Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Keluarlah engkau dari sifat-sifat manusiawi yang bisa mencegah ibadahmu (kepada Allah). Agar bisa jawab panggilan Allah dan tambah dekat dengan-Nya”
Manusia sengaja diciptakan dengan bermacam-macam karakter.
Tapi, semua karakter tersebut terintegrasi dalam 2 hal penting: yaitu positif
dan negatif.
Karakter yang positif
semisal suka menolong, berakhlak baik, menghormat yang tua, ramah pada teman
sejawat dan penyayang pada yang muda.
Sedang karakter yang
negatif semisal sombong, rakus harta, pendendam dan fanatik. Nah, karakter
nomer 2 ini yang kita kenal dengan nama “nafsu”.
Setiap manusia pasti punya sisi positif dan negatif. Allah
sengaja merancang manusia punya karakter yang sedemikian rupa (QS 91:7-8).
( 7 ) dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya),
( 8 ) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Maka aturan yang benar adalah; karakter positif di
lestarikan, sedang yang negatif di jauhi. Kenikmatan ibadah dengan Allah jangan
diganggu nafsu. Sangat pas dengan wanti-wanti Ibnu Athaillah di pembukaan tadi,
“Keluarlah dari sifat-sifat manusiawi yang bisa mencegah ibadahmu (kepada
Allah)”.
Kalam hikmah ini mengajak kita untuk menjaga agar cara kerja
karakter kita stabil. Kepribadian yang positif akan melahirkan hal positif
pula. Lalu pertanyaannya, apa hikmah Allah menciptakan manusia plus nafsunya?
Bukankah nafsu itu yang membuat manusia jadi celaka di dunia?
Apa pula tujuan Allah melekatkan mencipta karakter negatif,
seraya menyuruh manusia agar jangan dekat-dekat dari pengaruh negatif nafsu
itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering hinggap di pikiran kita, tanpa
disadari, kita telah agak lancang pada Allah. Lalu apa hikmahnya?
Jawabannya, kata al-Buthi, positif dan negatif karakter
manusia itu sebenarnya punya potensi besar lho, jika kedua-duanya bisa
ditundukkan. Coba bayangkan, seandainya Anda berhasil menaklukan nafsu sendiri,
maka Anda akan bisa mengubah sikap egoisme jadi motivasi positif. Jika Anda
kikir maka lawanlah sifat kikir itu, hingga ia takluk dan berubah jadi
dermawan. Sifat pendendam akhirnya bisa jadi penyayang. Lawanlah sifat pemarah
Anda, hingga ia jadi ramah. Lawan semua sifat yang menjerumuskan, hingga ia
jadi kawan/teman yang menguntungkan.
Segala sifat yang konotasinya negatif, jika bisa
dimanfaatkan sebaik mungkin, bisa jadi potensi besar yang menuntun pemiliknya
menuju surga. Lalu bagaimana cara menaklukan sifat-sifat negatif tadi agar ia
jadi jinak? Jawabannya, ada pada pendidikan yang baik dan konsep ilmu yang baik
pula.
Sebab pendidikan yang berkualitas dan konsep ilmu agama yang
mumpuni akan berpengaruh positif pada karakter unggul anak-anak didik
dikemudian hari. Nah, disinilah pentingnya agama menekankan pendidikan yang
benar sejak usia dini. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Paling
tidak dengan cara pengajaran Islam yang benar, cara pandang anak-anak itu juga
benar. Jika hal ini berhasil, Islam juga akan diuntungkan.
Dan bukan tidak mungkin konsep ilmu-ilmu modern saat ini
juga bisa di-Islam-kan semuanya, asal disertai usaha yang kuat. Buktinya, ulama
yang pakar dalam berbagai bidang ilmu, utamanya ilmu keagamaan, punya kedudukan
yang tinggi di hati kalangan pemeluk Islam.
Sangat berbeda dengan framework atau cara pandang
orang-orang barat, yang memisah agama dengan ilmu pengetahuan. Cara berpikir
macam ini khas sekuler. Orang-orang yang tak tahu kaitannya pengembangan
karakter diri dengan ilmu pengetahuan, kebanyakan tak percaya agama atau tak
yakin dengan agamanya. Dalam istilah filsafat ada adagium begini: "Akhlak
yang buruk tak akan pernah berubah jadi baik". Sekali buruk akan buruk
selamanya.
Hal semacam ini tidak berlaku dalam Islam. Ajaran Islam
sangat menekankan cara pengkaderan yang baik kepada seluruh pemeluknya. Segala
usaha yang dilakukan untuk memperbaiki karakter penerus bangsa adalah sangat
mulia dalam pandangan Islam. Ini karakter agama yang benar.
Kita punya pegangan yang nyata untuk mengarungi kehidupan
ini: yaitu al-Quran. Allah menurunkan Al-Quran agar jadi petunjuk hidup kita.
Jika ajaran-ajaran Islam yang mulia itu telah terintegrasi dan menyatu dalam
setiap pribadi manusia, sungguh sangat indah alur hidup ini.
Coba Anda bayangkan saat tingkah laku, cara berpikir, cara
mengatur bisnis dan segala kebutuhan kita selaras dengan al-Quran, maka
karakter-karakter negatif akan melebur dan hilang secara sendiri dari diri
kita. Yang timbul adalah sifat-sifat positif yang bisa memotivasi hidup.
Yakin pada segala yang di takdirkan Allah juga masuk dalam
kategori ini. Keyakinan hati akan baiknya ketentuan Allah akan berbuah positif.
Berbagai musibah yang Anda alami, jika disikapi dengan lapang dada, maka akan
memunculkan kebijaksanaan dari dalam diri. Semua pasti ada hikmahnya.
Seorang yang sadar akan hikmah takdir Allah, maka tubuhnya
akan merespon positif pada Allah. Tubuh akan terasa ringan saat beribadah.
Ambil contoh hikmah Salat kita. Jika Salat telah jadi rutinitas dan kebutuhan
diri, secara otomatis ia akan bisa mengconter hal-hal negatif.
Saat bahasa tubuh ini yang ada hanya Shalat, maka
kepribadian tubuh akan tunduk. Jika tubuh tunduk, maka ia tak akan pernah
sombong lagi. Begitu pula dengan segala rutinitas positif lainnya. Yakinkan
hati bahwa semua itu akan berdampak positif bagi tubuh dan karakter kita.
Allah sengaja men-setting manusia dengan aturan-aturan
Syariat, agar mereka jadi makhluk mulia. Agar karakter mereka tak sama dengan
nafsu hewani. Nafsu yang liar, bebas dan tanpa aturan akan buat manusia jadi
hina. Manusia dengan hewan tentu saja sangat berbeda.
Perumpamaan ini di sebuntukan Allah dalam QS 95:5, bahwa
manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya akan terbalik jadi orang yang paling
hina.
“Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”
Maka Anda harus jadi diri sendiri, yang tak tergiur nafsu
apalagi terbawa arus negatifnya. Agar Anda bisa semakin dekat dengan Allah.
“Keluarlah dari
sifat-sifat manusiawi yang bisa mencegah ibadahmu (kepada Allah). Agar engkau
bisa jawab panggilan Allah dan tambah dekat dengan-Nya”
Demikian Hikmah 34. Semoga kita bisa merasa nikmat saat
beribadah pada Allah. Amin ya rabbal alamin.
Assalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/241597
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 34 - Keluarlah Engkau dari Sifat-Sifat Manusiawi yang Bisa Mencegah Ibadahmu (kepada Allah), diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.