Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
Kita akan membicarakan tentang
sikap yang harus diambil dikala kita dirundung perbuatan dosa yang berakibat
duka nestapa. Kerap kita dengar seloroh orang yang kerap bermaksiat,
"Meski kita selalu berbuat dosa, percayalah ampunan Allah di atas segala-galanya"
Orang yang berkata demikian juga
kerap bertendensi pada hadis shahih, "Aku (Allah), tergantung pada dugaan
hambaku padaku,"
Sehingga dengan demikian, mereka
selalu memiliki praduga bahwa Allah tetap akan mengampuni dosanya, bagaimanapun
banyaknya dosa tersebut. Mereka tak merasa risih dengan selalu berbuat dosa
sambil berlandaskan hadis tadi. Seakan-akan, hadis tadi hanya dijadikan tameng
perbuatan dosanya. Salahkah sikap orang yang demikian itu? Iya salah. Sebab
pemahaman dari hadis ini tidak demikian.
Allah sudah pasti akan mengampuni
dosa hambanya, sebab Allah memang Maha Pengampun. Tapi ampunan Allah ini harus
disertai dengan usaha. Maksudnya, agar dosa ini diampuni oleh-Nya, tak cukup
hanya dengan modal praduga saja, tapi harus disertai dengan aksi nyata. Aksi
nyata dengan usaha sekuat tenaga meninggalkan segala kemaksiatan, berusaha taat
dan menjauhi larangannya. Bertobat dengan sungguh-sungguh.
Aksi nyata itu disertai dengan
keyakinan kuat, bahwa Allah akan mengampuni dosanya. Jadi tinggalkan maksiat,
bertobat, lalu tawakkal pada-Nya. Hadis tadi jangan dijadikan tameng untuk
melegalkan perbuatan dosanya, tapi justru hadis tadi dijadikan penyemangat proses
terhadap taubatnya.
Orang yang taubatnya ingin
diterima ada 2 macam. Pertama,
golongan yang hanya berilusi. Kedua,
golongan yang berkasi.
Golongan pertama ingin dosanya diampuni, tapi dia sama sekali tidak
memiliki usaha yang kuat untuk keluar dari zona maksiat. Ini hanya ilusi. Golongan
pertama ini yang digambarkan di dalam Al-Quran, An-Nisa': 123
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
Ungkapan bahwa Allah Maha
Pengampun bagi golongan yang berilusi hanya dijadikan legalitas untuk berbuat
dosa. Toh Allah akan mengampuninya.
Sedangkan golongan yang kedua, dia berkeinginan agar dosanya diampuni,
sekaligus dia berusaha sekuat tenaga meninggalkan maksiat. Orang yang seperti
inilah yang oleh Allah dijanjikan dosanya terampuni, sebanyak apapun dosa yang dia
perbuat.
Bahkan meski dia berbuat dosa
berkali-kali, tetap oleh Allah akan diampuni. Asalkan dia benar-benar berusaha
sekuat tenaga tinggalkan maksiat. Sedangkan orang sombong, dosanya akan sulit
diampuni. Sebab, dia berbuat dosa secara suka rela dan sama sekali tak punya
rasa takut pada-Nya.
Perhatikan ayat QS. Al-A'raf:40
berikut ini. Ayat ancaman bagi mereka yang sombong.
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke
lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan. ”
Jadi, intinya Allah pasti akan
mengampuni dosa kita, asalkan kita sungguh-sungguh brrtaubat dan berusaha
meninggalkan semua potensi maksiat. Meski akhirnya masih terjerumus ke lembah
dosa, ketika bertaubat dosanya pasti akan diampuni oleh-Nya. Sebab Allah Maha
Pengampun.
Jangan hanya punya obsesi agar
dosa diampuni, tapi obsesi tersebut disertai dengan aksi nyata. Agar tak dicap
sebagai orang yang hanya berilusi.
Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/249910
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 76 : Jangan berilusi, Mari Beraksi, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.