Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 78 : Jangan Bergantung pada Kondisi



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

“Tujuan kesedihan lalu diikuti rasa gembira, atau kegembiraan kemudian diikuti rasa sedih, adalah agar engkau hanya terikat pada Allah”.



Hikmah ini memotivasi kita agar tak terlalu bergantung pada kondisi yang sedang dialami. Tak terikat pada profesi yang digeluti. Hikmah ini juga ingin menginformasikan bahwa hanya Allah saja yang berhak mengatur makhluk ciptaan-Nya. Dan tidak hal lain selain-Nya.

Mari kita mulai dengan pembahasan seputar keagungan sifat-sifat Allah. Utamanya dari kutipan-kutipan yang di infiormasikan langsung oleh al-Quran. Bahwa sebagian sifat-sifat Allah itu berkarakter-karakter kuat dan superior, sekehendak sendiri. Misalnya, Allah itu Maha Perkasa dan Maha Pemaksa.

Perhatikan rentetan ayat-ayat berikut. Pertama, Allah adalah penguasa tunggal seluruh manusia dan jin. QS 55:31 “Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin. “
Allah berkuasa penuh menyiksa semua makhluk ciptaannya, sekendak Allah. Lihat QS 35:45 “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. “
Siksa yang ditimpakan Allah begitu pedih. Sangat mudah bagi Allah menimpakan bencana maha dahsyat sekalipun.

Tapi sebagai pengimbangnya, Allah juga punya karakter-karakter  sifat yang baik, penuh kasih dan ampunan kepada seluruh hamba-hamba tercinta-Nya. Perhatikan rentetan ayat-ayat al-Quran berikut: bahwa Allah selalu mencintai hamba-hamba yang mau bertobat, QS 39:53 “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “

Allah juga selalu membalas hamba-Nya yang suka berbuat baik dengan kebaikan pula, lihat QS 55:60 “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”

Ampunan Allah selalu terbuka lebar untuk seluruh hamba-Nya. Lihat ayat QS 20:82 berikut  “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”

Nah, lantaran dua karakter-karakter sifat-sifat Allah yang demikian, maka manusia sebagai hamba-Nya juga punya dua karakter-karakter yang hampir sama. Sikap manusia saat dihadapkan pada tuhannya (Allah), biasanya akan terpilah jadi dua karakter-karakter: berharap (raja’) atau khawatir (khauf).

Raja’ karena selalu mengharap ampunan dan surga Allah. Khauf karena takut di musuhi dan di jebloskan ke neraka yang telah dipersiapkan Allah. Kadang, saat seorang hamba dikuasai perasaan cinta kepada Allah, maka yang menonjol dari kepribadiannya adalah selalu senang dan gembira. Begitu pula sebaliknya. Saat ia dikuasai rasa takut dan khawatir, maka biasanya ia akan jadi pendiam yang sukanya merenung sendiri.

Uniknya, ternyata takdir Allah punya hubungan erat dengan kehidupan kita di dunia. Takdir Allah jadi penentunya. Setiap keadaan yang kita alami sekarang ini adalah murni takdir Allah. Susah / senang, kaya / miskin, semua sudah kepastian dari Allah. Karakter-karakter sifat yang dimiliki Allah juga demikian. Di satu sisi Allah itu Maha Perkasa, sedang disisi lain Allah juga Maha Pengasih.

Allah kuasa menimpakan musibah paling pedih, Allah juga kuasa melimpahkan rizki tak terduga pada seluruh hamba-Nya. Al-Quran sering menyebut hal ini. Allah disebut sebagai Sang Pengasih pada semua hamba-Nya, QS 15:49 “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Tapi di ayat berikutnya, Allah menyebut tak segan-segan menimpakan siksa pedih pada hamba maksiat. QS 15:50 “dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.”
Dalam kondisi yang berbeda, Allah menceritakan kepedihan isi neraka dalam QS 50:30 “(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab: "Masih ada tambahan?"
Namun pada ayat berikutnya Allah menggambarkan keindahan dan kenikmatan surga, QS 50:31-32 “Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).”

Inti dari ayat-ayat tadi, Allah hendak mengabarkan bahwa secara alamiah setiap manusia punya dua karakter-karakter emosional penting dalam dirinya: Yaitu perasaan senang (Basthu) dan perasaan sedih (Qabdu). Kedua karakter-karakter emosional manusiawi ini bergantian saling melengkapi. Artinya, kepedihan ataupun kegembiraan tak akan berlangsung lama. Kesedihan panjang akan berganti kegembiraan kemudian. Begitu juga sebaliknya, rasa gembira selanjutnya pasti dihapus oleh kesedihan.

Maka seharusnya kita sadar jika cobaan dan anugerah Allah itu adalah hal niscaya dalam kehidupan ini. Yang tidak bisa kita hindari. Rasa sedih ataupun gembira pada diri kita juga pastilah ada. Selama cobaan hidup masih ada, maka kesedihan juga akan selalu ada.

Yang unik, ternyata dua karakter-karakter emosional diri manusia tadi itu bisa bikin hati semakin dekat dengan Allah. Hati terikat dengan Allah. Saat manusia tertimpa musibah berat, misalnya, maka biasanya ia akan lari menuju Allah. Satu-satunya tumpuan dirinya hanya Allah semata. Saat merasa senang kegirangan lantaran dapat rizki nomplok, maka ia akan berdoa penuh syukur pada Allah. Semoga rizkinya penuh barakah.

Disinilah inti kalam hikmah Ibnu Athaillah tadi tweeps. Coba renungkan kembali hikmah berikut ini
“Tujuan kesedihan lalu diikuti rasa gembira, atau kegembiraan kemudian diikuti rasa sedih, adalah agar engkau hanya terikat pada Allah”.

Maka inti Allah menakdirkan kita bersedih ataupun gembira adalah agar kita tahu bahwa semuanya telah diatur sedemikian rupa oleh Allah. Agar hati kita fokus pada Allah. Agar kita tambah yakin pada Allah. Agar kita hanya cinta pada Allah semata. Hidup penuh dengan cinta ilahi. Tak ada yang patut kita dahulukan daripada kecintaan kita pada Allah, sebab hal itu adalah fitrah.

Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/251097



Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 78 : Jangan Bergantung pada Kondisi, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :