Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Terjemah Al Hikam 11 - Tanamlah Wujudmu dalam Bumi yang Tersembunyi

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb

“Tanamlah wujudmu dalam bumi yang tersembunyi, karena yang tumbuh dari sesuatu yang tidak ditanam itu tidak ada hasilnya”


Pertanyaan; apa yang dimaksud dengan “bumi yang tersembunyi” dalam kalam hikmah tadi? Ini penting untuk dipahami sebelum melangkah lebih jauh. Yang dimaksud dengan “tersembunyi” di sini adalah menjauhkan diri dari segala bentuk publikasi publik, ketenaran dan popularitas.

Maksudnya sebelum kita melangkah untuk kepentingan agama, tanamkan dalam hati niat tulus yang jauh dari maksud ingin terkenal/popular. Menata dan membersihkan amal pekerjaan dari segala bentuk niat yang tidak baik adalah keniscayaan yang tidak boleh ditinggalkan.

Kenapa kita diperintah menghindar dari popularitas? Karena popularitas kerap mengalihkan niat tulus yang sudah tertanam kuat dalam hati. Keihklasan amal dan ketentraman hati tak akan didapat apabila kita masih suka pada ketenaran, popularitas dan publikasi publik.

Ibn Athoillah memberikan tamsil pda tumbuh-tumbuhanan. Biji/tunas tumbuhan akan tumbuh dan berbuah apabila dibenamkan dalam tanah. Kematian terjadi apabila tunas/biji ditelantarkan di bawah terik matahari, dibiarkan diterpa angin, alias tidak ditanam dalam tanah. Pun juga amal manusia buahnya tak kan bisa dinikmati apabila ia ditanam di atas niat popularitas, bukan di bawah tanah kehinaan.

Tanaman memiliki dua proses pertumbuhan. Pertama, proses penguatan pondasi. Kedua, proses pengembangan tanpa merusak pondasi. Proses pertama akan di dapat dengan cara menanam kuat-kuat di dalam bumi, sambil menunggu ia tumbuh dengan sendirinya. Proses kedua, setelah berkembang dan bertambah besar sebab pondasi yang kokoh ia akan subur dan berbuah.

Begitu juga dengan amal ibadah kata, proses pertama adalah penanaman pondasi di bawah tanah yang tersembunyi; yakni tidak ada niat pamer. Kedua, apabila niat ini sudah kokoh dan kuat ia boleh untuk melanjutkannya agar manfaatnya bisa dinikmati oleh semua orang. Kerap ditemui amal ibadah kta berakhir rusak dan tak membekas apa-apa, karena sudah di dasari niat ingin terkenal, pamer dan ujub.

Inspirasi utama dari kalam hikmah ini perjalanan dakwah Rasulullah. Sebelum berdakwah terang-terangan kepada non-Muslim, beliau oleh Allah diperintah uzlah/berdiam diri untuk membersihkan diri dari segala niat yang tidak baik dan tafakkur di Goa Hira. Logikanya, kalau Rasulullah saja sebelum berdakwah masih tazkiyah nafs di Goa Hira, apalagi dengan kita? Jauh labih harus daripada Beliau.

Karenanya, al-Buthi menjelaskan, ada 3 hal yang kita butuhkan sebelum menjalankan ajaran agama kepada masyarakat umum :
[1] Ilmu/pengetahuan. Kita tidak diperbolehkan menyampaikan ajaran agama pada masyrakat tanpa di dasari pengetahuan
[2] Membersihkan hati. Sudah maklum, kalau semua dari kita memiliki nafsu yang kerap menggoda agar selalu berbuat tidak ikhlas, jadi, ini sangat penting dilakukan sebelum kta menjalankan ajaran agama, seperti amar-makruf nahi-munkar, tarbiyah, dakwah, dll
[3] Menyucikan hati, maksdnya adalah kecendrungan hati yang senang pada gemerlap dunia, kenikmatan, pujian, agar dihindari

Ke 3 poin ini sulit didapat apbla kita masih senang pada popularitas. Justru ketiganya akan di dapat apabila kita uzlah/menyendiri. Uzlah itu kita gunakan untuk fokus memperbaiki diri, hati, niat, dan bertafakkur seperti yang dicontohkan Rasul di Goa Hira.

Jadi, sebelum kita memulai pekerjaan agama yang berhubungan dengan masyarakat luas, seperti pidato, dakwah, amar-makruf nahi munkar, hendaknya menjauhkan diri dulu dari keramaian, niat ingin terkenal, menata hati dalam kesendirian, uzlah, bertafakkur. Tujuannya? Agar kita terhindar dari sifat riya, bangga diri dan agar masyarakat bisa merasakan manisnya Islam dari yang kita sampaikan.

Ketika kondisi diri sudah kuat melalui tahapan-tahapan di atas, maka saat menyampaikan dakwah Islam tak akan terpengaruh dengan apapun. Mau dipuji, dicaci, dilecehkan, diancam, intimidasi, dst, hati kita tidak goyah, tetap teguh pda niat awal; ikhlas karena Allah.

