Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Terjemah Al Hikam 10 - Amal Laksana Sebentuk Tubuh, Sedangkan Ruhnya Adalah Keikhlasan yang Terdapat di Dalamnya

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum ww. wb   

“Amal laksana sebentuk tubuh, sedangkan ruhnya adalah keikhlasan yang terdapat di dalamnya.”


Ustadz Salim Bahreisy ra. dalam terjemahnya memberikan syarah sbb:
Keikhlasan seseorang dalam amal perbuatannya menurut tingkat kedudukannya (maqam). Seorang abrar, keikhlasannya telah bersih dari riya’, baik riya’ yang jelas maupuan yang samar. Tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang ikhlas. Hal ini merujuk pada ayat “Iyyaka na’budu. Hanya kepada-Mu kami mengabdi/beribadah.” (QS. Al-Fatihah[1]:5), dan tiada kami mempersekutukan Engkau dalam pengabdianku ini kepada sesuatu yang lain.

Adapun keikhlasan hamba-hamba Allah pada maqam Muqarrabin adalah menerapkan pengertian Laa haula wa laa quwwata illa billaahi (tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah) tiada daya untuk mengelakkan, dan tiada kekuatan untuk berbuat apa pun kecuali dengan pertolongan langsung dari Allah, tiada kekuatan sendiri, semua kekuatan yang kita miliki hanya dari Allah. Kalangan Muqarrabin ini meyakini bahwa semua amal mereka semata-mata hanya anugrah dari Allah, sebab Allah-lah yang memberi hidayah dan taufiq (pertolongan untuk takwa). Hal ini merujuk pada ayat, “Iyyaka nasta’in.. Hanya kepada-Mu kami minta pertolongan..” (QS. Al-Fatihah[1]:5). Hanya kepada-Mu kami mengharap bantuan pertolongan, sebab kami sendiri tidak berdaya.

Amal kalangan abrar disebut amal lillahi, beramal karena Allah. Amal lillahi menghasilkan memperhatikan hukum syariat lahir. Sedangkan amal  kalangan Muqarrabin disebut Amal billahi, beramal dengan bantuan karunia anugrah Allah. Amal billahi menembus ke dalam syariat bathin hingga ke rasa qalbu (dzauq).

Seorang guru berkata, “Perbaikilah amal perbuatan kita dengan keikhlasan, dan perbaikilah keikhlasan kita dengan merasa amal itu tidak berasal dari kekuatan kita sendiri, karena semua itu terjadi semata-mata karena bantuan pertolongan dan rahmat Allah SWT.”

Syaikh Fadhalla Hairi, mensyarah sbb:
Amal perbuatan adalah perwujudan dari niat dan keinginan kita. Pengalaman-pengalaman lahiriah adalah cerminan dari realitas dan kondisi bathin kita. Usaha-usaha kita akan gagal apabila tidak sesuai dengan tujuan, sehingga kita menjadi bingung. Puncak keikhlasan adalah kesadaran bahwa kita tidak mempunyai kekuatan dan kehendak-bebas (free will). Bergantung sepenuhnya hanya kepada Allah, memahami amr(perintah)-Nya, dan hanya mengharapkan hasil terbaik yang tercelupi Nur-Nya.

------------------------------------

Hikmah ini tak lain adalah catatan penyempurna bagi hikmah sebelumnya (hikmah 9). Setelah kita tahu amal-amal yang bisa mendekatkan kita pada Allah tidak sebatas amal-amal wajib seperti shalat, puasa, dan rukun-rukun Islam yang lain. Setelah kita tahu bahwa Allah menyediakan beragam amal kebaikan untuk kita, sesuai keadaan, kemampuan, sikon, dll

Maka di sini Ibnu Athaillah memberikan catatan akhir, bahwa semua amal itu bisa berguna jika dilakukan dengann ikhlas.  Ikhlas di sini artinya amal-amal itu dilakukan dengan tanpa ada tujuan apapun, selain tujuan taqarub pada Allah dan meraih ridha-Nya. Jadi jika ada amal baik yang kita lakukan dengan selain tujuan itu, maka amal itu sia-sia, meskipun tampaknya baik.

QS 25:23 menjelaskan: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagai) debu yang berterbangan

Jika hal ini telah jelas bagi kita semua, maka mari kita masuk pada beberapa contoh untuk lebih memperjelasnya.

Contoh-1: Ada orang punya hutang yang jatuh tempo. Ketika ia melihat orang yang mau nagih hutang datang, ia buru-buru ke masjid. Di dalam masjid itu, ia melakukan ibadah sunah yang banyak sekali, membaca wirid lama, lalu baca al-Quran lama sekali. Nah, meski tampaknya orang ini melakukan ibadah, tapi ibadahnya sia-sia tanpa nilai, sebab tujuannya bukan karena Allah. Namun ibadah yang banyak dan lama itu ia lakukan justru untuk menghindari orang yang akan menagih hutang padanya.

Contoh-2: Seorang karyawan perusahaan yang ketika masuk waktu salat Dzuhur, ia istirahat lalu pergi ke musala terdekat. Di musala itu, ia wudhu’ lama sekali, setelah itu salat Dzuhur, lalu berzikir lama sekali, yang tujuannya untuk istirahat. Kendati jam kerja sudah dimulai kembali, ia terus berdzikir di bawah kipas angin. Tentu tujuannya untuk istirahat dari kerja. Nah, tampaknya si karyawan itu melakukan kebaikan berupa ibadah. Namun kebaikan itu sia-sia karena ia tidak ikhlas karena Allah. Ibadah itu ia lakukan hanya untuk menghindari jam kerja, dan ibadah dijadikan sebagai tameng supaya tak dimarahi bosnya.

Contoh-3: Seorang pedagang tersibukkan dengan dagangannya, hingga ia meninggalkan kewajiban puasa dan salatnya. Ketika ditegur, si pedagang menjawab: “Bukankah jenis amal ibadah itu beragam, sesuai dengan keadaan kita… “Nah, ini aku sibuk dengan daganganku, yang aku niati sebagai ibadahku, karena Allah telah jadikan aku sebagai pedagang.”  Maka jelas, perdagangan si pedagang itu tak ada nilai ibadahnya, sebab ia tak dimaksudkan ikhlas karena Allah.” Karena perbuatan baik apapun tak boleh jadi penghalang seseorang untuk menunaikan kewajiban asasinya, seperti salat, puasa, dll. Jadi jelas, pedagang itu hanya mau menumpuk harta tapi bertopeng di balik pengakuan jika ia bekerja dengan niat ibadah pada Allah.

Ringkasnya, kita harus tahu, bahwa amal saleh yang diperintahkan Allah bukan hanya ibadah wajib seperti salat, puasa, zakat dll. Setiap amal baik yang bermanfaat bagi diri, teman, masyarakat, dan semua orang, adalah termasuk ibadah yang dianjurkan. Namun semua harus ditunaikan sesuai aturannya. Kewajiban pokok tak boleh ditinggalkan karena melakukan amal yang sunah.

Demikian pula, semua amal, baik yang wajib, sunah, atau yang mubah, harus dilandasi oleh keikhlasan, hanya untuk raih ridha Allah



Sumber :

http://chirpstory.com/li/237315

https://alhikam2012.wordpress.com/2012/07/07/terjemah-al-hikam-karya-syaikh-ibnu-aththoillah-oleh-ustadz-salim-bahreisy-hikmah-no-10/
Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 10 - Amal Laksana Sebentuk Tubuh, Sedangkan Ruhnya Adalah Keikhlasan yang Terdapat di Dalamnya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :