Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
"Orang yang mempunyai keluasan harta, hendaklah berderma menurut kemampuannya. Ini ditujukan kepada mereka yang telah sampai kepada Allah."
"Dan bagi siapa yang masih sempit rezkinya, maka hendaknya ia mendermakan apa yang diberikan Allah kepadanya. Ini ditujukan kepada mereka yang tengah menuju Allah"
Maksudnya, Ibnu Athaillah membuat metafora: Orang yang telah
sampai pada Allah diumpamakan dengan orang kaya, adapun orang yang masih
berjalan menuju Allah diumpamakan orang yang masih disempitkan rezekinya. Jadi,
keduanya mesti berbuat sesuai statusnya. Yang kaya berderma sesuai keluasan
rezekinya, yang miskin berderma semampunya.
Begitupun orang yang sudah sampai pada Allah dan yang belum
sampai. Ada hal berbeda yang mesti diperbuat masing-masing.
Dalam Hikmah 29, Ibnu Athaillah membedakan antara orang yang
menjadikan Allah sebagai dalil bagi adanya makhluk dan yang menjadikan adanya
makhluk sebagai dalil bagi adanya Allah. Dan Ibnu Athaillah juga telah
menjelaskan betapa jauh derajat antara kedua tipe orang tersebut.
Pada Hikmah 30 ini beliau memberi catatan dan penjelasan
bahwa kedua tipe orang tersebut sama-sama baik. Maka Ibnu Athaillah
menjelaskan, bahwa orang yang telah sampai pada Allah, yang telah mengenal-Nya
tanpa jadikan alam sebagai dalil Orang tipe itu sesuai dengann firman Allah: "Orang yang berkeluasan harta
hendakanya berderma sesuai kelapangannya"
Derma di sini tak lain adalah ungkapan syukur kepada Allah.
Cara bersyukurnya orang kaya, ya berderma yang banyak. Nah, begitupun orang
yang telah sampai kepada Allah, yang telah mengenal Allah, ia juga mesti
bersyukur kepada Allah. Cara syukurnya orang yang telah sampai kepada Allah,
dengan memenuhi semua hak-hak Allah, dakwah, dan menanamkan kecintaan kepada Allah
di dalam hatinya.
Adapun orang yang belum sampai kepada Allah, masih berjalan
menuju Allah dan masih belum mengenal-Nya maka ia masih perlu menjadikan adanya
alam ini sebagai bukti bagi adanya Allah. Ia masih perlu hujah yang bisa
menundukkan hati dan pikirannya. Hujah dan dalil itu ia butuhkan agar ia kenal
dan sampai pada Allah. Alhasil, orang tipe ini masih terus berusaha untuk
sampai pada Allah.
Nah, orang tipe kedua ini oleh Ibn Athaillah disesuaikan
dengan lanjutan ayat diatas, yakni
"Barangsiapa yang
sempit rezkinya, maka hendaknya ia mendermakan apa yang diberikan Allah
kepadanya"
Jadi meski rezeki orang miskin ini tidak banyak, ia juga
mesti bersyukur kepada Allah, dengan cara berderma semampunya. Nah, orang yang
sedang berjalan kepada Allah, yang belum sampai kepada-Nya dan belum
mengenal-Nya, juga harus bersyukur kepada Allah, caranya? Tentu dengan berusaha
sekuat tenaga untuk membersihkan jiwa, memerangi nafsu, dan segala yang
menghalangi jalan menuju Allah. Orang ini juga mesti terus memperkuat
bukti-bukti kekuasaan Allah, bukti aqli maupun kauni, hingga akhirnya ia bisa
sampai pada Allah juga
Tapi meski kedua tipe orang tadi beda nasib dan beda kelas,
bagaimanapun keduanya tetap sama baiknya, meski yang 1 sampai pada Allah dengan
secepat kilat, yang ke-2 masih dalam perjalanan panjang, namun kedua-duanya
akhirnya juga mengenal Allah. Kedua tipe orang itu, meski dengan cara berbeda,
telah peroleh nikmat makrifat kepada Allah. Adakah nikmat yang lebih agung dari
itu? Tidak ada! Jadi, baik Allah membuat Anda mengenal-Nya tanpa perlu bukti,
atau masih dengan sejumlah bukti. Keduanya tetap wajib disyukuri. Maka, orang
seperti kita, yang untuk mengenal Allah masih butuh dalil-dalil dan
bukti-bukti, akan wujud Allah, qudariat-iradat-Nya dst, jika setelah itu kita
berhasil, maka kita harus tinggalkan urusan dalil-dalil dan bukti-bukti itu.
Jangan masih muter-muter pada urusan itu saja. Setelah kita tahu dan kenal
bahwa Allah itu Maha Wujud, Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Menyiksa, Maha
Pengampun, dst. Maka setelah itu kita harus segera berbuat, beramal, beribadah,
mendekat kepada-Nya, berusaha meraih Cinta dan Ridha-Nya
Jika setelah kenal Allah dengan beragam bukti dan dalil,
namun kita tak beranjak dari mengutak-atik bukti-bukti itu, bereksperimen
terus-terusan, berarti kita hanya muter-muter di tempat yang sama dan tak akan
pernah sampai pada tujuan, yakani meraih Ampunan, Cinta, dan Ridha Allah.
Demikian uraian Hikmah 30.
Wassalamualaikum wr.wb
Referensi :
http://chirpstory.com/li/241065
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 30 - Berdermalah Menurut Kemampuan, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.