Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 52 : Memahami Anugerah Allah

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb    


1] Allah memberimu anugerah (selanjutnya baca warid) agar kau bisa mendekat dan masuk ke hadirat-Nya.

2] Allah memberimu warid agar engkau selamat dan terbebas dari diperbudak oleh sesuatu selain-Nya.

3] Allah memberimu warid agar engkau keluar dari penjara wujudmu untuk masuk kepada syuhud (penyaksian) hadirat-Nya. 


Ulama mengartikan kata warid dengan bisikan ilahi yang sampai pada hati seseorang tentang pengetahuan dsb. Jika demikian lantas apakah perbedaan antar pengetahuan yang diperoleh melalui warid dengan pengetahuan yang dicapai melalui proses belajar?

Tentu ada beda antara pengetahuan yang dibisikkan langsung oleh dzat Yang Maha Tahu dengan pengetahuan melalui belajar pada seorang ustadz/guru. Kok beda? Bukankah keduanya sama-sama dikatakan warid yang sampai pada akal dan pikiran manusia, toh muaranya sama-sama dari Allah?

Begini, warid dengan arti intuisi ilahi pasti memuat konten bisikan-bisikan rabbani yang barang tentu pasti sahih dan baik. Sedang apa yang sampai pada akal melalui proses belajar terkadang memuat sesuatu yang baik, kadang pula tidak baik. Kalaupun baik, pengetahuan itu kadang dipelajari sebatas mencari nilai kognisi, jarang yang sampai terpatri dan menjadi prinsip dalam diri.

Lalu bagaimana semestinya kita menyikapi warid yang datang dari Allah setelah kita tahu hakikat di dalamnya? Di sini Ibnu Athaillah telah menjelaskan bahwa ada 3 peran dari turunnya warid ke dalam hati seseorang. Masing-masing dari 3 peran itu saling bertautan. Inilah inti pembahasan dari hikam 52, sesuai 3 poin yang termaktub dalam judul di atas.

Poin 1] Allah memberimu anugerah agar kau bisa mendekat dan masuk ke hadirat-Nya. Tentu untuk sampai pada hadirat Tuhan bukanlah dengan cara menempuh perjalanan jauh yang dapat menguras tenaga. Sampai ke hadirat Allah hanya bisa dilakukan dengan mengkondisikan hati senantiasa diliputi mahabbah dan ta’zim kpada Allah. Sudah pasti, agar hati bisa mencapai kondisi mahabbah tersebut seseorang terlebih dahulu harus melepas diri dari belenggu syahwat. Caranya agar tidak tertawan syahwat bagaimana? Yaitu menjadikan warid (intuisi) ilahi ini sebagai penyeimbang potensi akal.

Maka jika warid ini menghuni sebagian besar sudut hati seseorang, maka dari celah hati terkecil pun ia akan sampai juga ke hadirat-Nya. Jika Allah telah menghendaki seseorang menjadi baik, maka datanglah warid yang dapat merobek tabir penghalang penyebab ia lalai.

Poin 2] Allah memberimu warid agar engkau selamat dan tidak diperbudak oleh sesuatu selain-Nya. Simak penjelasan berikut!

Hati jika diajak menghadap Allah dengan penuh rasa malu dan ketebalan takwa yang sempurna akan berpengaruh pada terjadinya perang keinginan. Ya, perang keinginan antara keberingasan nafsu yang mengajak berbuat dosa melawan hasrat untuk totalitas dalam beribadah. Maka inilah peran warid yang tertuang dalam poin dua hikmah kali ini, berkenaan fungsinya sebagai penyeimbang pengaruh kuat nafsu.

Maka seseorang yang memperoleh warid ini, secara perlahan akan menanggalkan ketergantungan pada dunia, setelah ia begitu menggandrunginya. Hati, sebagai piranti paling lunak dalam organ tubuh manusia akan menerima setiap arahan yang ditujukan kepadanya. Maka tugas manusia agar tidak mengarahkan hati melainkan hanya kepada Allah, dengan bantuan piranti lain yang dimiliki: akal dan hidayah.

Sebab, seperti dijelaskan sebelumnya, jika Allah sudah berkehendak baik tehadap seseorang Allah akan menyertakan warid dalam hatinya. Warid ini berperan sebagai penyeimbang agar hati yang semula selalu takluk dihadapan jeratan nafsu, tertolong oleh penyeimbang ini.

Dialog yang terjadi antara Rasul dan Haris bin Malik al-Anshari berikut ini menampilkan sekelumit contoh dari pengaruh warid.
Rasulullah bertanya pada Haris, “Bagaimana kabar mu pagi ini wahai Haris?”,
Haris menjawab, “Pagi ini aku dalam keimanan yang hakiki”.
 “Ketahuilah apa yang telah kau ucapkan, segala sesuatu memiliki hakikat lantas apa hakikat dari keimananmu itu?” tanya Rasulullah.
 “Aku tahu dunia ini (hanya fatamorgana), maka aku bangun di malam hari, aku habiskan siang hari dalam dahaga (puasa), Aku melihat Arsy Allah, seolah aku melihat ahli surga berlalulalang di dalamnya, seolah aku melihat ahli neraka saling mendengki.”
Inilah Haris, seseorang yang telah ditabur warid dalm hatinya, ia mencapai puncak dari penyucian Allah dari sesuatu yang merintangi.

Poin 3] Allah memberimu warid agar engkau keluar dari penjara wujudmu untuk masuk kepada syuhud (penyaksian). Bagaimana maksud seseorang berada dalam penjara wujudnya, sehingga ia harus membebaskan diri?

Seseorang yang sibuk dengan urusan sendiri, tak peduli keadaan sekitar dan lupa kemana akhir hidup ini berlabuh, maka ia terpenjara wujudnya. Maka kita perlu merenungi... bahwa jarak tempuh menuju Allah tidak sejauh jarak tempuh mengarungi dunia. Karena inti dari mendekati Allah adalah menyiapkan hati dengan sepenuhnya sigap menerima segala kebesaran dan keagungan-Nya.

Kita patut heran pada seseorang yang rela menempuh jarak jauh untuk beribadah haji, namun tidak menempuh perjalanan singkat menuju rihlah hati. Padahal untuk beribadah haji ia menghabiskan waktu, tenaga bahkan biaya yang membebani, sedangkan rihlah hati tak ada kesulitan sama sekali.
    

Referensi :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
http://chirpstory.com/li/244039
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 52 : Memahami Anugerah Allah, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :