Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Terjemah Al Hikam 12 - Tiada hal yang lebih berguna bagi hati, dari pada uzlah yang mengantarkan seseorang ke dalam medan tafakkur

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

"Tiada hal yang lebih berguna bagi hati, dari pada uzlah yang mengantarkan seseorang ke dalam medan tafakkur."


Kalam hikmah ini tak lain adalah lanjutan dari hikmah sebelumnya, yang menekankan seseorang untuk membenamkan diri di bumi khumul. Sedangkan pada hikmah kali ini tersirat penekanan agar seyogyanya seseorang melakukan uzlah yang mengantarnya menuju tafakkur.

Lantas adakah perbedaan antara uzlah dan khumul di sini? Tentu berbeda. Mari kita ikuti panjelasan Al-Buthi berikut ini.
Khumul membawa seseorang bersembunyi dari popularitas dirinya, bahkan menjauh dari ketenaran identitas sama sekali. Uzlah adalah tuntutan untuk menyendiri yang mengantar pada perenungan arti hidup dan pada gilirannya membawa seseorang mengenal Allah. Uzlah dan Khumul penting dalam tradisi suluk. Perpaduan antara keduanya akan menjadi manhaj paripurna untuk sampai ke haribaanNya.

Tapi fokus  hikmah ini adalah uzlah (menyendiri). Sekarang kita mulai pada uraian terkait makna kata demi kata dari hikmah ini.

Kata hati disini memiliki dua makna mengacu pada arti qalbu dalam al-Quran QS. Qaf: 37= akal dan ar-Ro'du: 28= Organ tubuh. Sedang yang dikehendaki qalbu/hati adalah perasaan yang bersumber di dalam orangan tubuh seperti, rasa cinta, suka, takut dan takdzim.

Lalu Ibnu Athaillah menyebut uzlah dalam bentuk nakirah (indefinit) yang memberi pemahaman bahwa uzlah mestinya dilakukan sewaktu-waktu dan sebentar. Jangan diartikan perintah uzlah ini harus menjauh dari kerumunan manusia secara berkesinambungan namun tak ada hasil apa-apa. Pengertian ini bisa diambil seandainya kata uzlah diungkapkan dengan bentuk isim ma'rifat (definit) menjadi al-Uzlah misalnya. Hal ini tidak tepat, karena target dari perintah uzlah adalah meluangkan waktu, barang sebentar untuk merenung dan tafakkur. Tidak dibenarkan langkah seseorang menyendiri di dalam gua menjauh dari tatanan sosial kehidupan, dengan alasan mengamalkan uzlah.

Uzlah dengan pengertian sempit seperti itu menafikan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung ingin menjalani kehidupan bersama. Kesimpulannya uzlah bukan tujuan utama, hanya sekedar media untuk mengantar seseorang pada luasnya tafakkur. Jadi bila seseorang menghabiskan waktu dalam kesendirian, namun tidak diisi dengan merenungi kesejatian hidup, ya tak ada gunanya!

Yang diperbolehkan dalam Islam adalah uzlah sebagai ruang bagi seseorang beranjak dari kekacauan arus duniawi untuk mencari ketenangan. Dalam kesempatan itu ia leluasa berpikir tentang hal apa saja yang mendekatkan pada Allah dan menjauhi sebab-sebab yang membuatnya lalai.

Poin utama yang perlu digarisbawahi adalah kombinasi uzlah dan tafakkur akan menjadi manhaj paripurna untuk sampai ke hadariotillah. Logikanya begini, uzlah ibarat upaya mencegah dari sumber-sumber penyakit (pantangan) bagi orang sakit, sedang tafakkur adalah obatnya. Kita lihat orang sakit tahan dari godaan makanan yang dilarang sebagai upaya pencegahan, namun ia enggan minum obat. Kira-kira sembuh?  Sebaliknya Si sakit rajin minum obat sesuai anjuran medis, namun pada saat yang sama ia melahap pantangan sebagai sumber penyakit.

Begitulah penalaran Al-Buthi mengenai uzlah dan tafakkur sebagai pintu memasuki ruang tak berjarak antara Tuhan-hamba. Lalu apa yang harus dilakukan oleh seseorang dalam uzlahnya? 'Menu' apa yang menutrisi spiritual seseorang dalam kesendirian?

