Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Berbagai cabang
kehinaan tidak akan berkembang biak, kecuali di atas bibit ketamakan”
Sebelum kita kaji lebih mendalam tentang isi kalam hikmah di
atas, ada hal penting yang perlu kita pahami dan yakini lebih awal. Islam
adalah agama keselamatan, satu-satunya jalan menuju kemulian hakiki, tak ada
jalan lain untuk bisa mengantarkan pada ketenangan.
Islam adalah agama yang selalu relevan kapan dan dimana pun.
Agama tauhid yang dibangun di atas akidah yang kokoh dengan ketauhidan yang total. Islam adalah agama yang
telah dewasa sejak lahirnya, mengajarkan persatuan sebagai prinsip dalam
menjalani kehidupan sosial.
Islam mengajarkan untuk selalu meng-Esakan Tuhan, Dialah Pengatur
Alam Semesta, Pemberi Manfaat dan Mudharat, Pemberi Rezqi dan segala-galanya. Dialah
yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Kaya Raya yang memiliki segala yang ada.
Semua yang wujud membutuhkan-Nya sepanjang masa.
Sedangkan segenap perbuatan ibadah dan ketaatan
disyariatkan, guna mengokohkan i’tikad dan keyakinan para hamba tentang wujud
Allah SWT. Jika seorang hamba sudah bisa menjalankan segala kebajikannya dengan
penuh kesadaran, maka semua urusannya akan
selalu dikembalikan padaa Tuhan. Karena hatinya sudah penuh dengan keyakinan, bahwa semua yang dijalani tidaklah
lepas dari control tangan Tuhan dan kehendak-Nya.
Baiklah, kita kembali pada kalam hikmah di atas; “Berbagai cabang kehinaan hanya bisa
berkembang biak di atas bibit ketamakan”
Sangat luar biasa, kalam ini mngandung makna yang sangat
tinggi. Artinya; Jika kehinaan adalah sebuah pohon yang dapat berkembang pada
diri manusia, maka tidaklah pohon itu tumbuh dan berkembang biak, kecuali dari
biji dan bibit ketamakan.
Ketahuilah! Andaikan tak ada sifat tamak, niscaya tidak akan
ditemukan kehinaan antara sesama manusia. Tamak yang menjalar pada diri mausia
berkisar antara ingin selalu tambah dengan harta yang dimiliki, ingin selalu naik dengan pangkat yang disandang dst.
Kehinaan pada diri manusia yang disebabkan tamak ini, dapat
menghilangkan kemuliaan istimewa yang dianugrahkan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman;
Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami
beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [QS:
17: 70]
Namun, jika mau menghilangkan sifat tamak secara total pada
diri manusia, sangat sulit sekali. Lebih-lebih yang terkait dengan harta dan syahwat manusia. Karena Allah SWT menciptakan
manusia dalam tabiat seperti itu, butuh untuk makan dan juga pada harta sebagai
penunjang kehidupan.
Secara tabiat, manusia memang butuh untuk makan, butuh pada
pakaian dan butuh harta untuk keberlangsungan dan kelestarian hidup. Firman
Allah tentang sifat manusia cinta pada harta
dan sesungguhnya dia
sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui
apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, [QS.Al Adiyat 8-9]
Dalam surat lain juga disebutkan:
dan kamu mencintai
harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. Jangan (berbuat demikian).
Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, [QS.Al Fajr 20-21]
Lantas bagaimana caranya untuk menghindar dan menjahui dari
sifat tamak ini, jika memang sudah tabiat pada diri manusia? Langkah apa yang
mesti kita ambil supaya bebas dari sifat tamak ini? Tidak ada lagi cara yang
paling jitu, melainkan dengan mengokohkan hakikat wahdaniat (keesaan) Allah
pada akal dan hati kita.
Sehingga tak ada keraguan sama sekali pada pikiran kita, bahkan
meyakini bahwa entitas alam ini diatur oleh Dzat yang Maha Esa, tiada sekutu
baginya. Tak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Nya dan sesungguhnya
sebab kauniyah yang adalah tentara dari beberapa tentara Allah. Yang dikirim untuk
menjalarkan keyakinan pada akal manusia tentang hakikat keesaan Allah dengan dorongan selalu banyak dzikir dan laksanakan
kebajikan
Jika konsep tauhid ini terpatri pada dirinya, maka dengan segala ketamakannya dia akan selalu menghadap
pada Dzat yang memenuhi segalanya. Senantiasa menghaturkan semua keinginannya
kepada Dzat yang memiliki segala yang ada, dan selalu mengungsi ke hadapan-Nya.
Jika imannya sudah mulai kokoh seperti itu, maka dia tidak akan pernah
mengandalkan sesama manusia. Dia akan selalu mngandalkan Sang Maha Raja.
Dia selalu yakin dengan pesan-pesan Allah yang termaktub dalm kitab
suci-Nya, seperti ayat tentang rezeqi dan jaminan ketenangan hidup dari-Nya.
Allah berfirman
“Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya
lagi Maha Mengetahui” [QS: 24:32]
Di surat lain Allah berfirman;
“Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. [QS:16:97]
Jika sudah memiliki karakter dan keyakinan seperti pada ayat
di atas, maka ketamakannya akan sirna. Dan dia akan selalu kembali kepadaNya. Inilah
ajaran islam, menbimbing penganutnya untuk meraih ketenangan, ketenangan
hakiki, ketenangan abadi di Dunia dan Akhirat.
Sumber :
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 58 : Mengatasi Sifat Tamak, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.