Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Recent Comments

Al Hikam 74 : Jangan Pesimis Karena Kesalahan Masa Lalu



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb   

“Tanda-tanda orang yang tertipu adalah; saat ia merasa sedih karena ketidak patuhan pada aturan Allah, tapi ia tak bangkit lagi”.

Maksud "sedih" dari hikmah ini adalah kesedihan hati seorang hamba yang galau memikirkan kondisi dirinya, lantaran banyak salah dan dosa. Kadang perasaan ini timbul ketika hamba itu ingin bertobat dari perbuatan-perbuatan dosa atau maksiat yang dilakukan kepada Allah dahulu. Pada saat-saat itulah hamba tersebut bimbang, apakah Allah akan menerima tobatnya atau tidak? Apakah Allah akan murka sebab dosa-dosa besarnya?

Nah, pada fase inilah tak sedikit hamba Allah yang malah terjerembab dalam tipu muslihat setan dan tak bisa bangkit lagi. Bisikan setan memaksa dirinya untuk selalu meratapi dosa masa lalunya yang bertumpuk. Hingga akhirnya ia putus asa dan tak bersemangat.

Misalnya, Anda sedih karena dulu sering mabuk-mabukan atau main perempuan. Psikologis Anda tentu menurun ketika itu, atau mungkin Anda stres. Meratapi dosa-dosa mungkin saja buat Anda putus asa. Semangat dan gairah hidup Anda mulai pudar. Hidup ini tak berarti lagi, kata hati Anda.

Maka ketahuilah, kata Ibnu Athaillah, bahwa kesedihan yang berlarut-larut macam itu adalah tipuan belaka dan tak baik jika dibiarkan begitu. Tak ada manfaat positif apapun yang bisa diambil dari ratapan sedih. Jika ada yang bilang meratap itu baik, berarti ia salah persepsi! Yang benar, kesedihan itu tidak boleh selalu diratapi. Dosa-dosa berat masa lalu, tidak boleh buat diri Anda putus asa selamanya. Iya kan...

Kata pepatah: “Menangis itu bukan untuk bikin genangan air mata, tapi tujuan menangis adalah untuk menjauhi penyebab dirimu menangis”. Maksudnya, problem atau masalah yang berat hingga membuat diri Anda menangis, harus diimbangi dengan semangat bangkit dari keterpurukan.

Kesedihan bisa juga diartikan “kekhawatiran dan ketakutan”. Khawatir karena dosa-dosa masa lalunya tak diampuni, atau takut pada siksa neraka. Maka, jika Anda merasa khawatir dengan dosa-dosa masa lalu, seharusnya Anda bangkit dan tak putus asa. Anda harus semangat menebus dosa-dosa itu.

Anda harus banyak ibadah dan dzikir pada Allah, agar dosa-dosa Anda cepat dilebur dan diampuni oleh Allah. Bukan malah mundur. Gitu logikanya. Kalo ada pertanyaan begini: "mungkinkah seorang pecandu maksiat bisa lepas dari pengaruh buruk yang mencengkram kuat dalam dirinya?" Jawabannya, tentu saja bisa dan itu bukanlah hal yang mustahil direalisasikan. Banyak sekali bukti-bukti kehidupan orang-orang terkait kasus ini.

Ibnu Athaillah bercerita: Saya pernah mengunjungi seorang teman yang telah bertobat secara tulus dari perbuatan buruk masa lalunya. Ia bercerita dengan mata berkaca-kaca, bahwa sebagian besar umurnya terjerumus dalam kubangan penuh dosa. Ia menyesal masa lalunya demikian. Saat masih muda, ia suka mabuk-mabukan, berjudi, main perempuan dan segala hal negatif yang tak ada manfaatnya. Dosanya mungkin kayak gunung. Yang unik, ia lalu bercerita jujur, bahwa setiap kali melakukan hal buruk atau bermaksiat itu, ia selalu mengadu pada Allah begini:
"Ya Allah, Engkau Maha Tahu pada keadaanku saat ini. Aku terhalang tembok tebal dengan rahmat-Mu, ya Allah. Jarakku sangat jauh darimu". "Karena, sebagaimana yang Engkau tahu, aku adalah hamba-Mu yang lemah. Aku tak berdaya menahan hawa nafsuku yang menjerumuskan ini". “Lalu kenapa tidak Engkau robohkan tembok penghalang itu dariku, ya Allah? Padahal Engkau Maha Kuasa atas segala hal,” tutup doanya.

Ibnu Ataillah demi mendengar cerita jujur itu langsung sadar dan ikut terharu juga. Berharap semoga beliau jadi bagian doa temannya tadi. Nah, dari pengalaman cerita itu kemudian Ibnu Athaillah menyimpulkan; jika hal buruk yang pernah dialami tak lantas jadi penghalang. Seburuk apapun diri kita, tak berarti buat kita terus stagnan dipersimpangan jalan. Semangat kita jangan sampai digerogoti rasa pesimis. Sebaliknya, jadikan dosa-dosa itu sebagai pelecut semangat untuk berusaha ibadah, berdoa dan selalu menuju Allah setiap saat.

Jika Anda adalah penikmat sejarah Islam, maka Anda akan temukan kehidupan Rasulullah juga penuh dengan berbagai kesedihan macam ini. Rasulullah tak henti-hentinya memohon ampunan pada Allah atas segala dosa yang diperbuat. Padahal sebagaimana yang kita ketahui bersama, Rasulullah itu Maksum, yang jika berbuat dosa akan otomatis dihapus oleh Allah. Nyatanya, beliau tetap ibadah hingga kakinya bengkak.

Para ulama besar dulu juga demikian. Kehidupan malam mereka selalu diwarnai ibadah hingga waktu Subuh, dengan linangan air mata ikhlas. Hal macam ini adalah manusiawi, semua orang pasti pernah mengalaminya. Yang paling penting adalah dampak setelah kesedihan itu.

Kesedihan itu tidak untuk dibiarkan, apalagi dibiasakan. Hikmah dibalik kesedihan itulah yang seharusnya melecut diri kita. Kesedihan itu memang harus ada, sebagai pengobar semangat hidup. Kesedihan itu akan benar-benar hilang bila hari kiamat nanti telah tiba.

Inilah ucapan rasa syukur kita saat kesedihan kelak benar-benar dihapus, QS 35:34-35
( 34 )   Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.
( 35 )   Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".

Sumber :
Pesantren Sidogiri@sidogiri
https://chirpstory.com/li/249543



Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 74 : Jangan Pesimis Karena Kesalahan Masa Lalu, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.

Recent Posts :