Pertama, kita harus paham inti dari tafakkur. Yaitu upaya pendekatan untuk mengenali jati diri sebagai hamba Allah. Setelah ia tahu posisi dirinya dihadapan Allah maka ia tahu posisi Allah bagi dirinya. Di sinilah benih-benih mahabbah akan bersemi. Ia juga bisa mengisi uzlah dan tafakkurnya dengan banyak membaca dan merenungi ayat al-Quran. Inilah upaya terbaik yang harus dilakukan. Dalam tadabburnya ia merasakan betul, betapa Allah benar-benar sedang berbicara, mengarahkan serta menegur kesalahan-kesalahannya.

Ia juga bisa mengisi uzlahnya dengan berbicara kepada naluri pribadinya, "Siapa saya?", "Dari mana saya?", "Bagaimana saya hadir ke dunia"?. Atau dengan bahasa, "Berapa lama lagi saya hidup?", “Mengapa saya tidak memperbanyak pahala dan kebaikan selama ini dan justru memperbanyak dosa?".

Lalu adakah dalil dari uzlah dan tafakkur yang bisa dipertanggungjawabkan? Atau jangan-jangan ini hanya ajaran yang tak dijumpai presedennya dalam agama?. Tentu tidak. Al-Quran dan Hadis, bahkan sirah nabawiyah juga bisa kita catut sebagai dalih atas kebenaran uzlah-tafakkur ini.

Dalil al-Quran diungkap dalam QS. Saba': 46. “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.”
Dalil Hadis terjawab dalam pertanyaan Uqbah bin Abi Amir tentang apa itu keselamatan. Rasulullah menjawab, "Jagalah lisanmu, perluaslah rumahmu dan tangisilah kesalahan-kesalahanmu."

Adapun dalil sirah perjalanan Nabi yaitu Rasulullah menjelang terutusnya sering keluar masuk gua hira' dalam rangka khalwat (menyendiri). Lantas apakah ini berlanjut hingga Rasul diutus?. Sepertinya memang tidak ada riwayat yang menyebut Nabi masuk gua hira' pasca kenabian. Namun bukan berarti Nabi berhenti beruzlah dan bertafakkur. Melainkan beliau lanjutkan aktifitas ini di kediamannya. Tidak lagi di gua hira'.

Saat-saat penting khalwat dan munajat Nabi adalah saat langit mulai pekat dan sinarnya remang menuju fajar, di sinilah waktu terindah Baginda. Lantas apa rahasia di balik #qiyamulail yang dilakukan Nabi? Sampai-sampai QS. Al-Muzammil: 1-4 mengabadikannya?
( 1 )   Hai orang yang berselimut (Muhammad),
( 2 )   bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
( 3 )   (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
( 4 )   atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

Apa yang memotivasi Nabi tidak menghabiskan rakaat plus perenungan tilawah di siang hari? bedakah ibadah malam dan siang? Begini, jika munajat beliau lakukan di siang hari maka makna khalwat tidak akan tercapai, sebab siang hari adalah pergumulan aktifitas manusia. Akan ada banyak penghalau untuk bisa tenang dalam tafakkur dan mencapai kejernihan hati karena terlalu banyak hal-hal duniawi yang memalingkan. Maka saat paling tepat untuk mencapai kejernihan hati dan ketenangan tafakkur adalah malam hari, di saat kesibukan dunia terhenti oleh istirah.

Akhiran, al-Buthi menutup hikmah 12 dengan sebuah tamsil tentang uzlah dan tafakkur yang mudah dicerna oleh akal manusia. Bayangkan anda sedang berjalan di sebuah Mall dengan klien lalu terjadi perbincangan seputar ekonomi bisnis. Syahdan ada orang baca #Hadis "Andai manusia diberi setumpuk uang maka ia akan meminta dua tumpuk, di beri 2 tumpuk meminta 3 tumpuk, yang dpt memenuhi isi perut anak Adam hanyalah debu dan Allah akan menerima taubat orang-anak yang bertaubat." Hadis riwayat Abdullah bin Abbas.

