Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Tujuan kesedihan lalu diikuti rasa gembira, atau kegembiraan kemudian diikuti rasa sedih, adalah agar engkau hanya terikat pada Allah”.
Hikmah ini memotivasi kita agar
tak terlalu bergantung pada kondisi yang sedang dialami. Tak terikat pada
profesi yang digeluti. Hikmah ini juga ingin menginformasikan bahwa hanya Allah
saja yang berhak mengatur makhluk ciptaan-Nya. Dan tidak hal lain selain-Nya.
Mari kita mulai dengan pembahasan
seputar keagungan sifat-sifat Allah. Utamanya dari kutipan-kutipan yang di
infiormasikan langsung oleh al-Quran. Bahwa sebagian sifat-sifat Allah itu berkarakter-karakter
kuat dan superior, sekehendak sendiri. Misalnya, Allah itu Maha Perkasa dan
Maha Pemaksa.
Perhatikan rentetan ayat-ayat
berikut. Pertama, Allah adalah penguasa tunggal seluruh manusia dan jin. QS
55:31 “Kami akan memperhatikan sepenuhnya
kepadamu hai manusia dan jin. “
Allah berkuasa penuh menyiksa
semua makhluk ciptaannya, sekendak Allah. Lihat QS 35:45 “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya,
niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang
melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang
tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. “
Siksa yang ditimpakan Allah
begitu pedih. Sangat mudah bagi Allah menimpakan bencana maha dahsyat
sekalipun.
Tapi sebagai pengimbangnya, Allah
juga punya karakter-karakter sifat yang
baik, penuh kasih dan ampunan kepada seluruh hamba-hamba tercinta-Nya. Perhatikan
rentetan ayat-ayat al-Quran berikut: bahwa Allah selalu mencintai hamba-hamba
yang mau bertobat, QS 39:53 “Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. “
Allah juga selalu membalas
hamba-Nya yang suka berbuat baik dengan kebaikan pula, lihat QS 55:60 “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula).”
Ampunan Allah selalu terbuka
lebar untuk seluruh hamba-Nya. Lihat ayat QS 20:82 berikut “Dan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”
Nah, lantaran dua karakter-karakter
sifat-sifat Allah yang demikian, maka manusia sebagai hamba-Nya juga punya dua karakter-karakter
yang hampir sama. Sikap manusia saat dihadapkan pada tuhannya (Allah), biasanya
akan terpilah jadi dua karakter-karakter: berharap (raja’) atau khawatir
(khauf).
Raja’ karena selalu mengharap
ampunan dan surga Allah. Khauf karena takut di musuhi dan di jebloskan ke
neraka yang telah dipersiapkan Allah. Kadang, saat seorang hamba dikuasai
perasaan cinta kepada Allah, maka yang menonjol dari kepribadiannya adalah
selalu senang dan gembira. Begitu pula sebaliknya. Saat ia dikuasai rasa takut dan
khawatir, maka biasanya ia akan jadi pendiam yang sukanya merenung sendiri.
Uniknya, ternyata takdir Allah
punya hubungan erat dengan kehidupan kita di dunia. Takdir Allah jadi
penentunya. Setiap keadaan yang kita alami sekarang ini adalah murni takdir
Allah. Susah / senang, kaya / miskin, semua sudah kepastian dari Allah. Karakter-karakter
sifat yang dimiliki Allah juga demikian. Di satu sisi Allah itu Maha Perkasa,
sedang disisi lain Allah juga Maha Pengasih.
Allah kuasa menimpakan musibah
paling pedih, Allah juga kuasa melimpahkan rizki tak terduga pada seluruh
hamba-Nya. Al-Quran sering menyebut hal ini. Allah disebut sebagai Sang
Pengasih pada semua hamba-Nya, QS 15:49 “Kabarkanlah
kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang,”
Tapi di ayat berikutnya, Allah
menyebut tak segan-segan menimpakan siksa pedih pada hamba maksiat. QS 15:50 “dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab
yang sangat pedih.”
Dalam kondisi yang berbeda, Allah
menceritakan kepedihan isi neraka dalam QS 50:30 “(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada
jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab: "Masih ada
tambahan?"
Namun pada ayat berikutnya Allah
menggambarkan keindahan dan kenikmatan surga, QS 50:31-32 “Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada
tempat yang tiada jauh (dari mereka).”
Inti dari ayat-ayat tadi, Allah
hendak mengabarkan bahwa secara alamiah setiap manusia punya dua karakter-karakter
emosional penting dalam dirinya: Yaitu perasaan senang (Basthu) dan perasaan
sedih (Qabdu). Kedua karakter-karakter emosional manusiawi ini bergantian
saling melengkapi. Artinya, kepedihan ataupun kegembiraan tak akan berlangsung
lama. Kesedihan panjang akan berganti kegembiraan kemudian. Begitu juga
sebaliknya, rasa gembira selanjutnya pasti dihapus oleh kesedihan.
Maka seharusnya kita sadar jika
cobaan dan anugerah Allah itu adalah hal niscaya dalam kehidupan ini. Yang
tidak bisa kita hindari. Rasa sedih ataupun gembira pada diri kita juga
pastilah ada. Selama cobaan hidup masih ada, maka kesedihan juga akan selalu
ada.
Yang unik, ternyata dua karakter-karakter
emosional diri manusia tadi itu bisa bikin hati semakin dekat dengan Allah.
Hati terikat dengan Allah. Saat manusia tertimpa musibah berat, misalnya, maka
biasanya ia akan lari menuju Allah. Satu-satunya tumpuan dirinya hanya Allah
semata. Saat merasa senang kegirangan lantaran dapat rizki nomplok, maka ia
akan berdoa penuh syukur pada Allah. Semoga rizkinya penuh barakah.
Disinilah inti kalam hikmah Ibnu
Athaillah tadi tweeps. Coba renungkan kembali hikmah berikut ini
“Tujuan kesedihan lalu diikuti rasa gembira, atau kegembiraan kemudian
diikuti rasa sedih, adalah agar engkau hanya terikat pada Allah”.
Maka inti Allah menakdirkan kita
bersedih ataupun gembira adalah agar kita tahu bahwa semuanya telah diatur
sedemikian rupa oleh Allah. Agar hati kita fokus pada Allah. Agar kita tambah
yakin pada Allah. Agar kita hanya cinta pada Allah semata. Hidup penuh dengan
cinta ilahi. Tak ada yang patut kita dahulukan daripada kecintaan kita pada
Allah, sebab hal itu adalah fitrah.
Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/251097
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 78 : Jangan Bergantung pada Kondisi, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.