Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Jika kau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka perhatikan di dalam bagian apa Allah menempatkan kamu”
Kalam hikmah yang disampaikan Ibn
Athaillah ini seakan-akan menjadi tips dasar bagi kita untuk mengetahui
kedudukan kita di sisi Allah. Sering kita bertanya, kira-kira kedudukan kita
saat ini di sisi Allah bagaimana? Mulia atau sebaliknya? Maka caranya sungguh
sangat mudah, perhatikan bagaimana Allah menempatkan posisimu saat ini.
Jika kondisimu saat ini sedang dalam
keadaan taat dan semangat beribadah, itu berarti indikasi mulianya posisimu di
sisi Allah. Sebaliknya, jika kondisimu saat ini sedang berada dalam gelimang
dosa, itu juga indikasi buruknya posisimu di sisi-Nya.
Pernyataan ini sebenarnya
bersumber dari Hadis Nabi berikut ini
Artinya, “Jika ingin mengetahui
posisimu di sisi Allah, renungkanlah bagaimana engkau menempatkan Allah di dalam
dirimu”
Jika kondisi dirimu saat ini selalu
menyatu dengan Allah melalui ibadah- ibadah kepada-Nya, itu berarti Allah
menempatkanmu dalam posisi yang mulia. Pertanyaan selanjutnya, apa indikasi yang
bisa dijadikan patokan di dalam menilai posisi kita di sisi Allah?
Ada dua standar untuk mengukurnya.
Pertama dilihat dari tingkah laku
hati kita. Kedua, dilihat dari
tingkah laku ibadah kita.
Pertama, tingkah laku hati ini menjadi indikasi kedudukan kita di
sisi Allah.
Berupa cinta, takdzim, takut
kepada-Nya. Semakin kita cinta, takdzim dan takut kepada Allah, itu berarti
kedudukan kita di sisi-Nya semakin mulia. Kuatnya cinta kita kepada Allah itu adalah
pengaruh dari kuatnya cinta Allah kepada kita, bukan sebaliknya. Artinya,
kuatnya cinta Allah kepada hamba-Nya bukan pengaruh dari kuatnya cinta hamba
itu kepada Allah. Sebab, sejak awal, Allah memang sudah sangat memuliakan dan
mencintai hamba-hambanya, tanpa terkecuali.
Ini adalah ayat yang menjelaskan
cintanya Allah kepada hamba-Nya. (QS: Al-Maidah: 54).
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”
Ini adalah ayat yang menjelaskan
penghormatan Allah kepada hamba-Nya. (QS: Al-Isra’: 70)
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.”
Hanya saja, kecintaan dan
penghormatan Allah kepada kita dinodai oleh perbuatan maksiat dan durhaka kita
pada-Nya. Hal inilah yang menyebabkan, pernghormatan dan kecintaan Allah itu
berubah menjadi adzab dan siksaan kepada kita. Tugas kita adalah menjaga
kecintaan dan penghormatan Allah itu dengan beribadah yang tekun dan menjauhi
larangan-Nya.
Kedua, indikasi kedudukan kita di sisi Allah bisa dilihat dari
intensitas ibadah kita kepada-Nya.
Semakin kita giat beribadah itu
semakin menjadi indikasi kuat bahwa kita di sisi Allah sangat mulia. Sebab jika
Allah mencintai hamba-Nya, maka Dia akan selalu memberikan kekuatan untuk
selalu beribadah kepada-Nya. Sebaliknya, jika Allah murka kepada hamba-Nya,
maka Dia akan menjadikannya melakukan sesuatu yang kian menjauhkan dirinya dari
Allah.
Meskipun yang perlu kita pahami,
bahwa sejatinya setiap Muslim pasti memiliki kedudukan yang mulia di sisi
Allah. Hanya saja kadarnya tidak sama. Ada tinggi, sedang dan rendah. Tergantung
bagaimana ketaatan kita kepada-Nya. Harapan kita semua, semoga selalu diberi
kekuatan oleh-Nya untuk selalu taat dan menjauhi larangannya. Sehingga
menyebabkan kedudukan kita di sisi-Nya semakin mulia dan mendapat ridha dan
surga-Nya. Amin.
Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/249009
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 71 : Cara Mengetahui Posisi Kita di Sisi Allah, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.