Kira-kira adakah pengaruh yang bisa diserap dari Hadis tersebut di tengah asyiknya perbincangan ekonomi bisnis yang berlangsung tadi? Tidak akan banyak pengaruh bagi anda, sebuah Hadis sekalipun, yang disampaikan dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat. Dalam kondisi keimanan yang optimal sekalipun seseorang bisa menghargai Hadis di atas, setelah itu melupakannya selang 3 menit berlalu.

Lalu bayangkan anda terbangun di malam hari dengan kondisi jasmani dan rohani yang siap untuk munajat dan tafakkur, kemudian disampaikan padanya Hadis di atas, atau Hadis lain yang sama. Maka apa yang terjadi? Pengaruhnya jauh lebih dahsyat. Seperti itulah Al-Buthi memberikan analogi perbedaan tafakkur di siang dan malam hari, tadabbur dalam keramaian dan kesendirian. Maka akan terasa berbeda kedahsyatan pengaruhnya.

Semoga sekelumit uraian ini membawa pencerahan bersama hidayah dari Allah. Amin.

----------------------------------------------------------------

Ustadz Salim Bahreisy ra mensyarah:
Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan kawan yang tidak baik bagaikan tukang besi yang sedang membakar besi, jika engkau tidak terbakar oleh percikan apinya, maka akan terkena sengatan bau tidak sedapnya.”

Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as :”Wahai putra Imran, waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu sahabat, dan setiap sahabat yang tidak membantumu untuk berbuat taat kepada-Ku, maka ia adalah musuhmu.”

Demikian pula wahyu Allah kepada Nabi Daud as :”Hai Daud, mengapakah engkau menyendiri? Daud menjawab,’Aku menjauhkan diri dari makhluk untuk mendekat kepada-Mu.’ Maka Allah pun berfirman: ‘Hai Daud, waspadalah selalu, dan pilihlah sahabat untukmu, dan setiap yang tidak membantumu berbakti kepada-Ku, maka itu adalah musuhmu, karena dia akan menyebabkan keras hatimu, serta jauh dari-Ku.”

Nabi Isa as bersabda:”Jangan berkawan dengan orang-orang yang ‘mati’, niscaya mati hatimu. Ketika beliau ditanya:’Siapakah mereka yang ‘mati’ itu? Beliau menjawab: ‘Mereka yang rakus kepada dunia.”

Rasulullah saw bersabda: “Yang sangat aku khawatirkan terhadap umatku adalah (mereka) lemah dalam iman keyakinan.”

Nabi Isa as bersabda:”Berbahagialah orang yang perkataannya dzikir, dan diamnya tafakur serta pandangannya perhatian. Sesungguhnya orang yang sempurna akalnya ialah yang selalu muhasabah demi hari kemudian sesudah mati.”

Sahl bin Abdullah At-Tustary ra berkata: Kebaikan itu terhimpun dalam 4 perkara, dan dengan itu tercapai maqam wali (disamping memenuhi kewajiban syariat), yaitu:
1. Lapar
2. Diam
3. Uzlah
4. Bangun/terjaga di Malam Hari (untuk shalat, munazat, dan ibadah kepada Allah).

Sedangkan Syarah Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:
Untuk kesehatan spiritual, kita harus berpaling dari keinginan-keinginan dan ambisi-ambisi, kebingungan-kebingungan, dan syirik. Hati memerlukan pengalaman uzlah(menyendiri), kemudian diisi kembali melalui tafakur dan peningkatan kesadaran kepada Tuhan. Kita harus menyeimbangkan pengalaman lahir dengan keadaan dan cahaya batin, sehingga pada waktunya nanti kita melihat seluruh perwujudan dan pengalaman yang berasal dari Zat Rabb Yang Maha Esa.

Wassalamualaikum wr.wb

Sumber :

http://chirpstory.com/li/237647

https://alhikam2012.wordpress.com/2012/07/07/terjemah-al-hikam-karya-syaikh-ibnu-aththoillah-oleh-ustadz-salim-bahreisy-hikmah-no-12/


Terima kasih telah membaca artikel Terjemah Al Hikam 12 - Tiada hal yang lebih berguna bagi hati, dari pada uzlah yang mengantarkan seseorang ke dalam medan tafakkur, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :