Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Cahaya itu layaknya sepasukan (penjaga) hati, sedangkan kegelapan adalah pasukannya nafsu”
“Bila Allah hendak menolong hamba yang disayangi-Nya, maka Allah akan mengirimkan sepasukan cahaya kepadanya, (dengan pasukan cahaya itu) Allah juga akan menepis kegelapan dan segala hal yang tak ada hubungan dengan Allah dari hambanya tadi”.
Maksud Nur / cahaya disini bukanlah realita nur yang
sebenarnya. Namun Nur adalah anugerah yang diberikan Allah pada hamba- hamba
pilihan-Nya. Nur Ilahi itu langsung meresap kedalam hati. Nur yang hanya bisa
dirasakan para kekasih Allah, yang hatinya ikhlas karena untuk Allah.
Jika pembahasan sebelumnya lebih fokus pada hal “Warid” yang
sifatnya batin, maka sekarang lebih pada teknis operasionalnya. Untuk bisa
memperoleh warid dari Allah, tentu ada teknis dan cara-cara pengikat warid agar
ia mau singgah ke lubuk hati kita.
Maksud dari teknis tersebut adalah dengan cara banyak
berzikir dan baca wirid. Paling baik adalah bacaan yang pernah jadi rutinitas
Rasulullah. Semisal bacaan takbir, tahlil, tahmid, shalawat dan sebagainya.
Selain mengamalkan sunnah, juga karena ada anjuran langsung Rasulullah.
Bacaan wirid yang baik adalah yang kontinu/istikamah. Sangat
baik bila bacaan wirid-wirid tersebut kemudian jadi rutinitas harian. Wirid
yang dilakukan secara kontinu tentu bisa berdampak positif pada tubuh.
Kesehatan akan bertambah dan pikiran menjadi tenang.
Pola pikir yang positif tentang Allah akan berpengaruh pada
pola hidup yang benar. Jadi, bukan hanya pola makan saja yang dibutuhkan. Maka
sekarang, sudah waktunya mindset tentang agama Islam harus dirubah. Ajaran
dalam agama Islam itu indah dan sangat menyenangkan.
Yang menyedihkan, kata al-Buthi, adalah fenomena jaman
sekarang. Saat ini marak sekali orang yang mengaku dirinya sebagai “Islamis”. Entah
dari mana dan sejak kapan istilah itu muncul. Tapi yang pasti, gelar islamis
sudah jadi semacam identitas kebanggaan sekarang.
Contohnya, yang suka dakwah disebut islamis. Yang suka
nongkrong di masjid itu islamis. Yang sering cawe2 di ormas Islam juga islamis.
Apakah gelar islamis bisa didapat segampang itu? Semurah itukah nama Islam di
komersialkan orang-orang? Jawabannya, tentu saja tidak …
Nyatanya, kata al-Buthi, pola hidup mereka tidak demikian.
Jika diteliti, ternyata beda sekali antara identitas dan kenyataan hidup mereka
Mayoritas orang- orang yang katanya islamis itu nyatanya paling anti sama wirid
dan dzikir. Lidah mereka jarang dibasahi bacaan2 wirid.
Mata mereka jarang nangis karena tadabbur baca wirid.
Kesempatan munajat di malam hari kadang-kadang malah sering terlalaikan.
Na'udzubillah... Hati mereka, para islamis itu gersang lantaran tak pernah
terkoneksi dengan bacaan tasbih dan istighfar. Badan tak singkron dengan isi
hati.
Mereka kadang juga jarang baca al-Quran. Al-Quran hanya
dijadikan penyedap rasa kala sewaktu-waktu dibutuhkan. Al-Quran hanya jadi
hiasan. Baca al-Quran cuma buat selingan referensi saja, untuk pendukung
penelitian skripsi ataupun untuk materi kajian diberbagai forum debat.
Saat ini pula mulai marak istilah / tema berbau “Islami”:
ada pola hidup islami, pemikiran Islami, metode islami, atau islami- islami
lainnya. Entah istilah- istilah itu bisa tahan lama atau tidak. Atau jangan- jangan
identitas islami-nya nanti malah hilang lantaran para pelakunya tak konsis.
Sejak kapan, kata al-Buthi, konsep Islam berubah haluan?
Yang asalnya fokus pada ihwal ibadah, sekarang kok jadi condong pada pemikiran?
Padahal bila kita mau belajar pada sejarah, dahulu kala tidak demikian. Sosok
islami Rasulullah itu biasanya suka wirid: suka baca tasbih, istighfar dan
tahmid. Selain sebagai panglima perang, beliau juga sosok penggiat shalat
tahajjud di malam hari.
Meski jadi memimpin kaum muslimin, tapi lidah Rasulullah tak
pernah kering dari bacaan al-Quran dengan tartil dan tadabbur setiap harinya. Maka
kesimpulannya, Muslim yang islamis adalah orang- orang yang bisa mengatur
hidupnya dengan baik dan tak lupa munajat dengan banyak baca wirid.
Karena, dengan wirid maka ada kesempatan kita dapat anugerah
warid dari Allah. Tentu saja ini istimewa. Lidah yang selalu basah oleh bacaan
wirid akan menarik perhaitan Allah, sebab Allah sangat senang pada hambanya
yang suka baca wirid.
Tak mustahil jika kemudian Allah membantu mereka dengan
sepasukan cahaya berupa warid. Ibadah yang disertai wirid pasti tinggi
nilainya.
Secara jelas Allah menyebut usaha hambanya dalam Al Quran :
Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik. [QS 29:69]
Siksaan) yang demikian
itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu
nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah
apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS 8:53]
Dan Allah sekali-kali
tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka
sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS 9:115]
Oke, sebelum pembahasan ini ditutup, ada bonus bacaan- bacaan
yang sering diamalkan al-Buthi, bahkan jadi rutinitas beliau semasa hidup.
Pertama, perbanyaklah baca ayat-ayat al-Quran, sebab itu
anjuran langsung dari Allah dan Rasulullah ( 29 ) Sesungguhnya orang-orang
yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
( 30 ) agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [QS 35:29-30]
Kedua, sesering mungkin lidah dibasahi bacaan istighfar,
tasbih, tahlil dan shalawat kepada baginda Rasulullah. Tambah banyak, makin
baik.
Saat hawa subuh menyapa, maka bacalah tasbih 100 kali.
Setelah rutinitas shalat Subuh selesai dilaksanakan, bacalah
tahlil 100 kali juga.
Lalu baca shawalat dihadiahkan khusus untuk Rasulullah
sebanyak 100 kali pula.
Baru kemudian yang paling akhir disempurnakan dengan doa-doa,
dianjurkan pakai doa pengambilannya dari ayat-ayat al-Quran atau Hadis Nabawy.
Al-Buthi pernah merasakan sendiri pengaruh positif dari
bacaan- bacaan wirid tadi. Dengan wirid hidup beliau serasa sangat indah dan
tentram.
Wirid berfungsi
menarik Warid. Maka jadikanlah wirid sebagai rutinitas sehari-hari, sebab
ia akan membantu kita makin dekat dengan Allah.
Referensi :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
http://chirpstory.com/li/244448
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 54 : Cahaya Itu Layaknya Sepasukan (Penjaga) Hati, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.