Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Tanamlah wujudmu dalam bumi yang tersembunyi, karena yang tumbuh dari sesuatu yang tidak ditanam itu tidak ada hasilnya”
Pertanyaan; apa yang dimaksud dengan “bumi yang tersembunyi” dalam kalam hikmah tadi? Ini penting untuk dipahami sebelum melangkah lebih jauh. Yang dimaksud dengan “tersembunyi” di sini adalah menjauhkan diri dari segala bentuk publikasi publik, ketenaran dan popularitas.
Maksudnya sebelum kita melangkah untuk kepentingan agama,
tanamkan dalam hati niat tulus yang jauh dari maksud ingin terkenal/popular. Menata
dan membersihkan amal pekerjaan dari segala bentuk niat yang tidak baik adalah
keniscayaan yang tidak boleh ditinggalkan.
Kenapa kita diperintah menghindar dari popularitas? Karena
popularitas kerap mengalihkan niat tulus yang sudah tertanam kuat dalam hati. Keihklasan
amal dan ketentraman hati tak akan didapat apabila kita masih suka pada
ketenaran, popularitas dan publikasi publik.
Ibn Athoillah memberikan
tamsil pda tumbuh-tumbuhanan. Biji/tunas tumbuhan akan tumbuh dan berbuah apabila
dibenamkan dalam tanah. Kematian terjadi apabila tunas/biji ditelantarkan di
bawah terik matahari, dibiarkan diterpa angin, alias tidak ditanam dalam tanah.
Pun juga amal manusia buahnya tak kan bisa dinikmati apabila ia ditanam di atas
niat popularitas, bukan di bawah tanah kehinaan.
Tanaman memiliki dua proses pertumbuhan. Pertama, proses
penguatan pondasi. Kedua, proses pengembangan tanpa merusak pondasi. Proses
pertama akan di dapat dengan cara menanam kuat-kuat di dalam bumi, sambil menunggu
ia tumbuh dengan sendirinya. Proses kedua, setelah berkembang dan bertambah
besar sebab pondasi yang kokoh ia akan subur dan berbuah.
Begitu juga dengan amal ibadah kata, proses pertama adalah
penanaman pondasi di bawah tanah yang tersembunyi; yakni tidak ada niat pamer. Kedua,
apabila niat ini sudah kokoh dan kuat ia boleh untuk melanjutkannya agar
manfaatnya bisa dinikmati oleh semua orang. Kerap ditemui amal ibadah kta
berakhir rusak dan tak membekas apa-apa, karena sudah di dasari niat ingin
terkenal, pamer dan ujub.
Inspirasi utama dari kalam hikmah ini perjalanan dakwah
Rasulullah. Sebelum berdakwah terang-terangan kepada non-Muslim, beliau oleh
Allah diperintah uzlah/berdiam diri untuk membersihkan diri dari segala niat yang
tidak baik dan tafakkur di Goa Hira. Logikanya, kalau Rasulullah saja sebelum
berdakwah masih tazkiyah nafs di Goa Hira, apalagi dengan kita? Jauh labih
harus daripada Beliau.
Karenanya, al-Buthi
menjelaskan, ada 3 hal yang kita butuhkan sebelum menjalankan ajaran agama
kepada masyarakat umum :
[1] Ilmu/pengetahuan. Kita tidak diperbolehkan menyampaikan
ajaran agama pada masyrakat tanpa di dasari pengetahuan
[2] Membersihkan hati. Sudah maklum, kalau semua dari kita
memiliki nafsu yang kerap menggoda agar selalu berbuat tidak ikhlas, jadi, ini
sangat penting dilakukan sebelum kta menjalankan ajaran agama, seperti
amar-makruf nahi-munkar, tarbiyah, dakwah, dll
[3] Menyucikan hati, maksdnya adalah kecendrungan hati yang
senang pada gemerlap dunia, kenikmatan, pujian, agar dihindari
Ke 3 poin ini sulit didapat apbla kita masih senang pada
popularitas. Justru ketiganya akan di dapat apabila kita uzlah/menyendiri. Uzlah
itu kita gunakan untuk fokus memperbaiki diri, hati, niat, dan bertafakkur seperti
yang dicontohkan Rasul di Goa Hira.
Jadi, sebelum kita memulai pekerjaan agama yang berhubungan dengan
masyarakat luas, seperti pidato, dakwah, amar-makruf nahi munkar, hendaknya
menjauhkan diri dulu dari keramaian, niat ingin terkenal, menata hati dalam
kesendirian, uzlah, bertafakkur. Tujuannya? Agar kita terhindar dari sifat
riya, bangga diri dan agar masyarakat bisa merasakan manisnya Islam dari yang kita
sampaikan.
Ketika kondisi diri sudah kuat melalui tahapan-tahapan di
atas, maka saat menyampaikan dakwah Islam tak akan terpengaruh dengan apapun. Mau
dipuji, dicaci, dilecehkan, diancam, intimidasi, dst, hati kita tidak goyah,
tetap teguh pda niat awal; ikhlas karena Allah.
Dalam beribadah kita hanya boleh riya kepada Allah, karena hanya
Dia yang bisa memberikan ganti/kompensasi abadi dari amal kita
----------------------------------------------------------------
Ustadz Salim Bahreisy ra. mensyarah:
Tiada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seseorang yang
sedang beramal, daripada menginginkan kedudukan dan kemashuran di tengah-tengah
masyarakat. Hal ini termasuk dari tipu daya hawa nafsu.
Rasulullah saw
bersabda:
“Barangsiapa
berendah-hati maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa sombong, Allah
akan menghinakannya.”
Ibrahim bin Adham ra berkata:
“Tidak benar-benar
menuju ke Allah siapa yang beramal untuk kemashuran dirinya.”
Ayyub As-Sakhtiyani ra berkata:
“Demi Allah, tiada
seorang hamba yang bersungguh-sungguh ikhlas pada Allah, melainkan ia merasa senang jika tidak
mengetahui kedudukannya.”
Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw
bersabda:
“Sesungguhnya riya’ meski sedikit, termasuk syirik. Dan
siapa yang memusuhi seorang waliyullah, berarti telah berperang terhadap Allah.
Dan Allah menyayangi hamba-Nya yang bertakwa namun tidak terkenal, yang bila
tidak ada tidak dicari, bila ada tidak dipanggil serta tidak dikenal. Hati
mereka laksana pelita hidayah(petunjuk), mereka terhindar dari segala kegelapan
kesukaran.
Abu Hurairah ra berkata, Ketika kami di majelis Rasulullah
saw tiba-tiba beliau saw bersabda:
“Besuk pagi akan ada
seorang ahli sorga yang shalat bersama kalian. Abu Hurairah berkata, Aku
berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah itu. Maka pagi-pagi
aku shalat di belakang Rasulullah saw dan tetap tinggal di majelis setelah
orang-orang pulang. Tiba-tiba ada seorang hamba hitam berkain compang-camping
datang dan berjabat tangan pada Rasulullah saw sambil berkata: Ya Nabiyallah,
doakan semoga aku mati syahid. Maka Rasulullah saw berdoa, sementara kami
mencium wangi kesturi dari tubuhnya. Kemudian (setelah orang itu pergi) aku
(Abu Hurairah ra) bertanya: Apakah orang itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya benar. Ia seorang hamba dari bani fulan.
Abu Hurairah bertanya lagi: Mengapa tidak kau beli dan kemudian kau merdekakan
ya Nabiyallah? Bagaimana aku akan dapat
berbuat demikian, bila Allah hendak menjadikan dia seorang raja di sorga. Hai
Abu Hurairah, sesungguhnya di sorga itu ada raja dan orang-orang terkemuka. Dan
hamba sahaya ini salah seorang raja dan terkemuka. Wahai Abu Hurairah,
sesungguhnya Allah mengasihi kepada makhluk-Nya yang suci hati, yang
menyembunyikan diri dari masyarakatnya, yang bersih, yang rambutnya terurai
(tidak tersisir rapi), yang perutnya kempis kecuali dari hasil yang halal, yang
bila akan masuk istana raja niscaya tidak diperkenankan (karena tampilan
lahiriahnya), bila meminang wanita bangsawan tidak diterima, bila tidak ada
tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan
bila meninggal jenazahnya tidak dihadiri.”
Ketika sahabat bertanya:
Tunjukkan kepada kami seorang dari mereka ya Nabiyallah..
Nabi menjawab: “Uwais
Al-Qarny ra, seorang berkulit coklat, lebar kedua bahunya, sedang tingginya,
selalu menundukkan kepalanya sambil membaca al-Quran, di bumi tidak dikenal,
tetapi terkenal di langit. Andaikan dia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada
Allah, pasti Diaberi. Di bahu kirinya ada bekas belang sedikit. Hai Umar dan
Ali, jika kamu kelak bertemu dengannya, maka mintalah dia membacakan istighfar
untuk kalian.”
Sedangkan Syarah
Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:
Kalau perbuatan-perbuatan kita tidak didasarkan pada
pengabdian yang rendah hati (tawadhu’) kepada Allah, maka perbuatan-perbuatan
tersebut tidak akan menunjukkan hasilnya dan tidak terbebas dari kepalsuan
serta kemusyrikan (menyekutkan Allah) secara halus.
Bila kita menginginkan reputasi atau penghargaan, maka buah
dari perbuatan kita yang seperti itu akan asam dan busuk, karena sifat dunia
yang selalu berubah.
Pencari spiritual yang sukses tidak mempedulikan apa yang
muncul sebagai hasil akhir perbuatan, karena ia merasakan rahmat-Nya sejak awal
penyerahan-dirinya kepada Allah SWT.
Wassalamualaikum wr.wb
Sumber :
http://chirpstory.com/li/237429
https://alhikam2012.wordpress.com/2012/07/07/terjemah-al-hikam-karya-syaikh-ibnu-aththoillah-oleh-ustadz-salim-bahreisy-hikmah-no-11/
Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 11 - Tanamlah Wujudmu dalam Bumi yang Tersembunyi, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.