Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr. wb
“Saat engkau menyaksikan seorang istikamah baca wirid, tapi (kelihatannya) ia jarang dapat karunia Allah, maka janganlah engkau mencela yang sedang dialaminya itu. Sebab engkau tak pernah menyaksikan secara langsung hakikat hidup mereka"
“kehidupan orang-orang yang sudah mengenal dan cinta pada Allah. Andaikan tak di picu wirid, niscaya limpahan karunia Allah juga tak pernah ada”
Definisi kata “wirid” adalah bacaan-bacaan sunnah dari
Rasulullah, tapi punya kualitas pahala tinggi. Seperti bacaan al-Quran,
Istighfar, tahlil, tasbih, shalawat dan lain-lain. Bisa dikerjakan secara
berskala dan terjadwal atau sesuai kemampuan.
Nah, pembahasan kali ini fokus hikmah Ibnu Athaillah dimuka
tadi lebih mengarah pada aspek efektivitas dan efek yang ditimbulkan wirid. “Hei,
tunggu dulu! Apakah wirid itu nggak bid’ah? Apa ada landasan legal
syariat-nya?”, mungkin saja ada orang tanya kaya begitu ke Anda.
Jawablah, kata al-Buthi, memang benar kata “wirid” tak
pernah ada dalam ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabawi. Pernyataan macam itu
memang betul. Namun bukti dalil-dalil yang menjurus pada anjuran-anjuran agar
semua Muslim istikamah baca wirid, ternyata bertebaran dan banyak sekali!
Coba perhatikan ayat anjuran tuk memperbanyak baca al-Quran
berikut ini,
( 1 ) Hai orang yang berselimut (Muhammad),
( 2 ) bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari,
kecuali sedikit (daripadanya),
( 3 ) (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit.
( 4 ) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al
Quran itu dengan perlahan-lahan. [QS 73:1-4]
Ayat ini, meski ditanzil khusus untuk baginda Rasul, tapi
anjuran dan balasan pahala membacanya, sunnah buat semua Muslim. Ini ada lagi
ayat motivasi agar memperbanyak bacaan dzikir pada waktu-waktu tertentu,
( 39 ) Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang
mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari
dan sebelum terbenam(nya).
( 40 ) Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam
hari dan setiap selesai sembahyang. [QS 50:39-40]
Ada lagi dalil yang lebih jelas tentang anjuran wirid
harian,
Maka sabarlah kamu
atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum
terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu
di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang,
[QS 20:130]
Atau ayat anjuran Shalat Tahajjud plus baca istighfar di
malam hari
( 17 ) Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu
malam.
( 18 ) Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi
sebelum fajar. [QS 51:17-18]
Istilah wirid dan istighfar, toh sama saja. Tahlil sama
wirid, juga satu. Gak perlu ngotot, apalagi anarkhis. Sangat tak penting! Maka
mulai sekarang jangan mencela orang-orang yang suka baca wirid ya.
Sebab, tak semua hal baik itu harus diukur dari lahiriahnya
saja. Apalagi jika hal itu dikaitkan dengan hubungan Allah dan hamba-Nya. Kadang
Allah malah sengaja menyembunyikan hamba pilihan-Nya dari pengawasan mata
manusia, agar ibadahnya dengan Allah tak terganggu.
Kesimpulan sementara, berarti tanda minimal hamba yang dekat
dengan Allah adalah mereka yang istikamah dan suka baca wirid setiap saat. Sebab
tanpa hidayah dan kasih sayang Allah, hamba itu mungkin tak akan mau mendekat
pada Allah dengan cara banyak baca wirid.
Maka sekarang Anda tahu lebih banyak keistimewaan baca wirid
kan. Bahwa wirid itu punya efek positif jika diamalkan secara kontinu. Pembahasan
ini sebenarnya udah dikaji tuntas dalam kultwit Hikam 54 yang lalu.
Tapi ingat, ada satu hal yang bisa buat Anda salah jalan:
jangan sampe niatan baca wirid Anda dimotivasi hal lain selain Allah. Fokuskanlah
niatan Anda hanya untuk ibadah kepada Allah semata, bukan yang lain. Sebab
sekarang ini banyak orang yang ibadahnya keliru.
Beribadah atau baca kadang malah diniati agar cepat dapat
jodoh, cepet sukses bisnisnya. Atau malah ingin cepat kaya. Kualitas Ibadah
juga jangan dinilai dari yang Anda lihat. Allah hanya melihat kebaikan ibadah
hamba-Nya dari batin hati hambanya. Ibadah dan wirid yang disukai Allah adalah
yang istikamah, meski sedikit. Mungkin saja dari yang sedikit tapi ikhlas itu
hatinya akan terbuka.
Maka intinya, Ibnu Athaillah sebenarnya tidak sedang memberi
peluang bagi kita untuk mudah buruk sangka pada seseorang. Bagaimanapun
positive thinking harus selalu diupayakan pencegahannya sedini mungkin. Agar ia
tak merusak pikiran Anda kemudian. Selama tidak ada alasan yang bisa dinalar
secara menurut syariat, kenapa mesti Anda punya negative thinking?
Orang bijak mengatakan: "Siapapun yang kau temui, maka
curigailah ia, jangan-jangan ia Nabi Khidir!", sehingga tak ada cela utk
buruk sangka! Berusahalah untuk tidak menuruti hawa nafsu, meneliti keburukan
orang lain, atau berburuk sangka; apalagi kalo sampai ngerasani orang.
Padahal terkadang orang-orang yang dekat dengan Allah,
begitu pandai menyembunyikan kebaikan dirinya, hingga tampak samar di mata
orang-orang. Maka ketahuliah bahwa orang-orang yang telah dekat pada Allah itu
akan terjaga dari hal-hal negatif. Ia takut status dirinya dengan Allah
terputus. Hatinya selalu disinari cahaya ilahi. Moga saja kita termasuk
diantara hamba-hamba Allah yang ditakdirkan demikian.
Sumber :
Terima kasih telah membaca artikel Al Hikam 65 : Wiridlah, Setelah Itu Serahkan Kepada Allah, diijinkan untuk menyalin semua yang ada di wastripedia, untuk disebarluaskan.