Dalam beribadah kita hanya boleh riya kepada Allah, karena hanya Dia yang bisa memberikan ganti/kompensasi abadi dari amal kita

----------------------------------------------------------------

Ustadz Salim Bahreisy ra. mensyarah:
Tiada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seseorang yang sedang beramal, daripada menginginkan kedudukan dan kemashuran di tengah-tengah masyarakat. Hal ini termasuk dari tipu daya hawa nafsu.

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa berendah-hati maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa sombong, Allah akan menghinakannya.”

Ibrahim bin Adham ra berkata:
“Tidak benar-benar menuju ke Allah siapa yang beramal untuk kemashuran dirinya.”

Ayyub As-Sakhtiyani ra berkata:
“Demi Allah, tiada seorang hamba yang bersungguh-sungguh ikhlas pada Allah,  melainkan ia merasa senang jika tidak mengetahui kedudukannya.”

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya riya’ meski sedikit, termasuk syirik. Dan siapa yang memusuhi seorang waliyullah, berarti telah berperang terhadap Allah. Dan Allah menyayangi hamba-Nya yang bertakwa namun tidak terkenal, yang bila tidak ada tidak dicari, bila ada tidak dipanggil serta tidak dikenal. Hati mereka laksana pelita hidayah(petunjuk), mereka terhindar dari segala kegelapan kesukaran.

Abu Hurairah ra berkata, Ketika kami di majelis Rasulullah saw tiba-tiba beliau saw bersabda:

“Besuk pagi akan ada seorang ahli sorga yang shalat bersama kalian. Abu Hurairah berkata, Aku berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah itu. Maka pagi-pagi aku shalat di belakang Rasulullah saw dan tetap tinggal di majelis setelah orang-orang pulang. Tiba-tiba ada seorang hamba hitam berkain compang-camping datang dan berjabat tangan pada Rasulullah saw sambil berkata: Ya Nabiyallah, doakan semoga aku mati syahid. Maka Rasulullah saw berdoa, sementara kami mencium wangi kesturi dari tubuhnya. Kemudian (setelah orang itu pergi) aku (Abu Hurairah ra) bertanya: Apakah orang itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya benar. Ia seorang hamba dari bani fulan. Abu Hurairah bertanya lagi: Mengapa tidak kau beli dan kemudian kau merdekakan ya Nabiyallah? Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, bila Allah hendak menjadikan dia seorang raja di sorga. Hai Abu Hurairah, sesungguhnya di sorga itu ada raja dan orang-orang terkemuka. Dan hamba sahaya ini salah seorang raja dan terkemuka. Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah mengasihi kepada makhluk-Nya yang suci hati, yang menyembunyikan diri dari masyarakatnya, yang bersih, yang rambutnya terurai (tidak tersisir rapi), yang perutnya kempis kecuali dari hasil yang halal, yang bila akan masuk istana raja niscaya tidak diperkenankan (karena tampilan lahiriahnya), bila meminang wanita bangsawan tidak diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan bila meninggal jenazahnya tidak dihadiri.”

Ketika sahabat bertanya:  Tunjukkan kepada kami seorang dari mereka ya Nabiyallah..

Nabi menjawab: “Uwais Al-Qarny ra, seorang berkulit coklat, lebar kedua bahunya, sedang tingginya, selalu menundukkan kepalanya sambil membaca al-Quran, di bumi tidak dikenal, tetapi terkenal di langit. Andaikan dia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada Allah, pasti Diaberi. Di bahu kirinya ada bekas belang sedikit. Hai Umar dan Ali, jika kamu kelak bertemu dengannya, maka mintalah dia membacakan istighfar untuk kalian.”

Sedangkan Syarah Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:
Kalau perbuatan-perbuatan kita tidak didasarkan pada pengabdian yang rendah hati (tawadhu’) kepada Allah, maka perbuatan-perbuatan tersebut tidak akan menunjukkan hasilnya dan tidak terbebas dari kepalsuan serta kemusyrikan (menyekutkan Allah) secara halus.
Bila kita menginginkan reputasi atau penghargaan, maka buah dari perbuatan kita yang seperti itu akan asam dan busuk, karena sifat dunia yang selalu berubah.
Pencari spiritual yang sukses tidak mempedulikan apa yang muncul sebagai hasil akhir perbuatan, karena ia merasakan rahmat-Nya sejak awal penyerahan-dirinya kepada Allah SWT.



Wassalamualaikum wr.wb

Sumber :

http://chirpstory.com/li/237429

https://alhikam2012.wordpress.com/2012/07/07/terjemah-al-hikam-karya-syaikh-ibnu-aththoillah-oleh-ustadz-salim-bahreisy-hikmah-no-11/


Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 11 - Tanamlah Wujudmu dalam Bumi yang Tersembunyi, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :