Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Tanda keberhasilan seseorang di akhir perjuangannya, jika ia tawakkal berserah diri kepada Allah sejak mulai perjuangannya"
Hikmah yang penting untuk dipelajari. Banyak pelajaran yang
akan kita petik dari kalam hikmah ini. Diantaranya pentingnya khusnul khatimah.
Khusnul Khatimah/berakhir dengan baik dalam hidup ini sangat penting. Sebab,
nasib kita di akhirat kelak ditentukan oleh khusnul khatimahnya. Meski perjalanan awal hidupnya bagus, tapi
di akhir hayatnya malah buruk, maka di akhirat kelak ia tidak akan beruntung.
Sebaliknya, meski di awal hidupnya ia bejat, tapidi akhir hayatnya ia malah
taubat dan khusnul khatimah, di akhirat kelak ia akan beruntung.
Kita sangat dianjurkan berdoa agar diberi khusnul khatimah.
Keyakinan kita pada pentingnya khusnul khatimah ini benar, tak salah. Ada
anggapan keliru soal khusnul khatimah ini. Yaitu, anggapan orang-orang bahwa
soal khusnul khatimah apa kata nanti. Jangan diurus sekarang. Di masa muda ini,
kita ikuti saja alur roda kehidupan, nikmati, gak usah sok alim. Nanti di masa
tua, kita bisa bertaubat. Ungkapan yang populer, “Muda foya-foya, tua
kaya-raya, nanti mati masuk surga” Hemm… enak benar ya model hidup seperti ini.
Al-Buthi mengkritik sikap hidup model ini. Beliau mengatakan
bahwa anggapan ini salah fatal dan sangat berbahaya. Akhir kehidupan yang baik,
menurut beliau, sangat erat kaitannya dengan perjalanan awal kehidupannya yang
baik pula. Logikanya begini, pohon akan tumbuh dan berbuah dengan baik jika ia
tumbuh dari proses awal yang baik, dirawat dengan baik, dst. Mustahil pohon itu
akan tumbuh dengan baik, apabila proses awalnya tak benar. Dibiarkan begitu
saja tanpa perawatan.
Begitu juga dengan kehidupan manusia, ia sulit untuk khusnul
khatimah apabila perjalanan hidupnya dari awal sudah jauh dari agama. Namun,
apabila dari awal ia sudah bertakwa kepada Allah, di akhir hayatnya peluang
untuk khusnul khatimah semakin terbuka lebar. Inilah yang dimaksud dari kalam
hikmah tadi. Bahwa, tanda orang itu di akhir nanti akan sukses, apabila sejak
awal pasrah diri kepada Allah. Ada sebagian kalangan yang menentang pemahaman
ini dengan bertendensi pada hadis yang inti dari hadis tersebut adalah bahwa
ada orang yang dari awal prilakunya baik, hingga seakan-akan jarak dirinya
dengan surga tinggal sejengkal tapi di akhir hayatnya ia malah su’ul khatimah.
Sebaliknya, ada orang yang prilakunya buruk, tapi di akhir hayatnya malah
khusnul khatimah.
Sepintas hadis ini bertentangan dengan kalam hikmah di muka
yang mengatakan bahwa orang yang prilakunya baik berpotensi khusnul khatimah.
Hadis tadi juga seakan-akan bertentangan dengan ayat ini berikut ini (QS.18:30)
:
Karena kalau melihat pemahaman hadis tadi, seakan-akan Allah
telah menyia-nyiakan amal baik hambanya. Lantas benarkah demikian? Untuk
memahami hadis tadi perhatikan hadis lain berikut ini;
Maksud hadis kedua ini; ada orang terkenal di masyarakat
sebagai orang yang baik, tapi akhirnya jadi penghuni neraka, sebaliknya, ada
orang terkenal di masyarakat sebagai orang yang jahat/buruk, tapi akhir jadi
penghuni surga.
Kata kunci yang mengharmoniskan hadis pertama dan kedua
adalah (فيما يبدو), yang memiliki arti “Yang
Tampak” yakani yang terkenal di masyarakat. Arti akhirnya adalah, bahwa orang
yang track record hidupnya terkenal baik di masyarakat tapi akhirnya tidak
khusnul khatimah adalah orang yang pekerjaan baiknya tersebut tidak ikhlas
karena Allah, masih pamrih dan mencari pujian manusia. Meski selalu mengerjakan
kebajikan tapi niatnya masih tercampur dengan niat-niat lain yang berhubungan
dengan dunia. Jangan heran apabila di akhir hayatnya orang ini kadang malah
tidak khusnul khatimah, mati dalam keadaan tidak beriman. Naudzubilah.
Orang yang track record hidupnya buruk tapi akhirnya khusnul
khatimah adalah orang yang meski berbuat buruk selalu mengharap ampunan Allah. Meski berbuat dosa sejatinya ia
tidak mau mengerjakannya dan takut akan adzab darii Allah, tapi mungkin masih
belum bisa terlepas darinya. Orang yang model seperti ini, meski perjalanan
hidupnya bergelimang dengan dosa, di akhir hayatnya masih berpotensi khusnul
khatimah. Jadi, ketentuannya tetap, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal
baik manusia, selama amal baik tersebut ikhlas. Dan benar apa yang ada dalam
hikmah di awal tadi, bahwa orang yang berlaku baik berpotensi khusnul khatimah,
yakani laku baik yang ikhlas.
Pelajaran yang dapat petik dari kalam hikmah di awal tadi
adalah agar kita senantiasa menjaga
etika kepada sesama hamba Allah. Maksudnya, jika kita melihat seseorag
berada dalam kondisi yang secara dahir maksiat, jangan lantas memaki-maki
kepadanya. Jangan mudah menvonis diri lebih baik, hebat dan berhak masuk surga
dibanding orang lain yang secara dahir bermaksiat. Sebab, kita oleh Allah tidak
diberi kemampuan mengetahui masa depan. Kita tidak tahu, akhir hidup orang yang
bermaksiat itu bagaimana. Kita juga tidak tahu akhir hidup kita sendiri nanti
bagaimana. Apakah khusnul khatimah atau tidak.
Boleh jadi, orang yang kita anggap lebih buruk dari kita,
nanti di akhir hayatnya malah bertaubat dan khusnul khatimah. Boleh jadi pula,
kita yang sudah sangat yakin khusnul khatimah, di akhir hayat nanti malah tidak
khusnul khatimah. Patokan kita adalah, apabila melihat orang bermaksiat
tegurlah dengan sebaik-baik cara. Tanpa harus menganggap diri kita lebih baik
darinya. Apabila kita melihat orang yang secara dahir alim, tidak lantas
mengkultuskannya seakan-akan dia sudah pasti masuk surga. Apabila secara dahir
dia terkenal sebagai orang yang baik, maka kita menilai dari apa yang tampak
darinya saja. Sedangkan apa yang ada di dalam hati orang tersebut kita tidak
tau. Itu urusan Allah.
Manusia menilai
seseorang dari apa yang dilihat dari bentuk luarnya. Allah melihat manusia dari
apa yang ada dalam hatinya.
Karena kita tidak tahu terhadap ending dari akhir hidup ini,
maka kita dianjurkan senantiasa berdoa agar diberi khusnul khatimah. Penting
agar diingat juga, bahwa kalam hikmah 26 ini tidak hanya berlaku pada teka-teki
akhir kehidupan kita. Tapi juga berlaku dalam semua aspek kehidupan kita. Dalam
masalah apapun. Mulai persoalan akademik, dagang, politik, karir, budaya, dll.
Indikasi kesuksesan dari akhir semua pekerjaan itu adalah di
proses awalnya kita sudah menyandarkan diri kepada Allah. Apabila di awal
proses sudah dipasrahkan kepada Allah, niat beribadah kepada Allah, di akhir
proses insyaAllah sukses. Sebaliknya, jika di awal proses pekerjaan itu tidak
karena Allah, tapi krn pragmatisme dunia, ini tanda bahwa dia tidak akan
sukses. Di antara proses pekerjaan kita yang karena Allah adalah apabila di
awal ingin mengerjakan sesuatu kita bingung/bimbang . Kita berdoa minta tolong
kepada-Nya agar apa yang ingin dikerjakannya ini mendapat restu/ridha dari
Allah.
Islam menganjurkan, apabila kita bingung di dalam mngerjakan
sesuatu, apakah itu baik/tidak, kita dianjurkan shalat istikharah. Caranya
dilaksanakan 2 rakaat dengan niat shalat istikharah. Rakaat pertama setelah
baca surat al-Fatihah membaca surat al-Kafirun. Rakaat kedua setelah membaca
surat al-Fatihah membaca surat al-Ikhlash. Setelah selesai shalat kemudian
berdoa.
Ini doa shalat sunah Istikharah:
Demikian hikmah 26 ini. Semoga kita senantiasa dilindungi
oleh Allah dan diberi anugerah khusnul khatimah. Amin.
Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/240198
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 26 - Tanda Keberhasilan Seseorang Di Akhir Perjuangannya, Jika Ia Tawakkal Berserah Diri Kepada Allah Sejak Mulai Perjuangannya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.