Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
"Warid selalu saja datang tiba-tiba, agar hamba tidak mudah merasa, ia didapat karena hasil jerih payah usahanya".
Semua orang, kata Al-Buthi, bisa mendapatkan warid, hanya
mendapatkan itu melalui usaha ekstra dalam ibadah atau memang ada persiapan
khusus. Maka menurut paparan Al-Buthi, warid tidak diperoleh melalui usaha
apapun. Sekhusyuk apapun ia ibadah, belum tentu warid didapat. Kalaupun ia mendapatkannya,
sungguh hal itu harus dibaca sebagai anugerah. Tidak pantas kita merasa berhak
lantaran taat dalam ibadah.
Oleh sebab itu, sering kali warid datangnya tiba-tiba. Tidak
bisa dikaitkan dengan totalitas serta loyalitas seseorang dalam melaksanakan
ibadah. Karena loyal dan total dalam ibadah itu hak Allah (sebagai Khalik)
sekaligus kewajiban bagi kita sebagai hamba.
Adapun warid, sekali lagi ialah anugerah, Allah berhak
memberikannya kepada siapa saja, sekehendak-Nya. Tanpa tendensi apapun. Jika
seseorang merasa hatinya lebih lunak untuk menjauhi larangan dan merasa ringan
diajak ibadah, belum tentu itu yang dimaksud warid. Sebab perasaan bisa
mengendalikan nafsu hingga tidak mudah berbuat yang dilarang bisa diperoleh
setelah seseorang istikamah dalam ibadah.
Sedangkan apa yang dimaksud warid di sini lebih berupa
bisikan yang menyentil hati seseorang, hingga ia sadar setelah lupa. Atau
setelah mendapat bisikan itu, hatinya lebih lunak, yang bawaanya selalu ingin
maksiat, tiba-tiba taat.
Warid ini lebih pas digambarkan pada seorang PSK yang
mendadak khusyuk dan menjadi hijaber tanpa rencana dan perkiraan sebelumnya. Atau
seorang bandar narkoba yang tiba-tiba rajin ke musolla, rajin ibadah tanpa ada
rancangan dan pemikiran ke arah itu sebelumnya. Maka kian marak beribu-ribu
orang berduyun menyatakan taubat, dibawa oleh hidayah-Nya, tanpa basa basi
sebelumnya.
Bahwa jalan hidayah itu lebih sering diperoleh bukan melalui
proses belajar, justru hidayah yang kemudian menuntutnya belajar banyak hal. Jika
kita intip sejarah, maka banyak kisah tokoh yang semula terjerembab ke jurang
kelam, pada akhirnya menemukan jalan terang.
Ada Fudhail bin Iyadh, setelah tiupan warid berhembus ke
dalam hati, kukuhnya dinding nyaris diterobosnya di malam hari. Abdullah bin
al-Mubarak, ia merasakan bisikan suara memekik telinga yang tau-tau hal itu
adalah jalan waridnya untuk memperoleh hidayah. Bisyr al-Hafi, berteriak
histeris setelah mendapati warid hingga tanpa sadar ia menyusuri malam dengan
telanjang kaki.
Bahkan kita bisa lihat beberapa orang di Eropa, Amerika move
on meninggalkan kekufuran lalu memeluk Islam. Ini juga tersebab warid, yang
kita yakin tak terfikir di benak mereka sebelumnya untuk lebih jauh mengenal
bahkan memeluk Islam.
Lantas jika memang warid itu anugerah dari Allah diberikan
sekehendak-Nya, maka dosa apa yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan? Al-Buthi
menjelaskan bahwa naluri keimanan seseorang menjadikannya berhak mendapat
warid, hanya prosesnya beragam dan berbeda-beda.
Model pendidikan yang ditempuh seseorang memiliki peran
dalam terjadinya perbedaan ini. Meski setiap orang bebas menentukan pilihan. Sekali
lagi yang membedakan adalah model tarbiyah yang membentuk suatu peradaban
sehingga mempengaruhi naluri keimanan yang fitri. Orang yang dibentuk oleh
lingkungan, sehingga ia mudah melakukan dosa menyebabkan ia terhalang
mendapatkan warid. Namun orang yang tumbuh di lingkungan penuh kearifan akan
sigap dan tanggap menerima datangnya warid yang tak berkesudahan.
Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
http://chirpstory.com/li/248111
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 67 : Perlu Usaha Ekstra Untuk Memperoleh Warid, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.