Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 29 - Jadikan Allah Sebagai Tujuan Utama

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

 “Beda sekali antara orang yang menjadikan Allah sebagai dalil (adanya dunia), dengan orang yang menjadikan dunia sebagai dalil (adanya Allah)”
 “Orang yang menjadikan Allah sebagai dalil adanya dunia, maka berarti ia telah meletakan haknya secara benar. Allah jadi asal penunjuk”.
“Sedangkan orang yang menjadikan dunia sebagai dalil adanya Allah, mengindikasikan bahwa dirinya tidak dekat dengan Allah”.
“Sejak kapan Allah hilang dari pandangannya, hingga ia harus menjadikan dunia sebagai perantara untuk mengenal Allah?”
"Kapankah Allah menjauh dari dirinya, hingga ia menggunakan dunia sebagai sarana untuk tambah mendekat dengan Allah?"

Hikmah ini mengajarkan kita agar menjadikan Allah sebagai tujuan utama. Buat motivasi hidup, agar usia yang masih tersisa tak terbuang sia-sia. Ringkasnya, ada dua cara pandang yang berbeda untuk bisa mengenal Allah. Yaitu pandangan orang-orang awam dan orang-orang yang dekat dengan Allah (Muqarrabin).

Kita bahas pertama kali cara pandang orang-orang awam. Yaitu “Orang-orang yang menjadikan dunia sebagai dalil adanya Allah”. Dalam pandangan orang-orang awam, tatanan dunia yang begitu indah dan sangat teratur ini jadi bukti adanya sang pencipta tunggal, yaitu Allah. Agar mengetahui yang abstrak, mereka harus lihat yang nyata dulu. Ingin mengenal Allah harus menyaksikan makhluk ciptaan-Nya dulu.

Ini logika yang lumrah kita gunakan. Dengan menyaksikan ciptaan- ciptaan Allah yang maha indah ini, bisa mengantarkan diri lebih kenal pada Allah. Akal dan mata kita terbiasa menggunakan semua benda di sekitar kita sebagai sarana untuk mengenal Allah. Inilah cara berpikir orang-orang awam.

Kata al-Buthi, cara ini adalah corak pandang yang salah. Yang benar semestinya kita mengenal Allah dahulu, baru kemudian mengenal makhluk. Cara pandang awam lebih terlena dengan keindahan dunia, hingga lupa keagungan Allah. Padahal yang menciptakan dunia ini adalah Allah. Padahal lagi, bisa mengenal dan tambah dekat dengan Allah adalah berkat cahaya Ilahi yang dilimpahkan Allah pada kita. Bukan dengan akal murni kita. Jika boleh diumpamakan, kita ini seperti orang yang sedang berjalan di kegelapan malam sambil membawa lampu buat penerang. Dengan lampu tersebut, orang itu bisa melihat semua benda disekitarnya. Kursi, meja dan perabot lainnya, bisa terlihat secara jelas.

Pertanyaannya: manakah inti utama yang membuat ia bisa melihat? Sinar lampu ataukah benda disekitarnya? Jawabannya, jelas sinar lampu. Begitu pula halnya dengan Allah. Allah sebenarnya yang membuat dunia ini terlihat jelas. Bukan dunia yang menjadi penjelas adanya Allah. Cara pandang semacam ini yang disalahkan al-Buthi tadi.

Oke, kalo udah jelas, kita pindah ke cara pandang kedua, orang-orang Muqarrabin. Orang-orang Muqarrabin adalah orang-orang yang telah mengenal Allah secara dekat. Dalam pandangan mereka, wujud dunia ini sebenarnya tidaklah nyata. Dalam pikiran dan hati mereka hanya ada Allah semata. Mereka telah dimabukkan oleh silaunya nur Ilahi (QS 24:35). Allah meliputi segalanya.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Lalu mungkinkah kita bisa menyamai cara pandang mereka yang menakjubkan itu? Jawabannya, tentu saja bisa. Tapi butuh usaha ekstra keras. Selain itu, ia juga butuh kemantapan hati yang kokoh seraya berdoa tak henti-henti mengharap pada Allah agar segala keinginan cepat terkabul. Namun cobaan paling berat akan dialami orang yang tak mengenal Allah, tak pernah tahu ayat-ayat Allah dan segala hal tentang Allah. Pandangan matanya terlanjur buta dengan hal-hal yang berkaitan dengan Allah. Sungguh sangat merugi orang-orang semacam ini.

Padahal bukti-bukti yang menunjukkan Allah bertebaran disekitarnya. Riset-riset penting telah ia lakukan. Ia kenal betul dengan Alam semesta ini. Menghadapi orang semacam ini serba sulit. Semua usaha-usaha telah maksimal dilakukan, tapi tak ada hasil. Nol. Lalu solusinya bagaimana?

Kata al-Buthi, ya doakan saja orang itu. Mudah-kudahan Allah memberi hidayah kepadanya. Tak mengenal Allah sejak awal, kadang sulit di arahkan. Kembali ke pembahasan awal. Bahwa setiap usaha keras yang dilakukan tak akan sia-sia. Semuanya pasti ada nilai ibadahnya. Meski pada awalnya pandangan kita layakanya pandangan orang-orang awam, bukan berarti kita tak bisa mencapai derajat orang-orang Muqarrabin. Tidak.

Usaha-usaha keras dan observasi berkesinambungan yang dilakukan bisa saja membawa kita jadi orang-orang yang dekat dengan Allah (Muqarrabin). Amin...  Justru Allah mendukung hamba-hamba-Nya agar selalu berusaha keras mendekat kepada-Nya. Allah menyebut hal ini dalam QS 29:69.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Wassalamualaikum wr.wb


Referensi :
http://chirpstory.com/li/240821





Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 29 - Jadikan Allah Sebagai Tujuan Utama, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :