Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 57 : Suluk Menggapai Wushul

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb    


Ada dua golongan manusia
#1, orang yang menempuh jalan suluk.
#2, golongan yang sudah wushul.

Untuk masing-masing, Allah menetapkan agar tidak menganggap amal ibadahnya, serta melihat bagian haliyah dirinya. Mengapa? Alasan yang tepat bagi orang yang menempuh jalan suluk, karena mereka belum mencapai hakikat kejujuran bersama Allah. Sedangkan bagi orang yang telah wushul, lantaran selain Allah telah sirna dari hati mereka, terbius keindahan hadirat-Nya.

Sebelum kita lanjut, yuk cari tahu terlebih dahulu siapa saja sih yang masuk kategori orang-orang yang wushul itu? Seseorang dianggap wushul jika telah menempuh perjalanan panjang untuk proses penjernihan hati (tazkiah).

Usaha untuk mencapai kejernihan ini membuatnya bersih dari kabut-kabut yang menghalangi untuk sampai pada Allah. Kabut-kabut syahwat yang bersarang di hatinya telah sirna oleh rasa yang begitu dahsyat sebagai proses penjernihan hati tadi.

Sedang yang dimaksud orang menempuh suluk untuk hikmah ini, adalah orang yang beriman dan dengan ikhlas menjalankan kewajiban-kewajiban. Berjuang untuk menajalankan perintah serta menjauhi larangan, dengan tekat penuh agar mencapai kejernihan hati.

Orang yang memasuki fase suluk, tidak diragukan lagi bahwa amal ibadahnya terhalang oleh batu sandung yang mencegah untuk diterima. Oleh karena itu, tidak layak baginya mengungkit-ngungkit amal, sedang dirinya terus berjuang meraih kejernihan hati. Kalau mau jujur, ibadah orang yang masih tahapan ini, baik salat, puasa haji dan sedekahnya penuh cacat dan bertabur kesalahan.

Maka bagi orang suluk, selain menghindari pamer dalam amal, ia mesti beribadah dengan hati mawas penuh kekhawatiran amalnya tidak diterima. Sebab perasaan mawas dan khawatir inilah biasanya yang akan mendorong seseorang untuk totalitas untuk beribadah.

Perasaan takut ditolak oleh Allah, cenderung membuat seseorang berusaha sekuat tenaga untuk mempersembahkan ibadah dengan manhaj paripurna. Begitu halnya dengan orang wushul, mereka tidak menghitung-hitung amalnya saat beribadah. Tidak perhitungan untuk amal ini lebih didasari oleh perasaan sirna dari segala rintangan untuk sampai ke hadirat-Nya.

Namun sebelum lebih lanjut masuk untuk pembahasan ini, kita mesti tahu satu hal. Bahwa, dari sekian banyak orang saleh adakah yang merasa dirinya telah wushul/ma’rifat pada Allah? Jawabannya, tentu tidak ada. Sebab semakin tinggi intensitas kema’rifatan seseorang, maka kecurigaan pada nafsu akan semakin kuat.

Maka jika perhitungan amal telah sirna di hati seseorang lantaran ia terbius kuatnya merasakan kehadiran-Nya, berarti ia telah wushul. Selain itu tanda-tanda orang wushul bisa kita ketahui dari kuatnya seseorang memegang teguh prinsip hukum syariat. Hampir tidak ditemui orang wushul/ma’rifat justru meninggalkan salat atau ibadah pokok yang lain.

Bahkan level ibadah yang dilakukan oleh orang pada fase ini melebihi yang lainnya, karena fokus pada tazkiatun nafsi (penjernihan hati). Untuk kondisi ini, ia tenggelam di lautan kenikmatan ibadah, sehingga mendorong keintiman dalam melakukan ketaatan.

Maka, perhatikan petuah salafus soleh berikut,"Jika kau dengar panggilan Allah, bergegaslah menghadap-Nya!, dengan keyakinan pasti bisa, Jika telah usai mengejarkan, maka berhentilah melihat usahamu, bahwa kau tidak berperan apa-apa, tak lain semua ini anugerah-Nya."


Sumber :

Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 57 : Suluk Menggapai Wushul, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :