Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Hasrat atau angan-angan kuatmu janganlah sampai melewati kepada selain Allah, karena Allah yang mulia tidak akan terlewati oleh angan-angan.”
Kalam hikmah ini, sebetulnya adalah sebegai pengokoh dari
kalam hikmah sebelumnya (Hikmah 37). Telah kita pahami pada kajian kalam hikmah
sebelumnya, bahwa Dzat yang wajib adanya hanyalah satu, Allah SWT, tidak ada
tandingan bagiNya.
Dialah Dzat yang ada dan berdiri sendiri, tanpa ada yang
menyertai. Dan Dialah Dzat yang ada sejak zaman azali, tidak ada permulaan
bagiNya. Ketika anda melihat di sekitar terlihat aneka barang, pada hakikatnya
itu tidak wujud, karena semua alam diciptakan oleh Allah sesaat saja. Maka kita
mengerti bahwa segenap makhluk yang ada tidak memilki daya dan upaya, semua
gerak-geriknya ada dalam kontrol kekuasaan Allah yang Maha Esa.
Jika akal anda sudah tercetak dengan model konsep keyakinan
di atas, serta telah menjadi pemahaman yang terpatri dalam lubuk hati. berarti
makna tauhid yang terkandung dalam kalimat لاإله
إلا الله betul-betul tertancap kuat
dalam otak dan hati anda.’ Dan menyadari bahwa dalam kekuasaan Allah, tidak ada
kekuasaan tandingan, dalam kemuliaan Allah tidak ada kemuliaan yang menandingi,
dalam kerajaan Allah tidak ada kerajaan yang menandingi dan dalam ketuhanan
Allah tidak ada Tuhan yang menandingi.
Karena sudah diyakini bahwa setiap sesuatu yang wujud,
muncul dari kehendak Allah, bersamaan dengan maunah-Nya dan akan kembali ke
hadirat-Nya. Dan telah anda pahami, sesungguhnya Dzat yang wujud dan memiliki
segala yang ada hanyalah satu, Allah Dzat yang Maha Esa. Sebab itu, jangan
sampai angan-angan anda melewati pada selain Dzat yang maha bijaksana, Allah
Azza wa Jalla.
Jika engkau menginginkan rizeqimu berlimpah, maka bersegeralah
datang pada Dzat yang maha mengusai Langit dan Bumi serta isinya.!
Jika engkau beranagan-angan fisikmu ingin sehat, maka
bersegeralah datang kepada Dzat yang telah dijadikan pengaduan oleh Nabi
Ibrahim..!
Sebagaimna perkataanya yang ada dalam firman Allah: وإذا مَرِضتُ فَهو
يَشْفينِ “Jika aku sakit,
Dialah yang menyembuhkanku”(QS. Al-Syuara, 80)
Jika engkau mendambakan ketenangan, keberuntungan dan
kesentosaan, maka segeralah menghadap pada Dzat yang berfirman:
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”. (Qs. Al-Nahl, 97)
Dan jika engkau memiliki kehawatiran dan takut dari gangguan
orang dzalim atau musuh, maka mengadulah pada Dzat yang telah berfirman;
Allah berfirman:
"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat". (QS. Thaha, 46).
Maka jangan sekali-kali anda mengadukan segala keinginan dan
kebutuhanmu kepada selain Allah. Karena hal demikian termasuk tidak mengesakan
Allah. Jadi, akidah itu harus terbangun dari dua unsur, lahir dan batin (Hati dan
prilaku) tidak boleh sebagian. Hati yakin pada keesaan Allah, tapi prilaku
dzahir tak mencerminkan apa yang diyakini, ini salah. Prilaku dzahir
mencerminkan keyakinan pada Allah, tapi akidah di dalam hatinya rusak, juga
salah. Jadi akidah yang benar harus terbangun darii dua unsur tadi itu. Tak
boleh ada yang dikurangi sedikitpun.
Sebagaimana didikan Rasulullah terhadap shahabat Abdullah
bin Abbas yang terurai dalam hadis berikut; Nabi saw bersabda:
“Nak, aku ajarkan
kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah
Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada
Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah,
seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu
tidak akan kamu peroleh, selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan
andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal
itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk
dirimu.Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR Imam
Tirmidzi)
Begitulah bimbingan Rasulullah terhadap ummatnya dalam
masalah akidah, sangat konprehensif. Jika sudah jelas, angan-angan dan semua
tujuan harus ditujukan kepada Allah, maka interaksi selanjutnya yang dilakukan
termasuk sebuah tindakan taat. Seperti berusaha untuk mendapatkn rizeki,
berobat untuk memperoleh kesehatan belajar untuk memiliki ilmu pengetahuan dst.
Sebab-musabab seperti ini termasuk kelakuan taat
(menjalankan perintah Allah), dan bagian yang tak terpisahkan dari lingkup
garis akidah. Mestinya kita juga ngerti, bahwa antara sebab-sebab material
seperti contoh di atas dan sebab-sebab untuk mendaptkan rahmat Allah itu sama.
Semisal menjadikan hamba-hamba Allah yang dekat dengan-Nya
seperti para Nabi, Shahabat dan Shalihin sebagai perantara untuk meraih rahmat
Allah SWT. Karena, sebagaimana Allah menjadikan hujan sebagai sebab munculnya
tumbuh-tumbuhan, makanan sebagai sebab ras kenyang, obat-obat sebagai sebab
sembuhnya penyakit, juga menjadikan pangkat Rasulullah yang tinggi di sisiNya, sebagai
sebab mendapatkan rahmat dan syafaat.
Bukankah Allah berfirman sesungguhnya Rasullah diutus
sebagai rahmat untuk semesta alam.
Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS.
Al-Anbiya’,107)
Sangat jelas, seorang muslim boleh menjadikan obat sebagai
lantara sembuhnya penyakit, minum air agar segar dan berusaha agar dapat rizqi.
Juga boleh menjadikan Rasulullah sebagai wasilah atau pelantara untk
mendatangkan rahmat Allah serta meraih kesuksesan. Langkah semacam ini,
termasuk interaksi yang sesuai tatanan ketentuan Allah yang memang dianjurkan untuk
dilaksanakan.
Maka sangat heran, jika ada seseorang yang mendapati pasien
penderita penyakit yang mengadu kepada dokter, “Dok tolong sembuhkan penyakit
saya”. Dia tidak menggubris dan tidak memprotes perkataan itu sama sekali,
padahal permohonan semacam itu dapat merusak pada akidah.
Namun, jika ia mendapati seorang yang mengahadap kepada
Allah seraya berkata; “Ya Allah aku bertawasul kepadamu dengan berkah pangkat
Nabimu, Muhammad saw, agar Engkau menyembuhkan penyakit yang kami derita”.
Dia bertindak mengkafirkan dan memusyrikkan terhadap orang yang
berdoa seperti ini, bahkan kadang ia menyuruhnya bersyahadat. Jadi, apa bedanya
antara kausalitas semu yang Allah tempatkan dalam obat sebagai penyembuh dan
pangkat Nabi yang dibuat tawasul untuk berbagai kebutuhan?
Lebih heran lagi, adalah kelompok yang membedakan antara
hidupnya Nabi dan wafatnya. Mereka meyakini, bahwa tawasul kepada Nabi SAW disyariatkan
hanya pada waktu hidup beliau, tidak setelah wafatnya. Kelompok seperti ini
mengartikan bahwa tawssul kepada Nabi akan berhasil hanya melalui kekuatan
fisik beliau saja. Setelah beliau wafat, hilang sudah kekuatan itu. Sehingga
jika masih bertawasul kepadanya, maka tak ada faidah. Tentu, keyakinan semacam
ini keliru, karena menganggap Nabi memiliki kekuatan intrinsik yang dapat
merealisasikan keinginan sesorang.
Bahkan dia terlibat dalam kesyirikan yang menghawatirkan,
karena kekuatan secara hakiki hanyalah satu, kekuatan Allah SWT yang maha Raja.
Menjadi maklum, tawassul yang disyariatkan, adalah bertawasul dengan pangkat
Nabi yang tinggikan oleh Allah untuk memperoleh ampunan dan syafaatNya. Tanpa
menganggap bahwa Nabi yang memberikan segalanya, namun tetap berkeyakinan semua
muncul dari Allah SWT yang terwujud karena berkahnya.
Semoga iman kita tambah kuat dan tidak goyang walau ada
badai yang menerjang, serta mendapat keselamatan di hadapan Tuhan. Amin
Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/242113
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 38 - Hasrat atau angan-angan kuatmu janganlah sampai melewati kepada selain Allah, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.