Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 56 : Jangan Merasa Gembira Atas Perbuatan Taat

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb

"Jangan merasa gembira atas perbuatan taat karena engkau merasa telah dapat melaksanakannya , tetapi bergembiralah atas perbuatan taat itu karena ia adalah karunia dan taufiq dari Allah kepadamu"

Kita akan membicarakan persoalan sikap yang perlu diambil ketika Allah mentakdirkan kita untuk selalu mengerjakan taat. Yang terjadi selama ini, ketika kita selesai beribadah/mengerjakan kebaikan, kita bahagia sekali. Gembira, bahkan ada yang bangga. Sepintas ini tidak ada masalah apa-apa, wong cuman gembira saja, apa salahnya, tidak ada bukan? Namun sejatinya tidak seperti itu. Bahagia setelah mengerjakan ibadah/ketaatan itu ada ilmunya, tidak asal bahagia saja.

Al-Buthi memberikan analisa yang sangat bagus di dalam permasalah ini, dengan bertendensi pada kalam hikmah tadi itu. Yaitu ada dua model orang bahagia di kala berhasil mengerjakan ketaatan/pekerjaan baik/ibadah.

[1] Orang yang bahagia karena Allah.
[2] Orang bahagia karena dirinya sendiri.

Yang pertama adalah bahagia yang dianjurkan dan berbuahkan pahala. Dia bahagia karena Allah telah mentakdirkan dirinya mengerjakan taat. Setelah shalat misalnya, dia bahagia sekali, kenapa? Karena Allah telah memberikan kekuatan kepada dirinya untuk beribadah kepada Allah. Dia bersyukur karena Allah telah memberinya taufiq untuk dekat kepada-Nya dan bersyukur menumpas rasa malas di dalam beribadah.

Dia juga bersyukur karena Allah telah menghindarkan dirinya dari perbuatan maksiat yang dapat mendatangkan siksa. Ketika selesai mengerjakan taat dan kita bersikap bahagia dengan model bahagia seperti ini, efeknya adalah dia akan semakin bersyukur kepada Allah.

Mentang- mentang sudah berbuat baik/berhasil mengerjakan ibadah yang sulit dilakukan oleh orang banyak lantas jumawa dan sombong. Jangan!  Sejatinya, semua perbuatan taat itu adalah taufiq dan anugerah dari Allah, maka semestinya kita mensyukurinya. Bukan malah pamer!

Bagaimana cara mensyukuri ibadah/perbuatan baik kita? Dengan terus berbuat baik, tidak mudah puas, berbuat baik terus dan terus berbuat baik. Ketika semua tahapan ini dilalui, perbuatan baik/ibadah kita akan membuahkan pahala yang tak kunjung reda. Pahala terus dan terus berpahala. Kenapa begitu? Karena perbuatan baik kita harus disyukuri, syukur kita juga perlu disyukuri, dst. Semua ini adalah perbuatan pahala.

Selanjutnya, mari kita bahas model orang kedua yang bahagia sebab telah berbuat baik/beribadah karena dirinya sendiri. Bukan karena Allah. Maksdnya, orang ini ketika selesai berbuat baik, dia bangga kepada dirinya dan bahagia dengan hal itu. Dia lupa bahwa sejatinya semuanya dari Allah.

Orang model kedua ini beranggapan bahwa dirinya adalah orang hebat karena telah bisa selalu berbuat baik kepada semua orang/bisa selalu beribadah. Dia mudah takjub terhadap pekerjaan baiknya, karena tidak semua orang bisa berbuat seperti dirinya. ini masalah besar dan sangat bahaya.

Bahaya yang paling rentan terjadi adalah meremehkan orang lain yang tidak sehebat dirinya di dalam beribadah/berbuat baik. Terutama ketika dia berhasil mengerjakan sesuatu yang membutuhkan usaha dan tenaga besar, apabila tidak dikontrol dengan baik, ia mudah sombong.

Menurut al-Buthi, sikap seperti ini, dikategorikan syirik yang samar. Yaitu, menyekutukan Allah dengan hal-hal lain. Kenapa bisa demikian? Sebab, sejatinya semua pekerjaan baik/kesuksesan yang diraihnya adalah anugerah dri Alllah. Bukan dirinya. semestinya dia bersyukur kepada-Nya.

Jadi, syirik itu bukan hanya menyembah berhala/patung, menyekutukan Allah dari hak-hak yang menjadi miliknya juga bisa dikatakan syirik. Syirik yang seperti ini, dikategorikan syirik khofi/samar, konsekwensinya tidak lantas menyebabkan kafir/murtad, tapi berdosa saja.

Ayat ini yang bisa menjelaskan permasalahan syirik samar tadi itu.
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). [QS. Yusuf: 106]

Jadi syirik khofi/samar itu adalah orang yang menganggap dirinya sebagai sumber kehebatan dari setiap langkah dan pekerjaannya. Bukan Allah. Sikap seperti ini, akan menghancurkan amal baik yang kita lakukan. Meski beribadah sejatinya dia kosong, ibadahnya sia-sia dan tak berpahala.

Rasulullah mengajarkan kita agar selalu berucap dengan kalimat:
"Tidak ada daya menghindar dari kemaksiatan dan tidak ada kekuatan di dalam berbuat kebaikan kecuali dari Allah yang Maha Agung"

Jadi kesimpulannya, jika kita ditakdir berbuat baik maka berbahagialah karena itu adalah anugerah dari Allah, bukan dari dirinya. Kesimpulan ini berdasarkan ayat al-Quran berikut ini.
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". [QS Yunus: 58]

Semoga bermanfaat dan bersamaan dengan hidayah dari Allah.

Sumber :

Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 56 : Jangan Merasa Gembira Atas Perbuatan Taat, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :