Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 72 : Meraih Nikmat Lahir dan Bathin



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb    

"Saat Allah menganugerahi taat dan Anda tidak menghitung ketaatan itu, merasa cukup dengan-Nya, berarti Allah melimpahkan nikmat lahir batin."

Ketaatan yang dimaksud Ibnu Athaillah di sini adalah mengikuti syariat, berpegang teguh pada hukum halal, haram serta kewajiban-kewajiban. Hal ini adalah satu-satunya manhaj dan cara agar seseorang dapat mengarungi bahtera kehidupan menuju hadrah ilahiyah. Maka tiada jalan menuju keridhaan Allah melainkan berpegang teguh pada perintah-Nya dan tentu setelah mencapai keimanan yang paripurna.

Jika hamba melakukan taat, sesuai yang terkandung dalam Qur'an dan Hadis Nabawi, seharusnya ia tidak berharap selain ampunan-Nya.

Orang beriman melakukan taat tanpa merasa selamat dari murka dan jaminan Allah pasti ridha. Ketaatan tidak dijadikan perantara meraih harapan. Dalil berikutnya ayat di bawah ini QS. An-Nahl:50 “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”
Mereka melakukan ketaatan sesuai perintah Allah, lalu bagaimana rasa takut kepada Allah akan muncul jika amal justru berujung angan-harapan? Orang yang di balik taatnya menyelipkan angan dan harapan, sejatinya ia belum melakukan kewajiban; syukur atas nikmat taat.

Lalu berikutnya dalil di bawah ini QS. Thaha:82
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”
Jika setiap yang bertaubat lalu beriman dan beramal saleh, tapi dibalik amalnya terselip ingin ini-itu, kapan ia tulus mengharap ampunan?
Lalu apa ada Hadis yang berbicara dalam konteks ini? Tentu, banyak Hadis berbicara tentang bagaimana istighfar Nabi mendentum tiada henti. Padahal kita tahu Nabi terjaga dari dosa-dosa yang mewajibkan istighfar, namun Nabi sehari istighfar 70 kali, dalam riwayat lain, 100 kali.

Nabi sering istighfar karena melihat ketaatan sebesar dan sebanyak apapun masih kalah besar dibanding hak-hak ketuhanan yang harus ditunaikan.
Anda merasa aneh; banyak ayat Qur'an menjelaskan Allah telah menyiapkan surga sebagai balasan bagi yang beriman. Bagaimana kita sok lupa? Jawaban keanehan itu adalah kita perlu sadar bahwa amal yang kita lakukan timbul dari Allah, surga sebagai balasannya juga datang dari Allah.

Jika Anda sadar bahwa amal dan balasannya, masing-masing adalah anugerah dan karunia dari-Nya, maka naluri sebagai manusia, lebih- lebih naluri sebagai hamba merasa tidak pantas meminta imbalan dari amal yang sejatinya bukan Anda yang melakukannya.

Jika Anda tahu amal saleh+pahala yang didapat berdasar agungnya karunia, maka yang paling pantas dilakukan adalah merasa faqir di hadapan-Nya. Seharusnya yang dilakukan hamba dalam rangka mentahqiq-kan sifat penghambaan ada dua cara.
Pertama, mengijabahi semua perintah dan melaksanakan hukum yang berlaku sesuai garis ketetapannya. Kedua, menghadap Allah dengan tangan menengadah serta hati kosong dari semua harapan selain berharap ampunan-maghfirahNya.

Ulama rabbani berwasiat: "Perintah-Nya laksanakan, larangan-Nya dijauhi, jika benar-benar bisa melakukan itu, percayalah semua itu dari Allah. Jika seseorang benar-benar bisa mentahqiq-kan arti ubudiyah dengan 2 cara di atas, berarti Allah benar- benar menyempurnakan nikmat lahir batin.
Nikmat lahir artinya Allah memberi taufiq dan kemudahan untuk menjalani ketaatan serta melaksanakan hal sesuai prinsip syariat-Nya. Nikmat batin artinya melupakan ketaatan itu sebagai perbuatan yang muncul dari diri Anda hingga merasa tidak pantas menaruh harapan di baliknya.

Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/249170



Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 72 : Meraih Nikmat Lahir dan Bathin, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :