Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum ww. wb
“Amal laksana sebentuk tubuh, sedangkan ruhnya adalah keikhlasan yang terdapat di dalamnya.”
Ustadz Salim Bahreisy ra. dalam terjemahnya memberikan syarah sbb:
Keikhlasan seseorang dalam amal perbuatannya menurut tingkat
kedudukannya (maqam). Seorang abrar, keikhlasannya telah bersih dari riya’,
baik riya’ yang jelas maupuan yang samar. Tujuan amal perbuatan mereka selalu
hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang ikhlas. Hal ini
merujuk pada ayat “Iyyaka na’budu. Hanya
kepada-Mu kami mengabdi/beribadah.” (QS. Al-Fatihah[1]:5), dan tiada kami
mempersekutukan Engkau dalam pengabdianku ini kepada sesuatu yang lain.
Adapun keikhlasan hamba-hamba Allah pada maqam Muqarrabin
adalah menerapkan pengertian Laa haula
wa laa quwwata illa billaahi (tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah)
tiada daya untuk mengelakkan, dan tiada kekuatan untuk berbuat apa pun kecuali
dengan pertolongan langsung dari Allah, tiada kekuatan sendiri, semua kekuatan
yang kita miliki hanya dari Allah. Kalangan Muqarrabin ini meyakini bahwa semua
amal mereka semata-mata hanya anugrah dari Allah, sebab Allah-lah yang memberi
hidayah dan taufiq (pertolongan untuk takwa). Hal ini merujuk pada ayat, “Iyyaka nasta’in.. Hanya kepada-Mu kami minta
pertolongan..” (QS. Al-Fatihah[1]:5). Hanya kepada-Mu kami mengharap
bantuan pertolongan, sebab kami sendiri tidak berdaya.
Amal kalangan abrar disebut amal lillahi, beramal karena Allah. Amal lillahi menghasilkan
memperhatikan hukum syariat lahir. Sedangkan amal kalangan Muqarrabin disebut Amal billahi, beramal dengan bantuan
karunia anugrah Allah. Amal billahi menembus ke dalam syariat bathin hingga ke
rasa qalbu (dzauq).
Seorang guru berkata, “Perbaikilah
amal perbuatan kita dengan keikhlasan, dan perbaikilah keikhlasan kita dengan
merasa amal itu tidak berasal dari kekuatan kita sendiri, karena semua itu
terjadi semata-mata karena bantuan pertolongan dan rahmat Allah SWT.”
Syaikh Fadhalla Hairi,
mensyarah sbb:
Amal perbuatan adalah perwujudan dari niat dan keinginan
kita. Pengalaman-pengalaman lahiriah adalah cerminan dari realitas dan kondisi
bathin kita. Usaha-usaha kita akan gagal apabila tidak sesuai dengan tujuan,
sehingga kita menjadi bingung. Puncak keikhlasan adalah kesadaran bahwa kita
tidak mempunyai kekuatan dan kehendak-bebas (free will). Bergantung sepenuhnya
hanya kepada Allah, memahami amr(perintah)-Nya, dan hanya mengharapkan hasil
terbaik yang tercelupi Nur-Nya.
------------------------------------
Hikmah ini tak lain adalah catatan penyempurna bagi hikmah
sebelumnya (hikmah 9). Setelah kita tahu amal-amal yang bisa mendekatkan kita pada
Allah tidak sebatas amal-amal wajib seperti shalat, puasa, dan rukun-rukun
Islam yang lain. Setelah kita tahu bahwa Allah menyediakan beragam amal
kebaikan untuk kita, sesuai keadaan, kemampuan, sikon, dll
Maka di sini Ibnu
Athaillah memberikan catatan akhir, bahwa semua amal itu bisa berguna jika
dilakukan dengann ikhlas. Ikhlas di sini
artinya amal-amal itu dilakukan dengan tanpa ada tujuan apapun, selain tujuan
taqarub pada Allah dan meraih ridha-Nya. Jadi jika ada amal baik yang kita
lakukan dengan selain tujuan itu, maka amal itu sia-sia, meskipun tampaknya
baik.
QS 25:23 menjelaskan: “Dan
Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagai)
debu yang berterbangan”
Jika hal ini telah jelas bagi kita semua, maka mari kita
masuk pada beberapa contoh untuk lebih memperjelasnya.
Contoh-1: Ada orang
punya hutang yang jatuh tempo. Ketika ia melihat orang yang mau nagih hutang
datang, ia buru-buru ke masjid. Di dalam masjid itu, ia melakukan ibadah sunah yang
banyak sekali, membaca wirid lama, lalu baca al-Quran lama sekali. Nah, meski
tampaknya orang ini melakukan ibadah, tapi ibadahnya sia-sia tanpa nilai, sebab
tujuannya bukan karena Allah. Namun ibadah yang banyak dan lama itu ia lakukan
justru untuk menghindari orang yang akan menagih hutang padanya.
Contoh-2: Seorang
karyawan perusahaan yang ketika masuk waktu salat Dzuhur, ia istirahat lalu
pergi ke musala terdekat. Di musala itu, ia wudhu’ lama sekali, setelah itu
salat Dzuhur, lalu berzikir lama sekali, yang tujuannya untuk istirahat. Kendati
jam kerja sudah dimulai kembali, ia terus berdzikir di bawah kipas angin. Tentu
tujuannya untuk istirahat dari kerja. Nah, tampaknya si karyawan itu melakukan
kebaikan berupa ibadah. Namun kebaikan itu sia-sia karena ia tidak ikhlas karena
Allah. Ibadah itu ia lakukan hanya untuk menghindari jam kerja, dan ibadah
dijadikan sebagai tameng supaya tak dimarahi bosnya.
Contoh-3: Seorang
pedagang tersibukkan dengan dagangannya, hingga ia meninggalkan kewajiban puasa
dan salatnya. Ketika ditegur, si pedagang menjawab: “Bukankah jenis amal ibadah
itu beragam, sesuai dengan keadaan kita… “Nah, ini aku sibuk dengan daganganku,
yang aku niati sebagai ibadahku, karena Allah telah jadikan aku sebagai
pedagang.” Maka jelas, perdagangan si
pedagang itu tak ada nilai ibadahnya, sebab ia tak dimaksudkan ikhlas karena
Allah.” Karena perbuatan baik apapun tak boleh jadi penghalang seseorang untuk
menunaikan kewajiban asasinya, seperti salat, puasa, dll. Jadi jelas, pedagang
itu hanya mau menumpuk harta tapi bertopeng di balik pengakuan jika ia bekerja dengan
niat ibadah pada Allah.
Ringkasnya, kita harus tahu, bahwa amal saleh yang
diperintahkan Allah bukan hanya ibadah wajib seperti salat, puasa, zakat dll. Setiap
amal baik yang bermanfaat bagi diri, teman, masyarakat, dan semua orang, adalah
termasuk ibadah yang dianjurkan. Namun semua harus ditunaikan sesuai aturannya.
Kewajiban pokok tak boleh ditinggalkan karena melakukan amal yang sunah.
Demikian pula, semua amal, baik yang wajib, sunah, atau yang
mubah, harus dilandasi oleh keikhlasan, hanya untuk raih ridha Allah
Sumber :
http://chirpstory.com/li/237315
https://alhikam2012.wordpress.com/2012/07/07/terjemah-al-hikam-karya-syaikh-ibnu-aththoillah-oleh-ustadz-salim-bahreisy-hikmah-no-10/
Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 10 - Amal Laksana Sebentuk Tubuh, Sedangkan Ruhnya Adalah Keikhlasan yang Terdapat di Dalamnya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.