Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 54 : Cahaya Itu Layaknya Sepasukan (Penjaga) Hati

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb    

“Cahaya itu layaknya sepasukan (penjaga) hati, sedangkan kegelapan adalah pasukannya nafsu” 

 “Bila Allah hendak menolong hamba yang disayangi-Nya, maka Allah akan mengirimkan sepasukan cahaya kepadanya, (dengan pasukan cahaya itu) Allah juga akan menepis kegelapan dan segala hal yang tak ada hubungan dengan Allah dari hambanya tadi”.


Maksud Nur / cahaya disini bukanlah realita nur yang sebenarnya. Namun Nur adalah anugerah yang diberikan Allah pada hamba- hamba pilihan-Nya. Nur Ilahi itu langsung meresap kedalam hati. Nur yang hanya bisa dirasakan para kekasih Allah, yang hatinya ikhlas karena untuk Allah.

Jika pembahasan sebelumnya lebih fokus pada hal “Warid” yang sifatnya batin, maka sekarang lebih pada teknis operasionalnya. Untuk bisa memperoleh warid dari Allah, tentu ada teknis dan cara-cara pengikat warid agar ia mau singgah ke lubuk hati kita.

Maksud dari teknis tersebut adalah dengan cara banyak berzikir dan baca wirid. Paling baik adalah bacaan yang pernah jadi rutinitas Rasulullah. Semisal bacaan takbir, tahlil, tahmid, shalawat dan sebagainya. Selain mengamalkan sunnah, juga karena ada anjuran langsung Rasulullah.

Bacaan wirid yang baik adalah yang kontinu/istikamah. Sangat baik bila bacaan wirid-wirid tersebut kemudian jadi rutinitas harian. Wirid yang dilakukan secara kontinu tentu bisa berdampak positif pada tubuh. Kesehatan akan bertambah dan pikiran menjadi tenang.

Pola pikir yang positif tentang Allah akan berpengaruh pada pola hidup yang benar. Jadi, bukan hanya pola makan saja yang dibutuhkan. Maka sekarang, sudah waktunya mindset tentang agama Islam harus dirubah. Ajaran dalam agama Islam itu indah dan sangat menyenangkan.

Yang menyedihkan, kata al-Buthi, adalah fenomena jaman sekarang. Saat ini marak sekali orang yang mengaku dirinya sebagai “Islamis”. Entah dari mana dan sejak kapan istilah itu muncul. Tapi yang pasti, gelar islamis sudah jadi semacam identitas kebanggaan sekarang.

Contohnya, yang suka dakwah disebut islamis. Yang suka nongkrong di masjid itu islamis. Yang sering cawe2 di ormas Islam juga islamis. Apakah gelar islamis bisa didapat segampang itu? Semurah itukah nama Islam di komersialkan orang-orang? Jawabannya, tentu saja tidak …

Nyatanya, kata al-Buthi, pola hidup mereka tidak demikian. Jika diteliti, ternyata beda sekali antara identitas dan kenyataan hidup mereka Mayoritas orang- orang yang katanya islamis itu nyatanya paling anti sama wirid dan dzikir. Lidah mereka jarang dibasahi bacaan2 wirid.

Mata mereka jarang nangis karena tadabbur baca wirid. Kesempatan munajat di malam hari kadang-kadang malah sering terlalaikan. Na'udzubillah... Hati mereka, para islamis itu gersang lantaran tak pernah terkoneksi dengan bacaan tasbih dan istighfar. Badan tak singkron dengan isi hati.

Mereka kadang juga jarang baca al-Quran. Al-Quran hanya dijadikan penyedap rasa kala sewaktu-waktu dibutuhkan. Al-Quran hanya jadi hiasan. Baca al-Quran cuma buat selingan referensi saja, untuk pendukung penelitian skripsi ataupun untuk materi kajian diberbagai forum debat.

Saat ini pula mulai marak istilah / tema berbau “Islami”: ada pola hidup islami, pemikiran Islami, metode islami, atau islami- islami lainnya. Entah istilah- istilah itu bisa tahan lama atau tidak. Atau jangan- jangan identitas islami-nya nanti malah hilang lantaran para pelakunya tak konsis.

Sejak kapan, kata al-Buthi, konsep Islam berubah haluan? Yang asalnya fokus pada ihwal ibadah, sekarang kok jadi condong pada pemikiran? Padahal bila kita mau belajar pada sejarah, dahulu kala tidak demikian. Sosok islami Rasulullah itu biasanya suka wirid: suka baca tasbih, istighfar dan tahmid. Selain sebagai panglima perang, beliau juga sosok penggiat shalat tahajjud di malam hari.

Meski jadi memimpin kaum muslimin, tapi lidah Rasulullah tak pernah kering dari bacaan al-Quran dengan tartil dan tadabbur setiap harinya. Maka kesimpulannya, Muslim yang islamis adalah orang- orang yang bisa mengatur hidupnya dengan baik dan tak lupa munajat dengan banyak baca wirid.

Karena, dengan wirid maka ada kesempatan kita dapat anugerah warid dari Allah. Tentu saja ini istimewa. Lidah yang selalu basah oleh bacaan wirid akan menarik perhaitan Allah, sebab Allah sangat senang pada hambanya yang suka baca wirid.

Tak mustahil jika kemudian Allah membantu mereka dengan sepasukan cahaya berupa warid. Ibadah yang disertai wirid pasti tinggi nilainya.

Secara jelas Allah menyebut usaha hambanya dalam Al Quran :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS 29:69]
Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS 8:53]
Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS 9:115]

Oke, sebelum pembahasan ini ditutup, ada bonus bacaan- bacaan yang sering diamalkan al-Buthi, bahkan jadi rutinitas beliau semasa hidup.

Pertama, perbanyaklah baca ayat-ayat al-Quran, sebab itu anjuran langsung dari Allah dan Rasulullah ( 29 )   Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
( 30 )   agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [QS 35:29-30]

Kedua, sesering mungkin lidah dibasahi bacaan istighfar, tasbih, tahlil dan shalawat kepada baginda Rasulullah. Tambah banyak, makin baik.
Saat hawa subuh menyapa, maka bacalah tasbih 100 kali.
Setelah rutinitas shalat Subuh selesai dilaksanakan, bacalah tahlil 100 kali juga.
Lalu baca shawalat dihadiahkan khusus untuk Rasulullah sebanyak 100 kali pula.
Baru kemudian yang paling akhir disempurnakan dengan doa-doa, dianjurkan pakai doa pengambilannya dari ayat-ayat al-Quran atau Hadis Nabawy.

Al-Buthi pernah merasakan sendiri pengaruh positif dari bacaan- bacaan wirid tadi. Dengan wirid hidup beliau serasa sangat indah dan tentram.

Wirid berfungsi menarik Warid. Maka jadikanlah wirid sebagai rutinitas sehari-hari, sebab ia akan membantu kita makin dekat dengan Allah.



Referensi :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
http://chirpstory.com/li/244448
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 54 : Cahaya Itu Layaknya Sepasukan (Penjaga) Hati, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :