Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
رُبّما كنتَ مُسيأً, فأراك الإحسان منك صُحبتكَ إلى من هو أسوءُ حالاً منكَ
“Seringkali engkau menganggap dirimu buruk, maka cara yang engkau ambil adalah berteman dengan orang yang keadaannya lebih buruk daripada dirimu”.
Hikmah ini adalah kelanjutan dari Hikmah 43. Hikmah malam
ini hanya sekedar penyambung dan penyempurna saja. Langsung masuk ke pembahasan
intinya saja ya. Hikmah Ibnu Athaillah kali ini mengandung pesan moral yang
tinggi tentang “persahabatan”.
Misalnya, Anda adalah seorang Muslim yang taat menjalankan
rutinitas ibadah. Anda istikamah dan selalu tepat waktu shalat berjamaah di
Masjid. Anda juga memenuhi semua anjuran- anjuran agama seperti berpuasa saat
bulan Ramdhan, berzakat dan berhaji ke Baitullah secara sempurna.
Sayangnya, Anda punya sisi buruk yang negatif. Diantaranya,
ternyata Anda adalah tipe orang yang cinta dunia, cinta harta dan cinta
jabatan. Banyak waktu Anda terbuang sia-sia lantaran sering digunakan untuk
hal-hal berbau keduniawian. Mata Anda tersilaukan oleh gemerlap dunia. Di sisi
lain Anda juga suka berteman dengan orang-orang yang tak baik. Pemabuk, pecandu
narkoba, pemalak jalanan dan preman adalah komunitas inti Anda. Anda merasa
bangga bergabung dengan mereka, sebagaimana mereka senang dengan kehadiran Anda
di komunitas mereka.
Situasi semacam ini sering terjadi di sekitar kita kan. Bagi
masyarakat perkotaan, hal seperti ini sudah jadi semacam gaya hidup. Nah, dari
alur kehidupan yang Anda jalani tadi terekam bahwa Anda adalah sosok yang baik.
Di banding teman- teman Anda, hanya Anda yang paling bersih. Anda satu- satunya orang yang berjalan lurus
menuju Allah. Pribadi Anda saat itu sangat sempurna dan tanpa ada cacat sedikit
pun.
Dalam merajut pertemanan, Anda seharusnya selektif. Selektif
memposisikan diri sendiri dan selektif memilih kepribadian teman. Tujuan utama
persahabatan/pertemanan adalah agar tercipta motivasi dua arah yang sama-sama
menguntungkan kedua belah pihak, yaitu Anda bisa mengambil hikmah kebaikan dari
mereka, dan mereka juga bisa menjaring kebaikan dari kepribadian Anda.
Jika kehidupan Anda cocok dengan perumpamaan yang ada di
muka tadi, maka ketahuilah bahwa Anda sedang berada dalam posisi yang salah.
Berteman dengan orang- orang yang kepribadiannya lebih buruk, akan menyebabkan
Anda buta. Buta mata dan buta hati sekaligus.
Dikatakan buta mata karena dalam penglihatan Anda, hanya
Anda sendirilah yang paling baik ketika itu. Anda paling suci dan paling
bersih. Dikatakan buta hati karena hati Anda tertutup untuk mengoreksi cacat
diri sendiri. Hati Anda hanya sibuk menilai kebaikan- kebaikan diri saja.
Jika keadaan semacam ini dibiarkan, jangan harap kepribadian
Anda akan tambah baik. Cara berpikir Anda pun akan ikut rusak. Anda akan berada
dalam situasi paling sulit, sebab akal Anda telah terjebak nafsu Anda sendiri.
Nafsu bisa saja mengalahkan akal sehat. Maka berhati-hatilah dengan nafsu Anda.
Jangan pernah membiarkan nafsu Anda menguasai Anda. Jangan sampai Anda tertipu.
Lalu pertemanan Anda dengan orang- orang yang punya sifat
negatif tadi bagaimana? Jika Anda sudah terlanjur masuk, lalu solusinya apa ???
Kata al-Buthi, hal semacam ini sudah masuk dalam ranah dakwah. Maka hanya orang-
orang tertentu saja yang bisa masuk kesana. Bukan semua orang.
Dalam metode dakwah Islami, sama sekali tak ada anjuran Anda
harus ikut tradisi negatir mereka. Anda seharusnya jadi diri sendiri. Aturan
yang ada dalam dakwah Islami adalah, Anda hanya berkewajiban untuk menasehati,
mengajak diskusi dan menuntun mereka. Mendakwahi orang-orang yang rusak secara
moral dan psikologis tidak harus masuk langsung menyatu dengan kehidupan
mereka.
Kekhawatiran justru timbul saat Anda berperilaku layaknya
teman-teman Anda yang rusak itu. Jika teman Anda pencuri, apakah Anda ikut
mencuri? Bila sahabat dekat Anda pecandu narkoba, lalu apakah Anda juga akan
ikut jadi pecandu seperti mereka? Jawabannya, tentu saja tidak.
Dakwah itu punya aturan-aturan khusus, begitu pula kehidupan
yang negatif juga punya jalan lain tersendiri. Keduanya tak boleh dicampur
aduk. Maka tak ada alasan bagi kita untuk ikut arus negatif teman, sebab semua
sudah ada aturan-aturan baku.
Saat melihat teman Anda melakukan maksiat, maka Anda harus
bertindak, menegor, atau paling Anda harus tidak ingkar di hati. Saat melihat
sahabat Anda memalak orang tak bersalah ditengah jalan, maka Anda harus
menolong orang itu, sebagaimana anjuran-anjuran Syariat.
Bila ternyata teman Anda masih bergeming dan tak mau tobat
dari perbuatan-perbuatan bejatnya, jalan keluarnya, ya tetap dengan
"menasehati". Sebab nasehat baik adalah cara paling ampuh, selain
juga dengan mendoakan mereka. Nasehatilah mereka dengan baik, karena itu
anjuran agama Islam.
Satu nasehat tak mempan, ya harus 2 kali nesehat. 3 kali
juga tak mempan, ya harus 4 kali. Begitu seterusnya. Berdakwah tak boleh mati.
Semangat dakwah harus tetap hidup, karena sampai hari kiamat pun orang-orang yang
berbuat buruk dan jahat tak akan pernah ada habis-habisnya.
Sarana yang digunakan juga harus beragam: bisa pakai lisan,
tulisan ataupun media-media lainnya. Yang modern kadang pakai FB dan Twitter. Intinya,
pandai-pandailah memilih teman/sahabat, sebab merekalah yang akan menemanimu di
dunia hingga akhirat kelak. Indah sekali persahabatan. Sisi negatif yang ada
pada teman juga jangan dijadikan kedok kebaikan diri Anda sendiri. Sifat
negatif mereka juga jangan jadikan contoh.
Jangan pernah putus asa mengingatkan sesama, utamanya pada
orang-orang dekat kita. Keluarga, kerabat dan tetangga adalah orang-orang yang
di sayangi.
Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/242800
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 44 : Jangan Salah Pilih Teman , diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.