Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 61 : Memahami Kebijaksanaan Allah

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

“Orang yang tidak mendekat kepada Allah dengan halusnya pemberian-Nya, maka ia akan diseret supaya ingat kepada Allah dengan rantai ujian”

Kalam hikmah ini menjelaskan akan kebijaksanaan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya di dalam menjalani hidup. Pertama harus kita pahami, bahwa Allah dengan kekuasaan yang dimiliki-Nya, telah memberikan nikmat dan anugrah kepada semua makhluknya. Muslim/kafir.

Allah tak membeda-bedakan di dalam memperlakukan hamba-Nya. Semua diberi anugrah dengan baik dan sempurna. Hanya saja, kadang makhluk-Nya tidak merasa. Orang Islam, baik yang taat/durhaka kepada-Nya, tetap diberi kebutuhan hidup sama seperti makhluk yang lain, meski dalam kadar yang berbeda. Orang kafir sekalipun, oleh Allah tetap diberi kenikmatan dan anugrah hidup yang sama sperti makhluk-Nya yang Muslim. Tidak ada beda.

Di sini, kita bisa melihat sifat pemurah dan kebijaksanaan universal yang dimiliki oleh Allah. Sungguh agung dan bijaksananya Allah itu. Perhatikan QS: Al-Isra:20 yang menjelaskan sifat kasih sayang Allah yang tiada batas ini.
Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. [QS: Al-Isra:20]

Merespon pemberian Allah yang tiada batas itu, harus dengan langkah syukur. Mensyukuri segala nikmat dan menyadari bahwa semua itu dari-Nya. Syukur, adalah sikap ideal yang mesti kita miliki di dalam mengejawantahkan nikmat dan anugrah yang telah diberi oleh Allah. Syukur bukan kufur.

Makhluk yang tahu diri dan paham terhadap kondisi dirinya yang hina, lemah, terbatas, banyak dosa, adalah dengan cara bersyukur. Kita banyak dosa dan penuh khilaf, tapi tetap saja Allah mengalirkan anugrahnya kepada kita. Apalagi yang mesti dilakukan kecuali bersyukur?

Di sisi yang lain, sifat dasar manusia itu adalah senang dan cinta kepada siapapun saja yang berlaku baik kepadanya. Bahkan sampai ada manusia yang rela menjadi budak orang yang telah memperlakukan dirinya dengan baik. Fakta!

Ada kalam hikmah yang berbunyi:
    "Jiwa manusia cenderung cinta pada orang yang memperlakukan drinya dengan baik."

Ketika Allah sudah memperlakukan kita dengan baik, bukankah secara fitrah kita mesti cinta dan menghamba kepada Dia? Tapi faktanya tidak selalu begitu. Anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita, kadang malah kita balas dengan sikap durhaka, sombong, dll.

Kita lebih sering tidak tahu diri, Allah memperlakukan kita dengan baik, kita memperlakukan-Nya dengan buruk. Kita diberi nikmat, dibalas maksiat. Tapi bagaimanapun kondisinya, Allah tetap menginginkan yang terbaik kepada hamba-Nya. Asal tidak sombong.

Makhluk yang lupa kepada Allah,  Allah akan mengingatkan dan menyadarkan dirinya dengan musibah/kondisi hidup yang sulit. Contohnya diuji dengan kemiskinan,  musibah, rizki sulit, penyakit, masalah,  dll. Dengan tujuan agar kita sadar dan kembali kepada Allah.

Jadi sejatinya,  ujian hidup itu bukan musibah,  tapi anugerah,  sebab dengan ujian kita lantas sadar dan  kembali kepada Allah. Tak terlena. Faktanya memang begitu, sebagian dari kita akan kembali kepada Allah justru setelah diberi musibah.  Baru sadar dan bertobat.

Ketika kondisi hidup kita sulit,  banyak masalah,  banyak musibah, dll,  cobak merenung,  ada apa dengan diri kita? Apa yang salah? Mungkin selama ini kita talah menjauh dri Allah, banyak dosa, durhaka.  Jadi diberi musibah,  agar kita kembali kepada-Nya. Ketika terkena musibah/banyak masalah,  jangan terburu-buru menyalahkan Allah, mungkin saja kita selama ini banyak dosa. Mestinya introspeksi.

 Akan tetapi apabila setelah diberi kenikmatan/anugrah dri-Nya,  kita sombong, jumawa,  maka biasanya Allah akan meng-istidroj. Istidroj itu adalah Allah membiarkan dia dalam kesombongan dan  terus menambah kenikmatan pada dia. Dia tidak ditegur. Tapi dibiarkan. Kenapa orang yang sombong itu dibiarkan/istidroj? Agar dia semakin jauh dari Allah,  sehingga siksanya nanti di akhirat semakin pedih.

Perhatikan QS: Al-An'am: 44 yang menjelaskan pembiaran yang dilakukan oleh Allah kepada makhluknya yang sombong.
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.  [QS: Al-An'am: 44]

Dari sini, kalam hikmah di awal tadi menemukan relevansinya. Bahwa ketika kita jauh dari-Nya, maka Allah akan manriknya dengan sebab musibah. Meski juga perlu dipahami, bahwa turunnya musibah yang menyebabkan kita dekat pada Allah sejatinya adalah anugrah dan nikmat yang besar.

Anugrah Allah itu ada 2. Dzahir dan  bathin. Yang dzahir seperti nikmat sehat, rizki, makanan, dll. Anugrah bathin seperti terkena musibah, masalah hidup, rizki sulit, yang semua itu menyebabkan sadar dan kembali kepada-Nya. Itu sejatinya juga anugrah.

Kedua macam anugrah ini adalah cobaan dari Allah.  Anugrah harta, tahta, kekayaan,  kesuksesan adalah cobaan.  Akankah kita bersyukur? Musibah, masalah hidup, kemiskinan,  dll juga mrupakan cobaan.  Akankah kita sadar dan kembali pada Allah disebabkan semua kesulitan itu?

Sebagai penutup,  perhatikan QS: Al-Anbiya': 35 berikut ini.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Sumber :

Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 61 : Memahami Kebijaksanaan Allah, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :