Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Allah yang Maha Haq, tidak terhalang oleh sesuatu apapun. Akan tetapi yang terhalang adalah kamu dari melihat kepada-Nya, Karena apabila Allah terhalang sesuatu, pasti Allah SWT dapat ditutupi dan apabila dapat ditutupi maka adanya Allah terkurung. Tiap yang terkurung pasti ada yang menguasai. Sedangkn Allah Dzat yang memiliki kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-hamba-Nya.”
Untuk memahami maksud kalam hikmah di atas, al-Buthi
memberikan sampel sebagai contoh agar mudah membedakan ungkapan kalam hikmah
tersebut.
Perhatikan ungkapan berikut! “Matahari tertutupi dariku” dan
ungkapan “Aku tertutupi dari Matahari”.
Ungkapan yang pertama, mencocoki pada kondisi jika pada lapisan
Matahari terdapat awan yang menghalangimu, sehingga tertutupi. Sedangkan
ungkapan yang kedua,mencocoki dengan kondisi jika pada pengelihatanmu terdapat
hijab yang dapat menghalangi sinar matahari.
Berarti situasi yang pertama Matahari terhijabi darimu dan
yang kedua kamu yang tertutupi dari Matahari, berbeda. Pertanyaannya,
mungkinkah ada kondisi yang mencocoki pada perkataan “Allah tertutupi dari
manusia atau dari suatu makhluk yang ada?”
Jika direnungkan, akan dipahami pada kondisi seperti apa pun
tidak mungkin wujud Allah ditutupi suatu darimu atau yang lain. Karna jika
Allah dihijabi sesuatu, berarti Dia ada dalam zona kekuasaan barang yang
menutupi-Nya, hal itu mustahil terjadi bagi Allah SWT.
Inilah, inti sari makna yang terkandung dalam kalam hikmah “إذلوحجبه شيئ لستره ماحجبه
ولوكان له ساتر لكان
لجوده حاصرا"
Artinya, barang yang tertutupi menggambarkan ruang
keterbatasan baginya dan hanya terkurung dalam area hijab yang menutupi. Karena
jika tidak, pasti akan terbuka dan bisa dilihat oleh banyak kalangan dari luar
zona tersbut.
Sedangkan antara penutup dengan barang yang ditutupi pasti
berpisah, tidak dalam satu tempat. Semua hal tersebut sangat imposibel bagi
Allah SWT. Ibnu Athaillah mengarahkan pada dua hakikat penting di balik
pengertian kalam hikmah yang kita bahas kali ini.
Hakikat pertama area akidah dan yang kedua ranah tarbiyah
dan suluk (pendidikan dan perjalanan menuju makrifat kepada Allah. Kita pahami
bersama dua pembagian yang diarahkan Ibnu Athaillah terkait maksud kalam hikmah
di atas, monggo kita lanjut.!
Pertama yang terkait dengan ranah akidah, yaitu isi kalam
hikmah berikut: “Sesungguhnya Allah tertutupi dariku atau dari segenap
hamaba-Nya.” Ungkapan ini sama sekali tidak boleh diucapkan, karna pada kalam
tersebut terkesan menjadikan Dzat Allah sebagai objek yang tertutupi. Berarti
ada subjek yang mengendalikan dan menguasai untuk menutupi Dzat Allah SWT, dan
menganggap Allah ada dalam suatu tempat.
Sedangkan Allah SWT mempunyai sifat مخالفة
للحوادث beda dengan
perkara baru dari semua sisi, seperti tidak berupa benda, tidak bertempat dst.
Ketahuilah! Pada awalnya semua alam dan isinya tidak ada,
kemudian diciptakan oleh Allh SWT yang semua ada dalam kendali-Nya. Maka semua
alam semesta inilah yang butuh kepada Allah, bukan sebaliknya. Bagaimana
mungkin sang Pencipta butuh pada yang diciptakan?
Dan bagaimana mungkin sang Khaliq terkendali dalam daerah
kekuasaan makhluk-Nya? Tentunya sangat tidak mungkin. Secara dharuri dan
intuatif semua praduga dan perkiraan di atas sangat imposibel terjadi pada
Allah SWT yang Maha Raja dan Maha Haq.
Pemahaman yang terkait dengan area kedua, adalah zona
pendidikan dan suluk, ulasannya sebagaimana berikut. Secara fitrah manusia
mengenal kepada Allah sebagai Tuhannya, ia cenderung rindu dan cinta kepada
Allah yang pada eksistensinya tidak ada penghalang. Cuma ketika dia
mondar-mandir dalam labirin dunia dan tenggelam dalam tipu muslihanya serta
condong pada keinginan syahwat dan hawa nafsu. Maka akan ada hijab yang merajut
dan terselubung dalam hati dan pikirannya yang menjadikan dia lupa dan bodoh
tidak seperti semula. Akhirnya dia akan tertutup hatinya dari makrifat kpada
Allah, hatinya berubah tidak seperti semula.
Setelah mengerti dua esensi makna tersebut, kita harus tahu
tugas dan kegiatan terpenting yang harus menjadi prioritas dalam
pelaksanaannya. Yaitu beramal baik dengan tekun dan istikamah, sekiranya dapat
menghilangkan hijab-hijab yang sudah menumpuk dalam jiwa kita.
Yang hijab-hijab itu menjadikan fitrah keimanan mengurang,
serta membutakan mata hati dari melihat cahaya Tuhan yang terpancar pada
pejajahan alam. Dan hanya dengan cahaya Tuhan, Alam semesta bisa terlihat
terang, sebagimana telah dikutip pada kalam hikmah sebelumnya :
”Semua entitas alam
pada mulanya gelap tak terlihat, hanya saja disinari oleh cahaya wujud Allah
yang Maha Haq.”
Sedangkan cara tepat untuk menghilngkan hijab-hijab yang
menumpuk dalam hati kita secara total adalah rekonsiliasi sejati antara ruh dan
kerinduannya, jasad dan kebutuhannya agar jasad selalu melayani kebutuhan ruh,
bukan sebaliknya. Karena hakikat yang kekal dan abadi pada diri kita adalah
ruh, sedangkan jasad akan rusak dan sirna.
Dan kelak pada hari dibangkitkan semua makhluk, Allah
menjadikan Ruh sebagai tempat jasad baru, sesuai dengan tatanan yang baru. Maka
menjadi wajib bagi kita, untuk selalu memupuk hati dengan cinta dan ta’dzim
kepada Allah SWT. Serta memperbanyak dzikir, baca al-Quran sambil mentadabburi
dan mensyukuri segenap nikmat yang telah dianugerahkan pada kita. Sehingga pada
perasaan dalam hati kita, Wujud Allah betul-betul agung dan entitas dunia
terlihat hina dan fana. Akhirnya mata hati kita akan selalu melihat kebesaran
Allah dan kabut penghalang akan lenyap dalam kesilauan cinta dan ta’dzim
kepada-Nya.
Demikian hikmah 33.
Assalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/241481
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 33 - Allah yang Maha Haq, tidak terhalang oleh sesuatu apapun, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.