menyaksikan alam
seperti itu, mereka ingkar pada Allah, tak beriman pada-Nya, tetap angkuh dan
menyombongkan diri. Orang dengan tipe seperti itulah yang dihalangi oleh Allah
dari-Nya, hingga tak bisa menyaksikan keagungan Allah. Orang seperti itulah yang
Allah sebut sebagai “punya hati tak memahami, punya mata tapi tak melihat,
punya telinga tapi tak mendengar”. Bisa saja orang punya hati, mata dan
telinga, namun ia malah terhalang dari ‘melihat’ Allah, hingga ingkar pada
Allah. Karena Allah menghilangkan fungsi dari ketiga komponen itu, hingga tak
perlu penghalang apapun agar orang itu tak melihat Allah. Orang yang terhalang
dari Allah, hatinya jadi gelap dan sekeras batu, hingga ia selalu membangkang
pada Allah
Dalam hal ini, Allah berfirman dalam QS 2:74
“Kemudian setelah itu
hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”
Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/238377
Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 15 - Allah Menghalangimu DariNya Dengan Suatu yang Tiada Wujud BersamaNya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.