Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 77 : Menjadi Hamba Yang Sesungguhnya



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   


Permintaan ‘Arifin (orang sudah maqam ma’rifat) adalah semoga dapat beribadah dengan sungguh-sungguh serta melakukan kewajiban. Itu saja!



Bahwa Allah menyuruh hamba melakukan hal yang menjadi inti dari semua cabang kewajiban; mengerti akan hakikat penghambaan. Jika seseorang faham hakikat keberadaannya sebagai hamba, ia tak akan kesulitan mencari jalan menuju kebahagiaan dunia-akhiratnya. Lalu bagaimana menghamba dengan sungguh-sungguh yang dimaksud di sini? Adakah klaim sebagai hamba tak selamanya dijalani dengan penuh kesungguhan?.

Seseorang yang dengan sungguh-sungguh menyatakan dirinya sebagai muslim, hal itu mesti dibarengi kesungguhan mengaku sebagai hamba. Sebab, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan hanya bisa dilakukan setelah ia mengakui kapasitas diri sebagai hamba. Artinya, ibadah yang dilakoni seorang muslim sebagai pengamalan, bagian dari keyakinan sebagai hamba. QS. Al-Bayyinah:5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Kemudian dalam rangka menjalani kehidupan sebagai hamba, setiap muslim memiliki tingkatan yang berbeda. Perbedaan ini lebih didasari oleh seberapa besar kemantapan sifat-sifat Allah mengisi pikirannya.

Tingkatan paling rendah setidaknya seorang hamba tidak menyembah selain Allah, sebagai sekutu dalam ketuhanan. Serta menghindari terjadinya syirik kecil yang muncul dari riya’/pamer di setiap melaksankan ibadah.

Sedang tingkatan tertinggi yaitu ibadah yang dilakukan tidak bertujuan selain bersungguh-sungguh menyembah kepada Allah Yang Maha Segala. Sampai ia tak berharap balasan pahala. Karena berharap pahala hanya boleh dilakukan oleh hamba yang melakukan perintah dengan benar.

Jika makna hakikat penghambaan telah diketahui, ia segera mampu terbiasa beribadah dengan sungguh-sungguh dan selamat dari syirik sekecil apapun. 2 Permintaan yang diajukan oleh orang yang sampai pada tingkat ma’rifat, menghembuskan dua hal esensial berikut ini.

Pertama, orang ‘Arifin merasa tidak berhak menginginkan apa yang Allah janjikan di setiap hal yang Dia perintahkan. Toh, ia menyadari jika kewajiban itu akhirnya terlaksana hal itu semata anugerah dari Allah dan ia tidak memiliki peran apa-apa. Anugerah berupa mampu melaksanakan ibadah dan semua kewajiban itu Allah yang punya dan pahala yang diminta juga Allah yang mengganjarnya.

Kedua, ungkapan doa yang dipanjatkan oleh ‘Arifin dalam hikmah ini sekaligus pengakuan betapa lemah seorang hamba di hadapan Rabb-nya. Inilah inti dari apa yang harus dipinta oleh seorang hamba di setiap munajatnya. Alhasil, kesungguhan dalam ibadah tidak bisa sekedar diucapkan dengan kata-kata. Namun harus dibuktikan dengan implementasi dari hikmah 77 ini.

Maka tidak akan Anda temui orang ma’rifat mendaku ibadah dengan sungguh-sungguh, melainkan selalu merasa faqir (butuh) di hadapan Allah. Sehingga wujud dari perasaan itu menjelma di setiap untaian doa yang selalu diperdengarkan kepada Tuhannya.

Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/249912



Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 77 : Menjadi Hamba Yang Sesungguhnya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :