Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Memperhatikan aib batin yang ada pada dirimu, jauh lebih baik dari menginginkan hal supranatural yang terhalang darimu.”
Dalam hikmah ini Ibnu Athaillah ingin meluruskan persepsi
salah yang berkelindan di hati setiap penggiat dakwah, namun tidak disadari
sebagai dosa. Dan persepsi tersebut tidak lain merupakan jaring-jaring syetan
menghalangi misi suci untuk bisa sampai pada keharibaan Allah.
Perlu disadari, cara syetan mengelabui manusia yang jauh
dari garis hidayah berbeda dengan cara mengelabui orang yang paham agama.
Mengelabui orang yang sehari-hari sibuk berjuang amar ma’ruf dan nahi munkar
berbeda lagi caranya dengan mengelabui orang-orang awam.
Bagaimana syetan mengelabui para ustadz yang sibuk
membimbing masyarakat awam menemui hakikat hidup? Syetan membuat si ustadz
merasa begitu dekat dengan Allah, ketika ia mampu menampakkan sebagian karamah
atau hal luar biasa yang dimiliki. Bahkan ada yang merasa keajaiban dan karamah
itu harus dimiliki juru dakwah guna menarik perhatian masyarakat sebagai objek
dakwah. Lebih parah lagi jika hal luar biasa yang dimiliki menjadi tolak ukur
tingginya derajat dan dekat dengan Allah. Jaring syetan yang amat berbahaya.
Sehingga banyak para dai dalam ibadah, dzikir dan rutinitasnya tidak diniati
mlaksanakan kewajiban melainkan agar bisa wusul dan mendapat karamah.
Perlu disadari bahwa
melaksanakan perintah Allah bukan melulu ditujukan agar bisa ma’rifat, menjadi
wali dan punya karamah. Noted!
Lebih penting dari itu adalah untuk menyucikan hati dari
berbagai penyakit seperti sombong dsb. Yang nyata-nyata membuat jauh dari
Allah. Maka apa yang diperintahkan pakar sufi sekaliber Imam Junaid
al-Baghdadi, Imam Muhasibi, Imam Qusyairi dll, untuk memperbanyak ibadah
membaca doa pagi dan sore, dan memperbanyak tilawah, harus dipahami pula
sebagai warning agar tidak silau dengan karamah yang dimiliki.
Jika kita sedang melakukan rutinitas ibadah, wirid atau
semacamnya perlu memahami sisi obat plus penyakitnya sekaligus. Bahwa dalam
setiap ketaatan yang dilakukan rentan menimbulkan penyakit hati seperti pamer,
bangga diri dan merasa paling benar sendiri. Nah, yang harus kita lakukan
setiap kali melakukan ibadah adalah meminta agar Allah senantiasa melindungi
dari 'dosa batin' yang menjangkit.
Inilah poin Hikmah ke 32 kali ini, selaras dengan QS.
Al-A’la: 14-15, as-Syams: 9-10, an-Nazi’at: 18-19, yang menyeru pada tazkiyah
nafsi.
( 14 ) Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman),
( 15 ) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
sembahyang.
( 9 ) sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu,
( 10 ) dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
( 18 ) dan katakanlah (kepada Fir'aun):
"Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".
( 19 ) Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar
supaya kamu takut kepada-Nya?"
Tazkiyah nafsi atau penjernihan hati menjadi ajaran inti
dari rangkaian suluk yang dilakukan seseorang menuju keharibaan Maula Ta’ala.
Terlalu naif jika tazkiyah di sini dipersempit cakupan maknanya hanya pada
kemamapuan melihat hal gaib, memperoleh karamah dsb. Yang terpenting dari
ibadah kita adalah bagaimana sekiranya kita terbebas dari “dosa batin” yang
kerap menggerogoti amal tanpa kita sadar.
Bila seseorang terkagum kehebatan dirinya, iri pada nikmat
temannya serta dendam pada orang yang mengungguli popularitasnya berarti ia
terhalang rahmat dan kelembutan Allah, bahkan meski ia memiliki kekuatan
supranatural sedemikan rupa tak berarti itu karamah, bisa jadi hal itu
istidariaj; suatu upaya Allah untuk menguji hamba; mampukah ia menahan diri
tidak tergoda fitnah kehebatan dirinya?.
Maka hal mutlak yang mesti dimiliki oleh seorang dai adalah
mempertebal ma’rifat dan kedekatannya kepada Allah. Jika hal ini menjadi fokus
seorang dai, semakin ia merasa ibadahnya tidak sempurna dan menganggap dirinya
bukan siapa-siapa. Ia juga merasa bahwa keberkahan yang dicapai oleh murid atau
masyarakat yang didakwahinya adalah anugerah Allah semata, bukan usaha dirinya.
Ada hikmah yang perlu diketahui mengapa Allah tidak
menjadikan selain rasul memiliki ‘ismah (terjaga dari perbuatan dosa), meski
seorang wali! Yaitu agar selain rasul dapat menjaga adab sehingga ia tidak
merasa bangga dan melihat dirinya pantas mendapatkan keagungan sedemikian rupa.
Semoga Allah tidak menjadikan penghormatan dan praduga baik orang lain sebagai
candu yang memabukkan, sehingga kita lupa atas kelalaian diri.
Semoga nikmat Allah yang selalu menutupi kekurangan diri
tidak menjadikan kita lupa atas kekurangan itu dan kemudian tidak meminta
ampunanNya. Dai tangguh adalah mereka yang mampu mengobati penyakit hati
sehingga dapat menempuh jalan Allah. Meminimalisir hal-hal yang membuat resah.
Jika memang ini yang harus dilakukan juru dakwah, mengapa
tidak semua orang bisa melakukannya dan justru kans ke arah sana seperti telah
tiada? Bahwa untuk menjadi dai tangguh seseorang terlebih dulu harus menaruh
curiga pada nafsu yang menjerat serta mengkhawatirkan keadaannya.
Untuk bisa mnempuh langkah ini, perlu bagi seseorang
melakukan dua hal.
Pertama,
orang-orang saleh meski menempuh langkah suluk ia tak pernah lupa jati dirinya
sebagai manusia biasa yang masih terjerat cinta dunia. Kendati demikian ia
tetap fokus melakukan ibadah dan ketaatan dengan dipenuhi mahabbah, cinta dan
takut kepada Allah. Ia tahu bahwa ia sedang menghadapi bahaya di saat
dihadapkan pada nafsunya. Akan mudah baginya terjerumus pada jeratan nafsu
seandainya sekejap saja Allah melepas penjagaan dirinya.
Kedua, seseorang
bila makin dekat dan makin makrifat pada Allah maka ia melihat dengan seksama
betapa agungnya hak-hak Allah di atas segalanya.
Maka mari kita lihat Sayyidina Umar, meski terjamin masuk
surga, rasa takut terjerat nafsu masih menggelayuti hatinya. Rayu saja orang
lain selainku, telah aku jatuhkan talak tiga padamu (wahai dunia). Sayyidina
Ali juga sering terdengar mengeluarkan»»
Sayyidina Ali, saudara sepupu Nabi dan tercatat salah satu
kekasih pilihan Nabi selalu berkata perihal dunia.. "Menjauhlah dariku,
"Duhai malangnya, perjalanan masih jauh namun bekal begitu sedikit."
Demikianlah, para sahabat sekalipun tak aman dari tipu daya dunia.
Akhiran, mari dalam setiap gerik kita jadikan upaya untuk
lebih fokus memperbaiki aib batin dari pada menanti karamah yang belum tentu
ada.
Assalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/241322
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 32 - Perhatikan Aib Batin yang Ada Pada Dirimu, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.