Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 63 : Hendaknya Engkau Merasa Takut Jika Kau Selalu Mendapat Karunia Allah, Sedangkan Engaku Tetap Dalam Perbuatan Maksiat Kepada-Nya

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

"Hendaknya engkau merasa takut jika kau selalu mendapat karunia Allah, sedangkan engaku tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata- mata istidraj dari Allah SWT."

Kalam hikmah ini sebetulnya sebagai penyempurna dari hikmah sebelumnya (Hikmah 62). Kita tahu Istidraj adalah hukuman secara perlahan diberikan kepada seseorang, berupa limpahan nikmat, padahal ia terus dalam kungkungan maksiat.

Pada prinsipnya jika nikmat yang Allah berikan tidak disyukuri. Maka nikmat itu akan segera hilang dan sirna. Sedangkan nikmat yang selalu disambut dengan syukur, pasti akan terus tambah subur. Hal ini sudah menjadi rumus ilahi yang termaktub dalam Al-quran.

Namun, tidak sedikit seseorang yang terus melimpah dengan nikmat dan dia terus menikmatinya. Sedangkan ia terkungkung dalam kemelut maksiat. Inilah yang harus diwaspadai. Karena pemberian Allah dengan keadaan seperti ini termasuk istidraj.

Sedangkan istijraj pada hakikatnya adalah teguran Allah kepada bamba-Nya, yang menyebabkan murka-Nya turun. Perhatikan kandungan ayat QS. al-Qalam: 44 di bawah
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

Iatidraj ini bukan cuma terjadi pada personel saja, namun juga mencakup pada lingkup yang lebih besar. Contoh gampangnya, sebuah Negara yang kekayaannya terus meningkat dan melimpah. Sedangkan pemerintah/penduduknya terkungkung dalam maksiat.

Mereka jauh dari syariat Allah, bahkan menantang pada tatanan islam yang sudah dibawa oleh revolusioner dunia, Rasulullah SAW. Maka ketahuilah! Bahwa kekayaan Negara tersebut sejatinya bukanlah nikmat, namun adzab yang secara perlahan Allah turunkan.

Masihkah kita ingat cerita Raja Firaun? Raja yang sangat jahat tak mau nerima nasihat. Dia memiliki harta yang sangat melimpah dan bahkan samapai meyakini bahwa dunia ini ada dalam kekuasaannya dan akhirnya ia mengaku Tuhan. Tak lama kemudian, semua yang dimiliki jadi harta tak bertuan. Karena dalam waktu sekejap Allah menghendakinya tenggelam di tengah lautan.

Perhatikan QS. Al-a'raf: 137 berikut yang menyinggung Firaun
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.

Renungkan juga QS. Al-an'am: 44 berikut
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

Lantas bagaimana mestinya sikap kita dalam menyambut Ihsan Allah yang selalu menganugrahi kita nikmat yang bertambah dan melimpah? Sikap yang harus menghiasi kita adalah; selalu merasa takut dan cemas bahwa anugrah yang sedang kita nikmati termasuk istijraj dari Allah.

Pendorong yang dapat mendatangkan perasaan itu adalah introspeksi diri dan selalu merasa salah atau teledor di hadapan Allah SWT. Serta juga meyakini bahwa limpahan nikmat Allah yang kita terima jauh lebih besar daripada syukur kita kepada-Nya.

Hal penting yang juga harus dihindari, perasaan sok suci hingga tak mau untuk introspeksi diri, karena merasa bersih dari salah dan dosa. Misal sorang bilang; ketika saya kontrol diri saya, ternyata sudah taat, melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah dan mensyukuri niknmat-nikmat-Nya.

Seorang hamba semakin tambah kenalnya kepada Allah, akan tambah pula perasaan selalu salah di hadapan-Nya. Intinya, orang mukmin harus merasa takut dengan nikmat yang terus bertambah di sekelilingnya, adalah sebuah cobaan atau istijraj belaka dari Allah.

Tidak heran, ketika Sayyidina Umar mendapatkan banyak harta rampasan waktu peperangan, beliau sangat susah dan takut. Karena belaiau hawatir, nikmat berupa kemenangan dan harta rampasan tersebut, merupakan cobaan dan istidraj dari Allah SWT.

Kalau sekelas kita, adakah yang memiliki tingkatan seperti yang dimiliki oleh Sayyidina Umar di atas? Sehingga kita terus hidup dalam kecemasan dan khauf, karena merasa selalu ceroboh dan sembrono serta lalai dalam melaksanakn kewajiban. Kayaknya sangatlah langka. Karena pada kenyataannya, mayoritas dari kalangan kita merasa istimewa dengan apa yang dimiliki.

Bahkan lupa diri dan tidak mau mensyukuri. Mereka merasa semua yang dimiliki murni milik pribadi seakan-akan tak akan dihisab di akhirat nanti. Jadi, mari kita hisab sendiri amal yang kita lakukan setiap hari. Dan jangan pernah bangga atau istimewa dengan apa yang kita miliki. Apa lagi merasa cukup dengan ibadah yang dilaksanakan setiap hari. Tumbuhkan rasa hina di hadapan-Nya serta selalu merasa bersalah kepada-Nya. Sehingga kita merasa haus utk slalu beristighfar, bertasbih dan bertahmid kepada-Nya. Semoga kita tersirami rahmat dan maghfirah-Nya! Amin

Sumber :


Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 63 : Hendaknya Engkau Merasa Takut Jika Kau Selalu Mendapat Karunia Allah, Sedangkan Engaku Tetap Dalam Perbuatan Maksiat Kepada-Nya, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :